Kerangka Teori Perkembangan Syarat Menggadai Tanah Harta Pusaka Tinggi Dalam Masyarakat Adat Minangkabau Di Kabupaten Agam Nagari Kamang Mudiak

16 Agam Nagari Kamang Mudiak” akan tetapi kalaupun ada yang membahas mengenai gadai di mana objek kasus dan perumusan masalah tidaklah sama, penelitian yang membahas mengenai gadai yaitu : Refliza, NIM 117011073, mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara tahun 2011, berjudul “Kajian Hukum Atas Gadai Tanah Dalam Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Sungayang Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 56PRP1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian” Dengan perumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana keberadaan gadai tanah dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan Sungayang? b. Bagaimana pelaksanaan pasal 7 Undang-Undang No.56 Prp1960 di Kecamatan Sungayang? c. Bagaimana penyelesaian sengketa gadai tanah yang telah berlangsung 7 tahun atau lebih di Kecamatan Sungayang? Oleh karena itu penelitian yang dilakukan ini jelas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena senantiasa memperhatikan ketentuan- ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian, maka diperlukan landasan teori sebagai upaya untuk mengidentifikasi teori-teori hukum, asas-asas Universitas Sumatera Utara 17 hukum serta norma-norma hukum. Dalam menjawab permasalahan tersebut di atas dalam kerangka konseptual dibutuhkan pendekatan secara teoritik yaitu melalui pendekatan kepustakaan dengan menggunakan buku-buku khusus yang berkaitan dengan gadai tanah harta pusaka tinggi di Minangkabau. Kerangka teori sangat diperlukan dalam penulisan ilmiah ini menempati kedudukan yang penting karena memberikan sarana kepada kita untuk bisa merangkum serta memahami masalah yang dibicarakan secara lebih baik. Teori merupakan bagian yang sangat penting dari penelitian ini. Dengan demikian, tentunya akan memudahkan dalam menyusun arah dan tujuannya. Teori bertujuan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidaksesuaian atau ketidakbenarannya. 26 Teori mampu meningkatkan keberhasilan penelitian karena teori mampu menghubungkan setiap penemuan-penemuan yang nampaknya berbeda ke dalam suatu keseluruhan dan memperjelas proses-proses yang terjadi di dalamnya. Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan-hubungan yang diamati dalam suatu penelitian. Menurut M. Solly Lubis, bahwa : “teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang 26 J.J.J. M, Wuisman, Penyunting M.Hisyam, Asas-Asas Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: FE UI,1996, hlm.203 Universitas Sumatera Utara 18 dijelaskan. Suatu penjelasan walau bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.” 27 Teori hukum boleh disebut sebagai kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif. Pada saat orang mempelajari hukum positif, maka ia sepanjang waktu dihadapkan pada peraturan-peraturan hukum dengan segala cabang kegiatan dan permasalahannya. Menurut Radbruch, tugas teori hukum adalah “membikin jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.” 28 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir, pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoristis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak disetujuinya. Sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan menginterprestasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil- hasil penelitian yang terdahulu. 29 Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut: 30 a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya; b. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur, konsep-konsep serta mengembangkan defenisi-defenisi; c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti; 27 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung : CV.Mandar Maju, 1994, hlm. 27 28 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 260 29 Ashshofa Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hlm. 19 30 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta ; UI Press, 1986, hlm. 121 Universitas Sumatera Utara 19 d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ”dalam setiap proses perubahan senantiasa akan dijumpai faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan, baik yang berasal dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat akan tetapi yang lebih penting adalah identifikasi terhadap faktor yang mendorong perubahan atau yang menghalanginya.” 31 Teori menjabarkan arah serta jalan pikiran yang sesuai dengan bentuk kerangka yang relevan serta yang dapat menerangkan masalah-masalah tersebut. Adapun kerangka teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Roscoe Pound menyatakan bahwa kontrol sosial diperlukan untuk mengendalikan perilaku antisosial yang bertentangan dengan kaidah-kaidah ketertiban sosial. Hukum saja tidak cukup, ia membutuhkan dukungan dari institusi keluarga, pendidikan, moral, dan agama. Hukum adalah sistem ajaran dengan unsur ideal dan empiris, yang menggabungkan teori hukum kodrat dan positivistik. Hukum kodrati dari setiap masa pada dasarnya berupa sebuah hukum kodrati yang “positif”, versi ideal dari hukum positif pada masa dan tempat tertentu, “naturalisasi” untuk kepentingan kontrol sosial manakala kekuatan yang ditetapkan oleh masyarakat yang terorganisasi tidak lagi dianggap sebagai alat pembenar yang memadai. 31 Soerjono Soekanto, et all, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, Jakarta : Bina Aksara, 1993, hlm. 17 Universitas Sumatera Utara 20 Fungsi lain dari hukum adalah sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial social engineering. Keadilan bukanlah hubungan sosial yang ideal atau beberapa bentuk kebajikan. Ia merupakan suatu hal dari “penyesuaian-penyesuaian hubungan tadi dan penataan perilaku sehingga tercipta kebaikan, alat yang memuaskan keinginan manusia untuk memiliki dan mengerjakan sesuatu, melampaui berbagai kemungkinan terjadinya ketegangan, inti teorinya terletak pada konsep “kepentingan” juga berusaha menghormati berbagai kepentingan sesuai dengan batas- batas yang diakui dan ditetapkan. Kebutuhan akan adanya kontrol sosial bersumber dari fakta mengenai kelangkaan yang mendorong kebutuhan untuk menciptakan sebuah sistem hukum yang mampu mengklasifikasikan berbagai kepentingan serta menyahihkan sebagian dari kepentingan-kepentingan itu. Ia menyatakan bahwa hukum tidak melahirkan kepentingan, melainkan menemukannya dan menjamin keamanannya. Adanya tumpang tindih dari berbagai kelompok kepentingan, yaitu antara kepentingan individual atau personal dengan kepentingan public atau sosial. Semua itu diamankan melalui dan ditetapkan dengan status “hak hukum”. Hukum yang menitik beratkan hukum pada kedisiplinan dengan teorinya yaitu: “Law as a tool of social engineering” Bahwa Hukum adalah alat untuk memperbaharui atau merekayasa masyarakat. 32 Sebagai teori pendamping yaitu : 32 http:anaaimestarlight.blogspot.com201205teori-hukum-roscoe-pound-1870-1964.html Universitas Sumatera Utara 21 a. Teori Eugen Ehrlich bahwa hukum positive berbeda dengan hukum yang hidup atau living law, hukum positive hanya akan efektif jika ia selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat atau pola-pola kebudayaan culture patterns, pusat perkembangan hukum bukan terletak pada badan- badan legeslatif, keputusan-keputusan badan yudikatif atau ilmu hukum tapi justru terletak pada kehidupan masyarakat itu sendiri Soemitro : 1984 b. Teori Keadilan yang dikemukakan oleh John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih menekankan pada keadilan sosial. 33 John Rawls melihat kepentingan utama dari teori keadilan adalah sebagai jaminan stabilitas hidup manusia dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan bersama. John Rawls mempercayai struktur masyarakat yang adil adalah stuktur masyarakat asli di mana hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, kesempatan, pendapatan dan kesejahteraan terpenuhi. John Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situasi sosial sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip keadilan yang akan digunakan untuk membentuk situasi masyarakat yang baik, teratur, tertib sehingga tercipta hidup yang harmonis. Ketidakadilan adalah situasi sosial sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip - prinsip keadilan yang dapat digunakan untuk membentuk situasi masyarakat yang baik. Koreksi atas ketidakadilan dilakukan dengan cara mengembalikan call for 33 Hari Chand, Modern Jurisprudence, Kuala Lumpur : International Law Book Review, 1994, hlm. 278 Universitas Sumatera Utara 22 redress masyarakat pada posisi asli people on original position. Dalam posisi dasar inilah kemudian dibuat persetujuan asli original agreement antara anggota masyarakat secara sederajat. 34 Menurut masyarakat di Minangkabau dalam menggadai tanah harta pusaka tinggi harus memenuhi syarat adat yang sudah berlaku. Gadai tanah harta pusaka tinggi selama ini tidak memiliki batasan atau tidak terikat dalam jangka waktu tertentu.

2. Konsepsi