Tanggapan Sekolah Hasil Penelitian Bullying

93 membubuhkan tanda tangan seluruh guru dan kepala sekolah dalam sebuah banner besar serta berjanji tidak akan melakukan kekerasan terhadap anak siswa. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya deklarasi ini sangat positif. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mjn wali kelas 5: “Sebelum adanya deklarasi tentang anti kekerasan terhadap anak, hukuman fisik atau sanksi yang melibatkan fisik bagi siswa sering dilakukan. Tetapi setelah adanya deklarasi tersebut, sanksi dan hukuman lebih bersifat mendidik tanpa melibatkan fisik”. Bpk Mjn, 11 April 2015 Penjelasan tersebut juga ditambahkan oleh Ibu Si wali kelas 1: “Adanya deklarasi anti kekerasan sebagai alat antisipasi supaya guru tidak melakukan tindak kekerasan terhadap siswa. Tapi sebelumnya juga tidak pernah ada tindak kekerasan yang dilakukan terhadap siswa. Fungsi deklarasi itu lebih seperti menguatkan saja”. Ibu Si, 23 April 2015 Dari kedua wawancara diatas dapat memberikan penjelasan bahwa deklarasi anti kekerasan terhadap anak dapat digunakan untuk mengubah jenis sangsi yang diberikan kepada siswa menjadi lebih mendidik tanpa Gambar 3. Deklarasi anti kekerasan terhadap anak yang dipasang di dekat kantin sekolah 94 melibatkan fisik bagi beberapa guru sekaligus sebagai antisipasi agar kedepannya tidak terjadi kekerasan terhadap siswa. 2 Kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang dicanangkan oleh sekolah bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat siswa serta untuk menjembatani siswa dalam menyalurkan emosi. Seperti pernyataan Ibu TL bagian kesiswaan: “Salah satu upaya untuk mengatasi bullying di sekolah ini adalah dengan mewadahi bakat dan minat siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti musik, membatik dan lain-lain sekaligus juga untuk menjembatani siswa dalam menyalurkan emosi”. Ibu TL, 23 April 2015 3 Bimbingan guru Seperti dijelaskan oleh ibu Kepala Sekolah: “Upaya guru untuk mengatasi bullying adalah dengan guru mempunyai buku bimbingan untuk siswa. Jumlah masing-masing buku bimbingan tersebut adalah lima buah. Fungsi buku tersebut sekaligus untuk memonitoring siswa dan sebagai bahan evaluasi sekolah”. Ibu KS, 24 April 2015 SD Negeri Keputran 1 memiliki buku bimbingan khusus yang berjumlah lima buah yang diperuntukkan bagi siswa yang berfungsi untuk memonitoring siswa dan sebagai bahan evaluasi sekolah. 4 Menjalin kerjasama Menjalin kerjasama dilakukan dengan beberapa pihak terkait yang mendukung program-program sekolah antara lain orang tua, yayasan perlindungan anak, dan kepolisian. Seperti yang dijelaskan oleh ibu Kepala Sekolah: “Kami melibatkan orang tua dalam segala hal yang menyangkut kebaikan bersama sekolah, siswa, dan orang tua. Kami melakukan 95 musyawarah dan forum diskusi. Misalnya besok pada bulan Juni kami akan melakukan workshop yang membahas tentang tata tertib sekolah. Untuk kerjasama dengan pihak lain kami bekerjasama dengan yayasan perlindungan anak dan pihak kepolisian untuk info atau sosialisasi tentang etika lalu lintas dan tindak kejahatan.” ibu KS, 24 April 2015 SD Negeri Keputran 1 melibatkan orang tua siswa dalam menyangkut kepentingan dan kebaikan bersama. Pihak sekolah dan orang tua siswa selalu melakukan musyawarah dan diskusi. Sedangkan untuk pihak lain, SD Negeri Keputran 1 melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian untuk informasi atau sekedar sosialisasi tentang etika berlalu lintas dan tindak kejahatan. 5 Penanganan tindakan bullying Selain ada beberapa program yang memang dibuat dan direncanakan sekolah untuk mengatasi bullying, ada juga penanganan yang dilakukan sekolah untuk menangani bullying. Penanganan ini dilakukan secara spontan dan insidental. Berikut ini adalah penjelasan ibu TL bagian kesiswaan terkait dengan penanganan tindakan bullying: ”Ada beberapa mekanisme yang seketika itu harus dilakukan ketika siswa melakukan tindakan bullying yaitu awalnya dengan menegur atau menasehati terlebih dahulu. Tetapi jika memang kasusnya agak lebih berat ya guru yang bersangkutan berusaha untuk menangani terlebih dahulu. Jika ternyata guru kesulitan, bisa mengajak wali kelas untuk berdiskusi. Namun kalau memang belum ditemukan solusi yang tepat baru nanti ke kepala sekolah. Jadi kondisional mba”. Ibu TL, 23 April 2015 Kemudian dikuatkan dengan penjelasan ibu kepala sekolah: “Untuk mekanisme tindakan memang dari guru. Kalau memang kasusnya sudah sangat berat dan sulit untuk ditangani oleh guru baru nanti kita diskusikan bersama. Selain itu kita juga adakan verifikasi bersama siswa untuk mengetahui penyebab tindakan bullying yang sebenarnya. Baru nanti kemudian kita mengajak orang tua untuk berdiskusi”. Ibu KS, 24 April 2015 96 Dari dua hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa SD Negeri Keputran 1 memiliki dua tahap dalam menangani tindakan bullying. Tahap pertama yaitu diskusi. Diskusi dilaksanakan ketika guru yang bersangkutan tidak dapat menemukan solusi dari tindakan bullying yang dilakukan siswa. Diskusi melibatkan guru, wali kelas, dan kepala sekolah. Setelah dilakukan diskusi kemudian dilakukan verifikasi untuk mengetahui penyebab bullying yang dilakukan oleh siswa. Verifikasi ini melibatkan juga siswa yang bersangkutan. Selain untuk mengetahui penyebab siswa melakukan bullying, verifikasi ini juga bertujuan untuk menentukan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan pihak sekolah. Pihak sekolah akan melibatkan orang tua siswa yang bersangkutan jika memang diperlukan.

2. Bullying di SD N Surokarsan 2 a. Fenomena Bullying

1 Bentuk Bullying Untuk mengetahui karakteristik bullying yang terjadi di kawasan beresiko, selain melakukan penelitian di SD Negeri Keputran 1 peneliti juga melakukan penelitian di SD Negeri Surokarsan 2. Di SD Negeri Surokarsan 2 ternyata juga ditemukan tindakan bullying. Jenis bullying yang terjadi di SD Negeri Surokarsan 2 dibedakan menjadi 3 yaitu bullying fisik, bullying psikis, dan bullying verbal. Hal tersebut dibuktikan dengan data observasi yang dilakukan oleh siswa sebagai berikut: Tabel 19. Bullying di kelas 1 Jenis Bullying Bentuk Bullying Bullying fisik Memukul kepala menjitak Saling memukul satu sama lain