Menangani dan Mengatasi Bullying a. Upaya dalam menangani bullying

35 a. Program Sekolah Ramah Anak SRA Ramah anak menurut UNICEF Innocentty Research adalah menjamin hak anak sebagai warga kota. Sedangkan Indonesia mengartikan ramah anak sebagai masyarakat ramah anak, masyarakat yang terbuka, masyarakat yang melibatkan anak-anak dalam kehidupan sosial, mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan mereka Jurnal Penelitian PAUDIA, Kristanto, 2011. Sekolah ramah anak dapat diartikan sebagai sekolah yang melibatkan anak- anak secara terbuka dalam kehidupan sosial dan mendorong tumbuh kembang serta kesejahteraan mereka. Ada beberapa ciri yang dapat dijadikan indikator keberhasilan dari sekolah ramah anak. Ciri-ciri tersebut antara lain dilihat dari lingkungan sekolah, interaksi antar warga sekolah, pembelajaran di kelas, penataan ruang kelas, dan kemitraan sekolah. Lingkungan sekolah yang bercirikan sekolah ramah anak berawal dari lingkungan fisik yang menjamin bahwa anak dapat nyaman dan aman dalam menggunakannya seperti toilet yang bersih, fasilitas lengkap dan memadai, sarana dan prasarana sekolah yang sekiranya tidak melukai anak tajam, licin, beracun, dan lain-lain, bangunan sekolah yang jauh dari jalan raya, dan sebagainya. Selain lingkungan fisik, lingkungan pergaulan antar warga sekolah juga menjadi indikator berhasilnya sekolah ramah anak. Interaksi yang harmonis, menghargai satu sama lain antara guru dengan siswa ataupun antara siswa satu dengan yang lain, adanya kesetaraan gender yang diterapkan di sekolah, perlakuan adil, dan sebagainya. Dalam lingkup terkecil dalam sekolah yaitu kelas juga harus diperhatikan demi 36 kenyamanan siswa maupun guru. Proses pembelajaran dalam kelas harus melibatkan siswa, siswa sebagai subyek dalam pembelajaran, adanya kelas inklusif, PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, didukung media pembelajaran yang memadai, pembelajaran dapat dilakukan dengan berbasis komunitas, dan sebagainya. Hubungannya dengan ruang kelas tidak lepas dengan penataan atau dekorasi yang harus sesuai dengan usia siswa, penataan bangku yang memungkinkan anak dapat belajar dengan nyaman, ilustrasi-ilustrasi di kelas yang menggambarkan ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Untuk membentuk sekolah ramah anak yang berhasil, sekolah juga harus membangun kemitraan yang baik dengan instansi terkait yang mendukung pengembangan sekolah. Dari beberapa penjelasan tersebut sudah ada sekolah-sekolah yang berlabel SRA Sekolah Ramah Anak di beberapa kota dan kebupaten di Indonesia, antara lain Kota Bandung, Kota Semarang, Kabupaten Bantul, dan sebagainya. b. Kebijakan KotaKabupaten Layak Anak KLA Kotakabupaten layak anak KLA adalah kota atau kabupaten yang memiliki sistem pembangunan berbasis hak anak melalui intregasi komitmen antara masyarakat, pemerintah, dan sumber daya usaha demi menjamin kesejahteraan dan terpenuhinya hak-hak anak www.kla.or.id. Kota layak anak pertama kali diperkenalkan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2005 melalui Kebijakan Kota Layak Anak. Kemudian dalam perkembangannya untuk mengakomodasikannya dengan kabupaten yang ada di Indonesia adanya istilah Kota Layak Anak lebih dikenal dengan 37 istilah KLA KotaKabupaten Layak Anak. Secara normatif yuridis pengembangan KLA terdapat dalam World Fit for Children, Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-hak Anak, Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28b dan 28c, Program Nasional bagi Anak Indonesia 2015, Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Permenneg No. 2 tahun 2009 tentang Kebijakan KLA Jurnal Sosio-Religia, Rudi Subiyakto, 2012. Adanya kebijakan kota layak anak kemudian semakin dikembangkan dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak PERMEN PPPA No. 11 tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kola Layak Anak dan beberapa peraturan daerah yang dibuat oleh kota dan kabupaten yang terlibat dalam penyelenggaraan menuju kota layak anak. Beberapa peraturan daerah Perda tersebut antara lain Peraturan Daerah Kota Depok No. 15 tahun 2013 tentang Penyelenggaran Kota Layak Anak, Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak, Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 6 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak, Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 6 tahun 2011 tentang Perlindungan Anak yang Hidup di Jalan, dan beberapa perda tentang perlindungan anak di kotakabupaten lainnya. Dari beberapa peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah Kota Depok adalah satu-satunya kota yang memiliki perda yang mengatur tentang kota layak anak http:depoknews.comperda-kota-layak-anak-depok-satu- satunya-di-indonesia . Sedangkan sekitar 109 kotakabupaten yang lain