kadar PCT pada pasien infeksi pada hari pertama 0,3±0,2 ngml, hari ketiga 0,3±0,2 ngml dan hari kelima 0,2±0,1 ngml. Sedangkan pada
penderita yang tidak infeksi tidak didapati perubahan yang bermakna dari hari pertama, ketiga dan kelima yaitu 0,05±0,01 ngml
IV.2.4. Peranan Procalcitonin Dan Marker Inflamasi Sebagai Faktor
Prediktor Infeksi Pada Pasien Sroke Iskemik Akut
Pada peneilitian ini, kadar inflamasi yaitu leukosit, dan HsCRP serta PCT merupakan faktor prediktor untuk menilai terjadinya infeksi,
dimana pada pemeriksaan hari pertama dan diulang pada hari ketiga rawatan didapati peningkatan. Leukosit pada pemerikasaan hari pertama
memegang peranan penting sebagai prediktor infeksi, yang berperan 2,61 kali CI 95 1,98-15,12 dan p 0,01 untuk dapat memprediksi infeksi
pada stroke iskemik akut. Pada pemeriksaan hari ketiga marker inflamasi leukosit,
monosit, dan HsCRP serta PCT berperan sebagai prediktor infeksi pada pasien stroke akut. Pada pemeriksaan hari ketiga ini yang sangat
memegang peranan penting yaitu leukosit. Leukosit ini berperan sebagai prediktor infeksi 3,25 kali CI 95 2,23-38,7 dan p 0,04 dibandingkan
pemeriksaan laboratorium lainnya. Tetapi marker lainnya juga berperan untuk dapat memprediksi terjadinya infeksi seperti CRP, procalcitonin dan
monosit. Penelitian ini sejalan dengan studi dari Fluri dkk 2012 yang
mendapatkan bahwa marker inflamasi pada hari pertama yaitu leukosit
Universitas Sumatera Utara
dengan OR 3,35 CI 95 2,14-5,23, p= 0,001, monosit dengan OR 1,43 CI 95 1,03-2,00, p= 0,035, CRP dengan OR 1,50 CI 95 1,22-
1,84, p= 0,01 serta procalcitonin dengan OR 1,91 CI 95 1,38-2,63, p= 0,001. Sedangkan pada pemeriksaan pada hari ketiga yaitu leukosit
dengan OR 4,91 CI 95 3,38-7,14, p= 0,0001, monosit dengan OR 1,72 CI 95 1,40-2,11, p= 0,0001, CRP dengan OR 2,28 CI 95 1,75-
2,96, p= 0,0001 serta procalcitonin dengan OR 1,69 CI 95 1,30-2,11, p= 0,0001.
IV.2.5. Nilai Sensitifitas Dan Spesifisitas Procalcitonin Dan Marker
Inflamasi Rutin Sebagai Prediktor Infeksi Pada Pasien Stroke Iskemik Akut
Dari penelitian ini didapatkan pada pemeriksaan hari pertama bahwa leukosit memiliki sensitifitas 75,0 dan spesifisitas 64,1. Untuk
monosit memiliki sensitifitas 61,5 dan spesifisitas 60,5. Untuk HsCRP memiliki sensitifitas 85,7 dan spesifisitas 43,2. Sedangkan PCT
memiliki sensitifitas 91,7 dan spesifisitas 64,1. Dari penelitian ini didapatkan pada pemeriksaan hari pertama
bahwa leukosit memiliki sensitifitas 83,3 dan spesifisitas 58,9. Untuk monosit memiliki sensitifitas 58,3 dan spesifisitas 58,9. Untuk HsCRP
memiliki sensitifitas 75,0 dan spesifisitas 69,2. Sedangkan PCT memiliki sensitifitas 92,3 dan spesifisitas 81,6.
Hal ini menunjukkan bahwasannya pemeriksaan PCT pada hari pertama dan ketiga lebih baik dilakukan dengan nilai sensitifitas 91,7
Universitas Sumatera Utara
dan spesifisitas 64,1 pada hari pertama dan nilai sensitifitas 92,3 dan spesifisitas 81,6 dibandigkan dengan pemeriksaan lainnya.
Pada penelitian Iskandar dkk 2010 menunjukkan rerata kadar PCT 0,93 mgL, nilai ROC 0,400 mempunyai sensitifitas 20 dan
spesifisitas 30,4 dengan nilai p=0,490. Rerata kadar CRP 8,4 mgL, nilai ROC 0,422 mempunyai sensitifitas 60 dan spesifisitas 69,6 dengan
nilai p=0,589. Sedangkan rerata kadar leukosit 8835iu dengan nilai ROC 0,500 mempunyai sensitifitas 20 dan spesifisitas 21,7 dengan nilai
p=1,00. Beberapa penelitian menunjukkan pemeriksaan PCT lebih baik dari CRP terutama untuk membedakan beratnya sepsis dan prognosis
perjalanan penyakit, sedangkan untuk membedakan sepsis dan non sepsis kemampuannya sama Carol dkk, 2002; Meisner M dkk, 2002
Satu studi
mengatakan adanya
peningkatan leukosit
dihubungkan dengan resiko tinggi untuk serebral infrak dan jumlah neutropil digambarkan signifikan dengan hubungan kejadian stroke. Pada
pasien dengan stroke iskemik akut dijumpai leukosit meningkat. Uptake leukosit dapat meningkat pada area infark dan menginfiltrasi pada daerah
yang ada defek perfusinya. Akumulasi dari selektif neutropil pada otak terjadi pada 6-12 jam setelah onset stroke dan menjadi progresif sampai
lebih dari 24 jam dan akhirnya akan menurun Emsely dkk,2002. Studi dari Chamorro dkk 2012, monosit merupakan sel imun
bawaan multifungsi dengan peran yang sangat penting sekali pada regulasi dari inflamasi dan perbaikan jaringan. Pasien dengan stroke
Universitas Sumatera Utara
iskemik akut, selnya meningkat di darah, dan menggambarkan perubahan fenotif yang berkurang pada saat ekspresi dari molekul antigen dan
rendahnya produksi dari tumor nekrosis faktor proinflamasi, juga produksi dari anti inflamasi IL-10 berubah. Perubahan ini penting yang
berhubungan dengan resiko infeksi pasca stroke, dimana ada gangguan keseimbangan antar monosit proinflamasi klasik CD14
+
dan CD 16
+
untuk perbaikan monosit berhubungan dengan outcome stroke.
Aterotrombosis dari pembuluh darah dapat meyebabkan gangguan dari inflamasi dan protein fase akut reaktan yang dihasilkan
pada beberapa jam awal. Protein dalam jumlah banyak yang dikenal pada fase akut seperti fibrinogen, CRP, TNF dan dshaptoglobulin. Ketidak
stabilan dari TNF dan haptoglobulin pada kondisi yang tidak membeku digunakan sebagi pembatasan inilah markernya. Level dari inflamasi
dijumpai dengan peningkatan dari CRP yang berhubungan dengan peningkatan resiko dari komplikasi vaskular dan memprediksi kejadian
akan datang Roudbary dkk,2009. Procalcitonin merupakan biomarker dengan spesifisitas untuk
infeksi bakteri yang tinggi dan level procalcitonin ini dapat normal pada infeksi virus. Linscheid dkk menjelaskan bahwa adanya interferon-gamma
akan menginhibisi IL-1 β- sehingga menginduksi ekspresi calcitonin mRNA
dan terjadi sekresi dari PCT Hesselink dkk,2009.
Adanya imunodepresi setelah stroke sudah banyak dinilai namun mekanisme penyampaian signal yang mempengaruhi sistem saraf
Universitas Sumatera Utara
simpatis dan aksis hypothalamic-pituitari yang meregulasi penurunan respon immun setelah iskemia sel otak masih belum jelas. Beberapa
percobaan klinik menunjukkan adanya produksi cytokine proinflamatory oleh jaringan otak yang rusak secara langsung menimbulkan aktivasi SSP
dan aksis hypothalamic –pituitary. Peningkatan nilai cytokine seperti
interleukin 1, TNF α dan interleukin 6 telah terbukti terjadi pada kerusakan
parenkim otak dan cairan serebrospinal. Karena sistem otonom pada sistem saraf pusat merupakan organ limfoid sekunder, kerusakan yang
terjadinya pada daerah ini dapat menimbulkan imunodefisiensi. Pada keadaan stroke akan terjadi kerusakan struktur susunan saraf pusat
simpatis yang meliputi vegetative neuroimmunomodulation. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan adanya stress pada sistem saraf pusat dan
peradangan pada system saraf pusat merupakan penyebab terjadinya immunodepresion system Dirnagl dkk, 2007.
IV.2.6. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan. Pertama, pada pemeriksaan biomarker pada penelitian ini sulit untuk memebedakan prediksi dan
diagnosa awal dari infeksi. Kedua,diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak udah agar dapat dijumpai hasil yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Procalcitonin mempunyai peranan sebagai prediktor infeksi pada pasien stroke iskemik akut dengan resiko lebih dari satu setengah
kali dapat memprediksi terjadinya infeksi OR 1,64 ,CI 95 1,18- 3,45 dan p = 0,007 pada pemeriksaan hari pertama dan
sedangkan pada pemeriksaan hari ketiga meningkat menjadi hampir dua setengah kali menjadi prediktor infeksi OR 2,13, CI
95 1,74-7,37 dan p = 0,008. 2. Leukosit mempunyai peranan sebagai prediktor infeksi pada
pasien stroke iskemik akut dengan resiko lebih dari dua setengah kali dapat memprediksi terjadinya infeksi OR 2,61 ,CI 95 1,98-
15,12 dan p 0,01 pada pemeriksaan hari pertama dan sedangkan pada pemeriksaan hari ketiga meningkat menjadi lebih
dari tiga kali dapat menjadi prediktor infeksi OR 3,12, CI 95 2,23- 38,72 dan p = 0,04.
3. High sensitivity C- Reactive Protein HsCRP mempunyai peranan sebagai prediktor infeksi pada pasien stroke iskemik akut dengan
resiko hampir satu setengah kali dapat memprediksi terjadinya
Universitas Sumatera Utara