Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah

42 penelitian menunjukkan bahwa bullying yang terjadi di SD N Gondolayu disebabkan karena perbedaan usia, fisik, pengalaman, karakter, dan latar belakang siswa. Bentuk bullying yang terjadi yaitu fisik memukul, menempeleng kepala, mendorong, menendang, menindih menyundul kepala, nyrekal, melempar dengan bola dan non fisik nama panggilan yang tidak layak, mengejek, memalak, dan mentheleng. Intensitas frekuensi bullying dapat terjadi 1-2 kali dalam sehari dengan orang yang relatif sama, kualitas bullying mulai dari ringan hingga sedang. Penanganan bullying meliputi penegakan tata tertib, pembinaan mental bagi pelaku dan korban, pengawasan agar tidak terulang kembali. Strategi guru kelas dalam penanganan bullying melalui kartu prestasi dan belajar jam ke 0 serta kerjasama dengan orang tua atau pihak terkait seperti psikologi Universitas Gadjah Mada, Rumah Sakit Bethesda dan Sardjito dan Kepolisian Sektor Jetis. 2. Siswati Costrie Ganes Widayanti Jurnal, Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang: Studi Deskriptif, Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,55 siswa menjadi korban bullying. 42,5 siswa mengalami bullying fisik dan 34,06 mengalami bullying nonfisik. Penelitian ini menjelaskan bahwa ada kesempatan bagi korban untuk menjadi pelaku. Ada pemahaman yang rendah dari masyarakat sekolah tentang bullying. Pengakuan dan pencegahan tentang bullying perlu 43 diperhatikan dalam rangka menciptakan tempat yang aman bagi siswa untuk berkembang 3. Muhammad Jurnal, Aspek Perlindungan Anak Dalam Tindak Kekerasan Bullying Terhadap Siswa Korban Kekerasan di Sekolah Studi Kasus di SMK Kabupaten Banyumas, Sekolah Tinggi Agama Islam Al Ghazali Cilacap. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi bullying fisik sebanyak sembilan kali, bullying verbal sebanyak empat belas kali dan bullying fisikmental sebanyak delapan kali. dampak adanya bullying, meliputi: Dampak fisik, seperti memar, bejol, luka tangan, pusing, sering capek dan tidak sekolah, lecet, luka kening, dada sakit, memar kepala dan tidak sekolah. Dampak verbal, seperti tidak masuk kelas, suasana kelas menjadi tidak nyaman untuk belajar, suasana kelas gaduh, tidak konsentrasi dalam belajar, dan tidak betah. Dampak psikis, seperti tidak sekolah enggan masuk sekolah, depresi, taut, minder, malu, rasa ingin bunuh diri, tidak betah disekolah, dan tidak nyaman dalam belajar. Berdasarkan penjelasan terhadap beberapa penelitian tersebut tentang gambaran perilaku, frekuensi, dampak, dan penyebab bullying bahwa adapun posisi penelitian yang berjudul “Fenomena Bullying di Sekolah Dasar di Kawasan Beresiko Kota Yogyakarta” merupakan penelitian untuk kebijakan dalam usaha untuk menangani perilaku bullying. Selain itu penelitian ini 44 dilakukan untuk menjelaskan gambaran bullying dilihat dari pergaulan siswa dan upaya sekolah dalam menanganinya.

C. Kerangka Berpikir

D. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya, didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa bentuk perilaku bullying yang terjadi di sekolah dasar di kawasan beresiko? 2. Berapa frekuensi perilaku bullying yang dilakukan di sekolah dasar di kawasan beresiko? 3. Siapa pelaku dari perilaku bullying yang terjadi di sekolah dasar di kawasan beresiko? 4. Bagaimana pola pergaulan teman sebaya pada siswa di sekolah dasar di kawasan beresiko? SEKOLAH SISWA PERGAULAN BULLYING 45 5. Bagaimana pola pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi tindakan bullying siswa di sekolah dasar di kawasan beresiko? 6. Bagaimana warga sekolah memahami masalah bullying yang terjadi di sekolah dasar di kawasan beresiko?