88
menggadaikan tanah harta pusaka tinggi dirasakan membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan ekonomi anggota kaumnya.
B. Dalam Kehidupan Masyarakat Minangkabau di Nagari Kamang Mudiak
Dalam melangsungkan kehidupannya manusia memerlukan keberadaan orang lain untuk membantu memenuhi kebutuhannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat
kebutuhan manusia setiap hari semakin meningkat dalam rangka mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Gadai di nagari Kamang Mudiak merupakan sarana tolong menolong dalam upaya memenuhi kebutuhan uang yang tidak dapat dihindarkan dan harus ada dalam
waktu yang cepat. Perjanjian yang dilakukan melahirkan suatu perikatan yang saling mengikat
dan mengikatkan diri maksudnya bahwa dengan melakukan perjanjian tersebut maka mereka telah melakukan suatu perikatan tertentu oleh satu pihak terhadap pihak
lainnya diantara mereka. Sehingga dapat diambil suatu pengertian bahwa hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perikatan itu dilahirkan dari suatu
perjanjian. Dengan perkataan lain bahwa perjanjian adalah sumber bahkan sumber utama dari perikatan. Secara tepatnya dapat dirumuskan bahwa perikatan itu
dilahirkan dari perjanjian Undang-Undang dan hukum tak tertulis.
105
Kehendak para pihak yang diwujudkan dalam kesepakatan adalah merupakan dasar mengikatnya suatu perjanjian. Kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai
105
Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992, hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
89
cara baik lisan maupun tertulis dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya. Sebaiknya kehendak tersebut dinyatakan secara tertulis agar dapat
dijadikan sebagai alat bukti yang sah. Namun dewasa ini, keempat syarat menggadai yaitu mambangkik batang
tarandam, gadih gadang alun balaki, mayek tabujua di tangah rumah, rumah gadang katirisan di atas mulai bertambah diperluas pengertiannya sesuai dengan semakin
berkembangnya zaman dan beragamnya akan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat di Minangkabau.
Tabel 14 : Alasan Masyarakat nagari Kamang Mudiak Menggadai No
Alasan Dilaksanakan Gadai Pada Saat Ini
Jumlah Jorong
1 Membayar hutang kaum.
1 Bansa
2 Membayar ongkos irigasi persawahan
kaum. 5
Pauh
3 Membayar iuran yang dibebankan
kepada kaum oleh nagari. 1
Padang kunyik
4 Membayar hutang darah.
1 Halang
5 Penutup kerugian yang disebabkan
oleh kecelakaan. 1
Babukik 6
Untuk Ongkos tambahan naik haji. 2
Aia tabik 7
Untuk tambahan biaya pendidikan anggota kaum.
3 Durian
8 Biaya pernikahan kemenakan.
2 Pakan sinayan
Jumlah 16
Sumber : data primer yang diolah 30 April 2014
Universitas Sumatera Utara
90
Dari tabel di atas alasan masyarakat nagari Kamang Mudiak melaksanakan gadai pusaka tinggi yang lebih dominan adalah membayar ongkos irigasi persawahan,
pendidikan dan pernikahan kemanakan. Kebutuhan hidup yang harus dilaksanakan dan tidak dapat ditunda merupakan
hal yang sangat penting. Dengan digadai tanah pusaka tinggi untuk membayar ongkos irigasi maka sawah mereka dapat dikerjakan yang akan menghasilkan uang untuk
biaya kebutuhan hidup sehari – hari dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk melakukan penebusan kembali terhadap harta pusaka yang telah
digadaikan, maka pada dasarnya dapat dilakukan oleh kaum atau anggota kaum. Jika penebusan gadai dilakukan oleh salah seorang anggota kaum, maka harta tersebut
menjadi bagian ganggam bauntuak untuk anggota kaum tersebut, asal saja penebusan harta pusaka itu dilakukan dengan sepengetahuan mamak kepala waris.
Prioritas utama untuk menebus harta pusaka itu diberikan kepada anggota kaum yang memegang hak ganggam bauntuak atas harta tersebut, namun apabila dia
tidak mampu maka hak tersebut dapat diberikan kepada anggota kaum yang mampu untuk menebusnya.
Dalam dinamikanya masyarakat hukum adat tidak dapat terlepaskan dari berbagai perubahan yang terjadi, baik yang berasal dari internal maupun eksternal
masyarakat adat
itu sendiri.
Menurut Syofyan
Thalib dalam
“masyarakat
Universitas Sumatera Utara
91
Minangkabau telah terjadi perubahan-perubahan yang menyangkut dengan ciri masyarakat Minangkabau itu sendiri.”
106
Masyarakat Minangkabau dewasa ini dihadapkan pada suatu realitas bahwa harta pusaka tinggi kaumnya tersebut telah ada yang tergadai bahkan terjual atau
telah berpindah tangan atau tidak lagi dalam keadaan utuh. Suatu keadaan yang bertolak belakang dengan prinsip penguasaan harta pusaka tinggi di Minangkabau
yang telah memberikan batasan yang jelas bahwa harta pusaka tinggi tidak dapat dialihkan dan bersifat tetap sebagai milik suatu kaum, dalam pepatah adat disebutkan
“kabau tagak kubangan tingga”.
107
Kebutuhan mendapatkan uang dalam waktu cepat membuat gadai tetap tumbuh dan berkembang. Bila masyarakat dalam memenuhi kebutuhan uang tersebut
harus ke Bank tentu akan mengalami kesulitan karena masyarakat tidak mau dibebani dengan formalitas dan birokrasi yang dianggap merepotkan.
Apabila masyarakat nagari Kamang Mudiak hendak meminjam uang kepada Bank harus memenuhi ketentuan misalnya surat tanah harus sudah sertipikat dan di
pasang hak tanggungan. Sedangkan tanah yang dijadikan jaminan adalah tanah harta pusaka tinggi milik kaum bukan milik pribadi, dan syarat-syarat lainnya yang
dibutuhkan Bank. Pelaksanaan gadai di masyarakat adat tidak memerlukan formalitas dan
birokrasi, sehingga gadai terus tumbuh dan berkembang karena dalam melaksanakan gadai masyarakat tidak disulitkan dengan prosedur atau syarat yang harus dilengkapi.
106
Soerojo Wignyodipoera, Op cit, hlm. 197
107
Syofyan Thalib,Perkembangan Beberapa Ciri Masyarakat dan Adat Minangkabau, Padang : Pusat Penelitian Unand, 1988, hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
92
BAB IV DAMPAK ADANYA PERKEMBANGAN SYARAT SECARA ADAT