92
BAB IV DAMPAK ADANYA PERKEMBANGAN SYARAT SECARA ADAT
MENGGADAI TANAH HARTA PUSAKA TINGGI DI NAGARI KAMANG MUDIAK
A. Dampak Terhadap Kehidupan Kaum
Perkembangan dalam hal ini adalah kehidupan dan aturan adat yang bertambah serta semakin sempurnanya suatu lembaga hukum yang mengikuti
kehidupan dan aturan adat tersebut sehingga bila berkembang masyarakat lalu berkembanglah hukum dalam msyarakat tersebut. menjadi bertambah sempurna.
Oleh karena itu harus diakui keberadaan hukum adat sebagai elemen dasar dalam menemukan hukum gadai tanah ke dalam bentuk hukum yang telah
berkembang dari bentuk yang dikenal sebelumnya menjadi bentuk yang sekarang terjadi. Sebagai suatu faktor eksternal yang akhirnya dapat mempengaruhi
substansinya sehingga membentuk refleksi hukum gadai tanah seperti yang sekarang terjadi.
Gadai tanah harta pusaka tinggi terus berkembang di masyarakat adat nagari Kamang Mudiak. Namun perkembangan gadai tanah pusaka telah dikenal dalam
hukum adat di mana pendapat serta teori yang dikemukan oleh para ahli merupakan elemen dasar untuk mengkaji tumbuhnya gadai tanah harta pusaka tinggi.
Akan tetapi perkembangan syarat menggadai secara adat tanah harta pusaka tinggi di masyarakat nagari Kamang Mudiak terdapat perbedaan. Perbedaan ini
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat adatnya guna membantu mempermudah mencapai tujuan hidup kepada yang lebih baik.
92
Universitas Sumatera Utara
93
Dalam hukum adat di Minangkabau pembagian tanah harta pusaka tinggi sesuai dengan asas-asas yang terkandung dalam sistem kewarisan di Minangkabau
yaitu asas Unilateral dan Kolektif
108
. 1. Asas Unilateral
Maksudnya adalah
hak kewarisan
hanya berlaku dalam
satu garis
kekerabatan, yaitu garis kekerabatan melalui ibu, atau yang disebut dengan asas kewarisan Unilateral Matrilinial. Harta pusaka yang diwariskan oleh
nenek moyang hanya diterima melalui garis ibu dan diteruskan ke bawah kepada anak cucu juga melalui garis keturunan ibu perempuan, sama sekali
tidak ada yang melalui garis ayahnya laki-laki baik ke atas maupun kesamping.
2. Asas Kolektif Asas kolektif adalah yang berhak atas harta pusaka bukanlah orang peorangan
individu, tetapi suatu kelompok secara bersama-sama. Berdasarkan hal tersebut maka harta warisannya tidak dibagi-bagikan dan disampaikan kepada
kelompok penerima dalam bentuk kesatuan yang tidak terbagi. Penerusan harta warisan secara kolektif ini didasarkan pada pokok pikiran sebagai
berikut: a.
Untuk menjaga kekompakan dalam keluarga. Karena bagai manapun juga pembagian warisan tidaklah selalu memuaskan semua pihak yang
menerimanya, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan iri dan dengki,
108
Ibid, hlm. 295
Universitas Sumatera Utara
94
yang dapat
menyebabkan pemicu
terjadinya perselisihan
dan pertengkaran dalam keluarga atau kaum tersebut, memecah kekompakan
keluarga. b.
Untuk menjaga keutuhan harta. Dengan sistem kewarisan kolektif, dapat mempersulit pengalihan harta keluar dari kaum, karena selama menjadi
milik bersama maka semua pihak dapat mengontrol keberadaan dan penggunaannya. Awas kewarisan kolektif ini tidak dapat menghendaki
adanya pembagian harta disini antara rumah dengan rumah waktu terjadi pemecahan atau bertambahnya suku, yang biasanya terjadi karena
bertambahnya anggota kaum. Dalam hal ini walaupun hukum adat di Minangkabau tanah harta pusaka
tinggi diwariskan menurut garis keturunan ibu namun dalam hal melaksanakan gadai tanah harta pusaka tinggi yang boleh melaksanakannya hanya dari pihak laki-laki.
Dewasa ini faktor yang menyebabkan dilaksanakannya gadai tidak lagi harus memenuhi 4 syarat menggadai secara adat. Pengertian 4 syarat menggadai secara
adat tersebut sudah diperluas sehingga anggota kaum dapat menggadai tanah harta pusaka tinggi dengan alasan kebutuhan hidup bahkan tidak jarang kebutuhan hidup
itu berakhir untuk kebutuhan pribadi. Hal ini menyebabkan kerugian di mana tanah harta pusaka tinggi menjadi berkurang bahkan sampai habis karena tergadai. Dampak
terhadap kaum dengan banyaknya tanah harta pusaka tinggi yang tergadai maka
Universitas Sumatera Utara
95
pembagian tanah tersebut menjadi lebih sedikit sehingga penghasilan yang didapat menjadi lebih sedikitberkurang.
109
B. Dampak Terhadap Harta Pusaka Tinggi