II.1.2. Epidemiologi
Insidens terjadinya stroke di Amerika Serikat lebih dari 700.000 orang per tahun, dimana 20 darinya akan mati pada tahun pertama.
Jumlah ini akan meningkat menjadi 1 juta per tahun pada tahun 2050. Secara internasional insidens global dari stroke tidak diketahui Becker
dkk, 2010. Di Indonesia, data nasional epidemiologi stroke belum ada. Tetapi dari
data sporadik di rumah sakit terlihat adanya tren kenaikan angka morbiditas stroke, yang seiring dengan semakin panjangnya life
expentancy dan gaya hidup yang berubah Modul Neurovaskular PERDOSSI, 2009.
Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia dilaporkan bahwa proporsi stroke di rumah sakit antara tahun 1984 sampai dengan
tahun 1986 meningkat, yaitu 0,72 per 100 penderita pada tahun 1984 dan naik menjadi 0,89 per 100 penderita pada tahun 1985 dan 0,96 per 100
penderita pada tahun 1986. Sedangkan di Jogyakarta pada penelitian Lamsudin dkk 1998 dilaporkan bahwa proporsi morbiditas stroke di
rumah sakit di Jogyakarta tahun 1991 menunjukkan kecendrungan meningkat hampir 2 kali lipat 1,79 per 100 penderita dibandingkan
dengan laporan penelitian sebelumnya pada tahun 1989 0,96 per 100 penderita Sjahrir, 2003.
Universitas Sumatera Utara
II.1.3. Klasifikasi Stroke
Dasar klasifikasi yang berbeda – beda diperlukan, sebab setiap
jenis stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya sama Misbach,2011
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya : 1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack TIA b. Thrombosis serebri
c. Emboli serebri 2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarachnoid
II. Berdasarkan stadium pertimbangan waktu 1. Transient Ischemic Attack TIA
2. Stroke in evolution 3. Completed stroke
III. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah 1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler IV. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu Soertidewi, 2007 :
1. Partial Anterior Circulation Infarct PACI 2. Total Anterior Circulation Infarct TACI
3. Lacunar Infarct LACI
Universitas Sumatera Utara
4. Posterior Circulation Infarct POCI V. Klasifikasi Stroke Iskemik berdasarkan kriteria kelompok peneliti
TOAST Sjahrir, 2003 1. Aterosklerosis Arteri Besar
Gejala klinik dan penemuan imejing otak yang signifikan 50 stenosis atau oklusi arteri besar di otak atau cabang arteri di korteks disebabkan
oleh proses aterosklerosis. Gambaran computed tomography CT scan kepala MRI menunjukkan adanya infark di kortikal, serebellum, batang
otak, atau subkortikal yang berdiameter lebih dari 1,5 mm dan potensinya berasal dari aterosklerosis arteri besar.
2. Kardioembolisme Oklusi arteri disebabkan oleh embolus dari jantung. Sumber embolus dari
jantung terdiri dari : a. Resiko tinggi
• Prostetik katub mekanik • Mitral stenosis dengan atrial fibrilasi
• Fibrilasi atrial other than lone atrial fibrillation • Atrial kiri atrial appendage thrombus
• Sick sinus syndrome • Miokard infark baru 4 minggu
• Thrombus ventrikel kiri • Kardiomiopati dilatasi
• Segmen ventricular kiri akinetik
Universitas Sumatera Utara
• Atrial myxoma • Infeksi endokarditis
b. Resiko sedang • Prolapsus katub mitral
• Kalsifikasi annulus mitral • Mitral stenosis tanpa fibrilasi atrial
• Turbulensi atrial kiri • Aneurisma septal atrial
• Paten foramen ovale • Atrial flutter
• Lone atrial fibrillation • Katub kardiak bioprostetik
• Trombotik endokarditis nonbacterial • Gagal jantung kongestif
• Segmen ventrikuler kiri hipokinetik • Miokard infark 4minggu, 6 bulan
3. Oklusi Arteri Kecil Sering disebut juga infark lakunar, dimana pasien harus mempunya satu
gejala klinis sindrom lakunar dan tidak mempunyai gejala gangguan disfungsi kortikal serebral. Pasien biasanya mempunyai gambaran CT
ScanMRI kepala normal atau infark lakunar dengan diameter 1,5 mm di daerah batang otak atau subkortikal.
Universitas Sumatera Utara
4. Stroke Akibat dari Penyebab Lain yang Menentukan a. Non-aterosklerosis Vaskulopati
• Noninflamiasi • Inflamasi non infeksi
• Infeksi b. Kelainan Hematologi atau Koagulasi
5. Stroke Akibat dari Penyebab Lain yang Tidak Dapat Ditentukan
II.1.4. Faktor Resiko