95
pembagian tanah tersebut menjadi lebih sedikit sehingga penghasilan yang didapat menjadi lebih sedikitberkurang.
109
B. Dampak Terhadap Harta Pusaka Tinggi
Banyaknya tanah
harta pusaka
tinggi yang
tergadai menyebabkan
berkurangnya jumlah luas tanah yang dimiliki suatu kaum. Tabel 15 : Dampak Gadai Terhadap Harta Pusaka Tinggi
No Dampak Gadai Terhadap Harta Pusaka Tinggi
Jumlah 1
Tanah pusaka tinggi semakin berkurang
luasnya. 12
2 Tanah pusaka tinggi bisa menjadi milik
pribadi. 4
Jumlah 16
Sumber : data primer yang diolah April 2014
Dari tabel dampak yang ditimbulkan terhadap gadai tanah harta pusaka tinggi adalah berkurangnya luas tanah harta pusaka tinggi dan tanah pusaka tinggi tersebu
dapat dimiliki secara pribadi sehingga merugikan bagi anak kemanakan karena tidak dapat menikmati hasil tanah harta pusaka tinggi tersebut
Hak atas tanah menurut hukum adat yang memberi wewenang sebagaiman atau mirip dengan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat 1 UUPA dengan
nama apapun juga yang akan ditegaskan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional setelah mendengar kesaksian dari masyarakat setempat, dikonversi menjadi hak
milik.
109
Wawancara dengan Wali Nagari pada 29 April 2014
Universitas Sumatera Utara
96
1. Hak guna usaha, suatu hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikontrol secara langsung oleh negara untuk waktu tertentu, yang dapat
diberikan kepada perusahaan yang berusaha dibidang pertanian, perikanan atau peternakan. Suatu hak guna usaha hanya dapat diberikan atas tanah
seluas minimum 5 ha, dengan catatan bahwa jika tanah yang bersangkutan lebih luas dari 25 hektar, investasi Sistem Penguasaan Tanah dan Konflik
yang cukup akan dilakukan dan pengelolaan usaha secara baik akan diberlakukan. Hak guna usaha bisa dipindahkan ketangan pihak lain. Jangka
waktu pemberian hak guna usaha diberlakukan dengan ketat maksimum 25 tahun. Hanya warga negara Indonesia dan badan usaha yang dibentuk
berdasar undang undang Indonesia dan berdomisili di Indonesia dapat memperoleh hak guna usaha. Hak guna usaha dapat digunakan sebagai
kolateral pinjaman dengan menambahkan hak tanggungan security title. 2. Hak guna bangunan, hak guna bangunan digambarkan sebagai hak untuk
mendirikan dan memiliki bangunan diatas tanah yang dimiliki oleh pihak lain untuk jangka waktu maksimum 30 tahun. Suatu hak guna bangunan dapat
dipindahkan kepada pihak lain. Kepemilikan hak guna bangunan juga hanya bisa didapatkan oleh warga negara Indonesia dan perusahaan yang didirikan
dibawah hukum Indonesia yang berdomisili di Indonesia. 3. Hak
pakai, hak
pakai adalah
hak untuk
memanfaatkan, danatau
mengumpulkan hasil dari tanah yang secara langsung dikontrol oleh negara atau tanah yang dimiliki oleh individu lain yang memberi pemangku hak
Universitas Sumatera Utara
97
dengan wewenang dan kewajiban sebagaimana dijabarkan didalam perjanjian pemberian hak. Suatu hak pakai dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu,
atau selama tanah dipakai untuk suatu tujuan tertentu, dengan gratis, atau untuk bayaran tertentu, atau dengan imbalan pelayanan tertentu. Selain
diberikan kepada warga negara Indonesia, hak pakai juga dapat diberikan kepada warga negara asing yang tinggal di Indonesia. Dalam kaitannya
dengan tanah yang langsung dikontrol oleh negara, suatu hak pakai hanya dapat dipindahkan kepada pihak lain jika mendapatkan ijin dari pejabat yang
berwenang. 4. Hak milik atas satuan bangunan bertingkat, adalah hak milik atas suatu
bangunan tertentu dari suatu bangunan bertingkat yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah untuk keperluan tertentu dan masing-
masing mempunyai sarana penghubung ke jalan umum yang meliputi antara lain suatu bagian tertentu atas suatu bidang tanah bersama. Hak milik atas
satuan bangunan bertingkat terdiri dari hak milik atas satuan rumah susun dan hak milik atas bangunan bertingkat lainnya.
5. Hak sewa, suatu badan usaha atau individu memiliki hak sewa atas tanah berhak memanfaatkan tanah yang dimiliki oleh pihak lain untuk pemanfaatan
bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada pemiliknya. Pembayaran uang sewa ini dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap,
baik sebelum maupun setelah pemanfaat lahan tersebut. Hak sewa atas tanah
Universitas Sumatera Utara
98
dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia, warga negara asing, badan usaha termasuk badan usaha asing. Hak sewa tidak berlaku diatas tanah negara.
6. Hak untuk membuka tanah dan hak untuk memungut hasil hutan, hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan hanya bisa didapatkan oleh
warga negara Indonesia dan diatur oleh Peraturan Pemerintah. Menggunakan suatu hak memungut hasil hutan secara hukum tidaklah serta merta berarti
mendapatkan hak milik right of ownership atas tanah yang bersangkutan. Hak untuk membuka lahan dan memungut hasil hutan merupakan hak atas
tanah yang diatur didalam hukum adat. 7. Hak tanggungan, hak tanggungan tercantum dalam Undang-Undang No. 4
tahun 1996 sehubungan dengan kepastian hak atas tanah dan objek yang berkaitan dengan tanah Security Title on Land and Land-Related Objects
dalam kasus hipotek.
Konsekuensi pengakuan terhadap hak-hak atas tanah, maka negara wajib memberikan jaminan kepastian hak atas tanah, sehingga lebih mudah bagi seseorang
mempertahankan haknya terhadap gangguan dari pihak lain. Secara implisit, hak gadai ini memang ada disinggung sedikit dalam UUPA
Undang-Undang Pokok Agraria UU No. 5 tahun 1960, namun pengaturan ini tidak memberikan penjelasan yang memadai dalam membicarakan gadai tanah. Oleh
karena itu bila melihat gadai tanah yang sebenarnya haruslah kita melihat gadai ini dalam hukum tanah adat. Kemudian dalam prospektifnya harus ditelaah bagaimana
Universitas Sumatera Utara
99
gadai ini sekarang dalam hukum tanah nasional, sebagai dasar yang tetap mengakui keberadaan hukum adat atau hak ulayat yang merupakan tempat tumbuhnya hukum
gadai tanah tersebut. Manakala bila diadakan pengamatan secara seksama dalam pemberlakuannya
di masyarakat, dapat diungkapkan perspektif berkembangnya hak gadai ini di tengah- tengah masyarakat saat ini disebabkan oleh karena dua hal, yang dapat dijadikan
dasar untuk muncul dan terus digunakannya gadai tanah tersebut yakni : 1. Karena kebutuhan memperoleh uang dengan segera dalam jumlah yang relatif
agak banyak menurut ukuran orang desa. 2. Karena tidak sanggup lagi membayar utang lalu harus menjual gadaikan tanah
miliknya. Sebab kalau menjual lepas tanah miliknya secara langsung, maka akan terjadilah perasaan hina dalam keluarga tersebut.
110
Sifat-sifat dan ciri-ciri
umum dari
hak gadai menurut Syamsul Bahri Dt. Saripado antara lain adalah:
111
1. Hak gadai umurnya terbatas, artinya pada sewaktu-waktu akan berakhir atau
hapus. Hak gadai akan berakhir apabila dilakukan dengan penebusan oleh pemiliknya dan tidak dapat dipaksa oleh pemegang gadai. Hak untuk menebus
110
Muhammad Yamin, Disertasi, Perkembangan Hukum Adat Di Indonesia Studi Mengenai Refleksi Gadai Tanah Di Kabupaten Mandailing Natal – Sumatera Utara, Medan – Program
Pascasarjana-USU, 2002, hlm. 15
111
Syamsul Bahri Dt.Saripado, Hukum Agraria Indonesia Dulu dan Kini II, Padang 1987, hlm.153
Universitas Sumatera Utara
100
takan hilang karena daluwarsa ataupun meninggal dunia pemiliknya dan menebus beralih kepada ahli warisnya.
2. Hak gadai dapat dibebani dengan hak tanggungan lainya, seperti pemegang gadai
mempersewakan tanahsawah itu untuk menyerahkan kepada pihak lain. Pihak lain itu boleh pihak ketiga atau orang yang menggadaikan tanahsawah tersebut
atau menganakgadaikan underverponden kepada pihak lain seizin pemilik tanahsawah itu yang mengakibatkan putusnya hubungan gadai tersebut.
3. Hak gadai dapat pula dipindahkan kepada pihak ketiga seizin pemilik yang
disebut “memindahkan gadai” doorverpoden. 4.
Selama gadai berlangsung dapat ditambah uang gadainya yang disebut “mendalami gadai”.
5. Hak gadai termasuk hak yang harus didaftarkan menurut Pasal 19 PP No. 10
tahun 1961. 6. Pengambilan benda gadai kalau tanah pertanian setelah panen dan paling lama
7 tahun tanpa tebusan, kalau bukan tanah pertanian diserahkan sampai dikembalikan uang gadaian.
Menurut Pasal 7 Undang-UndangNo. 56Prp1960 hapusnya hak gadai itu antara lain disebabkan sebagi berikut :
112
1. Telah dilakukan penebusan olehsipemberi gadai.
112
Effendi Perangin Angin, Sari Kuliah I HukumAgraria, Jakarta : Notariat Fakultas Hukum I ,1978, hlm. 107
Universitas Sumatera Utara
101
2. Sudah berlangsung 7 tahun bagi gadai tanah pertanian, tambak dan tanaman
keras. 3.
Putusan pengadilan dalam rangka menyelesaikan gadai dengan “milik-beding” 4.
Dicabut untuk kepentingan umum. 5.
Tanahnya musnah karena bencana alam, seperti banjiratau longsor, maka dalam hal ini emas gadainya tidak dapat dituntut kembali oleh pemegang gadai.
Dalam menggadai tanah harta pusaka tinggi haruslah meenuhi 4 syarat adat tetapi sekarang ini dalam peraktek gadai tidak disebabkan empat hal tersebut diatas
lagi. Melainkan gadai dapat dilakukan dengan alasan untuk menyekolahkan anak , untuk menambah modal, untuk berdagang.
Mengenai harta pusaka menurut hukum adat minangkabau maupun di kampung kita ini secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : secara umum bahwa
semua harta dibedakan atas harta pusaka dan harta pencaharian. “tanah pusaka” termasuk kedalam harta pusaka .harta pusaka dapat pula dibedakan atas harta “pusaka
tinggi” dan harta” pusaka rendah” harta” Pusaka tinggi” adalah harta pusaka yang tidak diketahui atau tidak jelas lagi asal usulnya.
Dengan banyaknya pelaksanaan gadai terhadap tanah harta pusaka tinggi maka semakin berkurang bahkan sampai habis tanah yang dimiliki oleh anggota
kaum. Perkembangan zaman telah mempengaruhi syarat pelaksanaan menggadai
tanah harta pusaka tinggi di Kabupaten Agam nagari Kamang Mudiak, istilah gadai sekarang beralih nama pada salang pinjam pinjam meminjam, karena dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
102
gadai merupakan suatu tindakan yang dapat dikategorikan malu dalam kaum tersebut. Salang pinjam tersebut dalam proses dan pelaksanaannya sama dengan proses atau
pelaksanaan gadai. Dalam kenyataannya di Kabupaten Agam Nagari Kamang Mudiak saat ini
terhadap permasalahan penebusan gadai terhadap tanah harta pusaka tinggi kaum yang digadaikan. Apabila ditebus oleh anggota kaum yang mampu dan tanah gadai
tersebut beralih kepada pihak yang menebus, bukan dikembalikan kepada kaum, begitu pun sebaliknya terhadap pusaka rendah yang digadaikan, kakak atau adik
saudara kandung dalam anggota keluarga tersebut yang mampu untuk menebus objek gadai dan objek gadai tersebut beralih kepada pihak yang menebus, bukan
dikembalikan kepada pihak yang menggadaikan. Bahkan sering pula terjadi objek gadai tersebut tidak pernah ditebus oleh
pemberi gadai, dan bahkan pemilik tanah menambah dan meminjam kembali uang kepada pemegang objek gadai yang lama.
Dengan tetap mengadaikan tanah itu dan terjadi secara terus menerus, sehingga jumlah emas yang dipinjam oleh pemilik tanah kepada pemegang gadai
sama dengan nilai objek gadai tersebut, dan akhirnya tidak sanggup lagi untuk ditebusi sehingga objek gadai tersebut beralih haknya menjadi milik pemegang gadai.
Kejadian ini dapat menguntungkan pemegang gadai kerena kelalaian pemilik tanah, namun disini peranan satu kaum sangat diperlukan.
Agar tidak terjadinya peralihan hak atau tanah pusaka itu beralih ketangan orang lain. Prinsip-prinsip hukum adat tersebut nampaknya sudah mulai melonggar
Universitas Sumatera Utara
103
dalam masyarakat Minangkabau. Disatu pihak adanya keinginan pribadi yang tidak terikat oleh turunan adat sebagai hak bersama, dilain pihak keberadaan hak bersama
masyarakat adat tetap dipertahankan. Kehidupan
manusia dalam
masyarakat selalu
berkembang ke
arah penyesuaian kebutuhan kehidupan zaman yang selalu dinamis. Begitu juga yang
terjadi dalam susunan masyarakat adat Minangkabau. Telah diuraikan di atas bahwa masyarakat Minangkabau keturunannya
berdasarkan garis ibu Matrilinial, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
113
a. Keturunan dihitung menurut garis ibu Matrilinial. b. Ikatan kesukaan terbentuk menurut garis ibu.
c. Perkawinan keluar suku eksogami. d. Kesukaan terhadap kemenakan ada pada mamak.
e. Perkawinan bersifat Matriloka suami tinggal dalam lingkungan keluarga istri.
f. Warisan diturunkan dari mamak ke kemenakan. g. Mamak bertanggung jawab terhadap kehidupan kemenakannya.
h. Ayah sebagai kepala keluarga bersifat simbolik. Dari beberapa ciri-ciri tersebut, sampai sekarang ini hanya beberapa saja yang
masih tetap bertahan, sementara ciri-ciri lainnya telah mulai memudar, mengalami pergeseran nilai sesuai perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
113
Ibid, hlm. 319
Universitas Sumatera Utara
104
Garis keturunan yang digunakan masih tetap dipakai dan dipedomani sampai sekarang, yaitu berdasarkan suku ibu. Namun demikian, pada sebahagian masyarakat
peran suku sudah tidak kuat lagi dipegang, karena telah terjadi perkawinan antara anak suku minang dengan orang lain di luar Suku Minang, bahkan dengan orang
asing sehingga unsur kesukuan itu sudah tidak menjadi sesuatu yang teramat penting. Namun demikian ditemui juga dewasa ini penjualan harta pusaka dengan
berbagai alasan yaitu tidak ada biaya, tanah pusaka tersebut tidak produktif lagi, sudah menjadi jaminan Bank.
114
Berlainan dengan pembentukan wilayah susunan baru pada masyarakat Minangkabau, sebagai susunan yang diciptakan pemerintah, maka di dalam keluarga
Minangkabau tegasnya di dalam pertalian sanak adanya perkembangan ke arah susunan baru.
Perkembangan di dalam lingkungan bukanlah perkembangan sebagai hasil ciptaan pemerintah, akan tetapi merupakan sesuatu yang betul-betul timbul dan
berkembang serta dikehendaki oleh kesadaran hukum masyarakatnya sendiri karena masyarakatnya berpendapat memang sudah seharusnya melaraskan diri dengan
suasana kehidupan modern. Didalam lingkungan sanak, didalam keluarga Minangkabau, sesuai dengan
kebutuhan hidup
modern telah
dapat kita
lihat timbulnya
perkembangan- perkembangan.
114
Chairul Anwar, Op Cit, hlm. 122
Universitas Sumatera Utara
105
Perkembangan-perkembangan yang sebenarnya telah menimbulkan hukum adat. Apakah seluruh kehidupan orang Minangkabau dapat diganti begitu saja dengan
peraturan-peraturan hukum Islam yang dibuat beratus tahun yang lalu oleh orang- orang arab walaupun sudah teratur tertulis sedangkan orang Minangkabau dengan
segala perbuatan-perbuatan hukum sudah sejak begitu lama hidup di dalam suasana adat.
115
Peraturan-peraturan pemerintah pun belumlah cukup memenuhi serta mengatur kebutuhan segi-segi kehidupan orang Minangkabau. Bahkan sampai
sekarang hukum adat masih tetap berlaku, berhubung kodifikasi dalam lapangan hukum perdata, masih belum terlaksana.
Memang ada bagian-bagian dari hukum fikih yang telah meresap kedalam kesadaran hukum orang Minangkabau seperti aturan-aturan di dalam bidang
perkawinan dan telah dirasakan sebagai aturan adat akan tetapi belum lagi seluruh aturan-aturan hukum Islam cocok dengan suasana adat, disana-sini masih terlihat
perbedaan-perbedaan yang besar seperti persoalan pembagian harta menurut adat dan menurut syarak.
C. Penyelesaian Sengketa Gadai Tanah Pusaka Tinggi