24
b. Penanda Morfologis berupa Klitik
Klitik dalam tatanan Bahasa Jawa dibedakan menjadi dua yaitu proklitik
dan enklitik.
1 Proklitik yang berupa dak-tak- dan ko-kok- sebagai penanda leksikon
ngoko seperti pada kata dakgawane dan koktinggal. Sedangkan proklitik mang- sebagai penanda leksikon madya seperti pada kata
mangtumbas.
Proklitik dak-tak- dan ko-kok- yang melekat dengan leksikon netral akan mengubah leksikon netral menjadi leksikon ngoko misalnya pada
kata takcampur dan kokjiwit. Contoh penggunaan dalam kalimat yakni sebagai berikut.
a Dhuwite mau takcampur dadi siji.
‗Uangnya tadi saya campur jadi satu.‘ b
Adhiku aja kokjiwit. ―Adikku jangan kamu cubit.‘
Sedangkan proklitik dak-tak- dan ko-kok- yang melekat dengan leksikon krama, krama inggil, atau krama andhap dalam tuturan ngoko
dapat mengubah tuturan tersebut menjadi ngoko halus misalnya pada kata dakampile dan kokunjuk. Contoh penggunaan dalam kalimat yakni
sebagai berikut. c
Mbak Rana buku iki dakampile dhisik ya? ‗Mbak Rana buku ini kupinjam dahulu ya?‘
d Jamune wis kokunjuk Mas?
25 ‗Jamunya sudah kau minum Kak?‘
Proklitik mang- yang melekat dengan leksikon netral akan mengubah leksikon netral menjadi leksikon madya misalnya pada kata
mangtutupke. Contoh penggunaan dalam kalimat yakni sebagai berikut. e
Tulung mangtutupke cendhela ngajeng niku Mas. ‗Tolong kau tutupkan jendela depan itu Kak.‘
Sedangkan proklitik mang- yang melekat dengan leksikon krama, krama inggil, atau krama andhap tidak akan mengubahnya menjadi
leksikon madya namun dapat mengurangi derajat kehalusan kalimat. Contoh penggunaan dalam kalimat yakni sebagai berikut.
f Menawi kersa panjenengan pundhut mawon Mas.
Menawi kersa mangpundhut mawon Mas. ‗Kalau mau kau ambil saja Mas.‘
2 Enklitik yang berupa –ku dan –mu sebagai penanda leksikon ngoko
seperti pada kata klambiku dan dhuwitmu. Selain sebagai penanda leksikon ngoko enklitik
–ku dan –mu juga dapat melekat pada leksikon netral, madya, dan krama seperti pada kata sepatuku dan sowanku.
Dalam ragam krama halus tidak dikenal proklitik maupun enklitik. Proklitik dak-tak- akan berubah menjadi kula, proklitik ko-kok- dan
mang- akan berubah menjadi panjenengan, enklitik –ku dan –mu akan
berubah menjadi kula dan panjenengan.
26
c. Penanda Bukan Morfologis