Tujuan Penelitian Manfaat Hasil Penelitian

11 cenderung memiliki perilaku atau masalah yang berhubungan dengan hukum dan sistem peradilan anak. Siegel Welsh 2008: 12 juga menambahkan mengenai kejahatan remaja yaitu “juvenile who has been adjudicated by a judicial officer of a juvenile court as having committed a delinquent act”. Maksud dari pengertian di atas adalah remaja yang telah diputuskan oleh petugas pengadilan dari pengadilan anak-anak karena telah melakukan tindakan bermasalah atau kejahatan. Santrock 2003: 519 juga menjelaskan bahwa “kenakalan remaja juvenile delinquency mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial misalnya bersikap berlebihan di sekolah sampai pelanggaran status seperti melarikan diri hingga tindak kriminal misalnya pencurian”. Beberapa ahli telah menjelaskan mengenai anak tindak pidana, maka dapat disimpulkan bahwa anak dengan tindak pidana merupakan anak yang berusia di bawahusia dewasa yaitu 18 tahun dan telah melakukan pelanggaran hukum dan norma. Selain itu, telah adanya keputusan dari pihak pengadilan bahwa anak tersebut telah melakukan tindak pidana dan harus menjalani masa tahanan. Bentuk dari kejahatan yang dilakukan antara lain adalah mencuri, membunuh, memperkosa, membolos, perkelahian, dan lain sebagainya yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat. Dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Luar Biasa PLB biasa kejahatan anak atau remaja juvenile deliquensi disebut dengan 12 kejahatan anak. Kejahatan anak ini dalam pendidikan luar biasa merupakan indikasi berisiko anak tunalaras, karena situasi atau lingkungan sosial merek. Anak tunalaras menurut T. Sutjihati Somantri, 2007 : 139 disebut juga sebagai “anak tunasosial karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain”. Pemberian pengertian kepada anak tunalaras tidak lepas dari konteks pihak yang bersangkutan, ada yang menyebutkan anak terganggu emosinya, anak nakal, bahkan ada yang menyebutkan anak jahat dan pelanggar norma sosial. Definisi lain tentang anak tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus masih menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar, meskipun telah menerioma layanan belajar dan bimbingan seperti halnya anak lain. Ketidak mampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, syaraf, atau intelgensinya Sunardi 1995:9. Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan perilaku dan penyesuaian sosial Purwanta, 2012:106 Shepherd 2010: 2 melengkapi penjelasan di atas mengenai anak tunalaras adalah sebagai berikut: student with emotional and behavior disorder display a wide range of behaviors. It is easy to identify students who display inappropriate behaviors such as defiance, aggression, and anger, but not so easy to