13 Penelitian-penelitian tersebut menjadi dasar awal pemikiran untuk
mengembangkan aplikasi senyawa derivat kalkon bersubstituen bromo ini sebagai sebagai obat antikanker pada kultur sel kanker yang lain, khususnya pada sel
T47D yang banyak digunakan sebagai model sel kanker payudara. Demikian juga perlu dikembangkan aplikasinya sebagai agen ko-kemoterapi obat antikanker
seperti Doksorubisin yang sering menimbulkan resistensi. Penelitian yang akan dilakukan meliputi penelusuran mekanisme aksi dan target molekuler dari
senyawa ini baik pada pemakaian tunggal maupun kombinasinya dengan Doksorubisin, akan diarahkan pada bagaimana pengaruhnya terhadap pemacuan
apoptosis, penghambatan daur sel cell cycle arrest, ekspresi protein yang berpengaruh pada mekanisme apoptosis Bcl-2 dan Bax dan proses daur sel
cyclin.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada mempelajari potensi senyawa derivat kalkon
bersubstituen bromo, yaitu 1- 4’-bromofenil-3-4-hidroksi-3-metoksifenil-2-
propen-1-on sebagai agen antikanker dan agen ko-kemoterapi Doksorubisin pada kultur sel kanker leher rahim HeLa dan sel payudara T47D. Fokus penelitian
yang diamati adalah hal-hal yang berkaitan dengan faktor penghambatan sel kanker, yaitu aktivitas sitotoksik, kemampuan dalam memacu apoptosis,
menghambat daur sel, dan mempengaruhi ekspresi protein yang terlibat dalam apoptosis Bcl-2 dan Bax, dan proses daur sel cyclin, baik pada penggunaan
secara tunggal maupun bila dikombinasikan dengan Doksorubisin. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Pada tahun pertama : 1. Bagaimana aktivitas sitotoksik senyawa 1-
4’-bromofenil-3-4-hidroksi-3- metoksifenil-2-propen-1-on, Doksorubisin, dan kombinasi keduanya pada sel
HeLa dan sel T47D? 2. Bagaimana efek perlakuan senyawa 1-
4’-bromofenil-3-4-hidroksi-3- metoksifenil-2-propen-1-on, Doksorubisin, dan kombinasi keduanya terhadap
pemacuan apoptosis pada sel HeLa dan sel T47D ?
14 3. Bagaimana perubahan ekspresi protein yang mempengaruhi apoptosis Bcl-2
dan Bax pada sel HeLa sel T47D karena perlakuan senyawa 1- 4’-
bromofenil-3-4-hidroksi-3-metoksifenil-2-propen-1-on, Doksorubisin, dan kombinasi keduanya ?
Pada tahun kedua : 1. Bagaimana efek perlakuan senyawa 1-
4’-bromofenil-3-4-hidroksi-3- metoksifenil-2-propen-1-on, Doksorubisin, dan kombinasi keduanya terhadap
daur sel HeLa dan sel T47D ? 2. Bagaimana perubahan ekspresi protein regulator daur sel cyclin Dcyclin E
cyclin B pada sel HeLa sel T47D akibat perlakuan senyawa 1- 4’-
bromofenil-3-4-hidroksi-3-metoksifenil-2-propen-1-on, Doksorubisin, dan kombinasi keduanya ?
15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker, Daur Sel, dan Apoptosis
Penyakit kanker masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. World Health Organization WHO melaporkan bahwa pada tahun 1997, dari 50
juta kematian yang terjadi, sebanyak 12 disebabkan oleh kanker dan dua pertiganya terjadi di negara berkembang WHO, 1998. Di Indonesia kanker
merupakan penyebab kematian utama disamping penyakit menular. Jumlah penderita kanker di Indonesia terus bertambah, dari 3,8 pada tahun 1990
menjadi 4,1 pada tahun 1995 Depkes, 1997. Kanker adalah penyakit hasil mutasi gen atau kesalahan jalur transduksi
sinyal yang memungkinkan terjadinya kerusakan sel Petak et al., 2005. Pada sel kanker gangguan transduksi sinyal akan menyebabkan pembelahan yang
berlebihan, penghambatan deferensiasi sel, dan penurunan kematian sel apoptosis. Adanya perubahan ini, maka sel kanker akan berkembang dan
menyebar ke jaringan lain sekaligus akan mengalami perubahan kromosom dan mutasi genetik. Perubahan genetik pada gen-gen yang mengatur pertumbuhan,
yaitu onkogen dan gen tumor supressor merupakan perubahan yang sering terjadi Meiyanto, 1999. Akibatnya sel akan berproliferasi terus menerus dan
menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal Lodish et al., 2000. Setiap sel baik sel normal maupun sel kanker mengalami perkembangan
melalui suatu siklus yang disebut daur sel cell cycle. Daur sel meliputi beberapa fase, yaitu : membelah fase proliferatif, dalam keadaan istirahat tidak
membelah, G-0 dan secara permanen tidak membelah. Foster et al., 2001. Daur sel diawali dari masuknya sel pada fase G-1, pada fase ini sel melakukan
persiapan untuk sintesis DNA Wyllie et al., 2000. Selanjutnya pada fase S terjadi replikasi DNA sel. Di akhir fase ini sel siap memasuki fase G-2 untuk
melakukan pertumbuhan dan sintesis protein yang memadai untuk dua sel. Setelah fase mitosis, sel dapat kembali ke fase G-1 untuk melanjutkan cell cycle atau
memasuki fase G-0. Fase G-0 adalah fase istirahat cell cycle arrest, dimana sel mengalami kelelahan dan berhenti membelah quiescent cells Meiyanto, 2002.
Sel dapat keluar dari fase G-0 dan memasuki fase G-1 kembali jika melewati