Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
EVALUASI KECUKUPAN JUMLAH ARMADA TANKER
PT. BURUNG LAUT DENGAN MENGGUNAKAN
PEMROGRAMAN INTEGER
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh:
MARNANGKOK B. 0 4 0 4 0 3 0 6 4
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Burung Laut yang bergerak di bidang jasa transportasi air, yaitu jasa pengangkutan BBM HSD untuk memenuhi kebutuhan PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan, Sicanang. Tugas Akhir ini berjudul “Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Integer.” Topik ini sebelumnya telah pernah diteliti oleh Saudara Suriadin Noernikmat, akan tetapi hasil yang diperoleh kurang optimum. Oleh karena itu, penulis dengan seijin peneliti sebelumnya dan pembimbing peneliti sebelumnya, maka penulis melakukan penelitian ulang dengan menggunakan metode optimisasi yang lain, yaitu algoritma Branch And Bound..
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini kedepan.
Medan, Februari 2009
(3)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Aulia Ishak, S.T., M.T. dan Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, M.M. selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industti USU. 3. Bapak Ir. Abadi Ginting, SS., M.SIE, selaku Dosen Pembimbing dalam
pelaksanaan Tugas Akhir yang telah memberikan banyak pengajaran baru bagi penulis dan memberikan motivasi yang sangat berharga.
4. Bapak Suriadin Noernikmat, S.T. selaku Direktur Utama PT. Burung Laut yang telah bersedia mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ulang di Perusahaan yang Bapak pimpin.
5. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, M.T. selaku dosen wali penulis, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Kedua orang tua penulis (M. Butarbutar dan S. br. Silitonga) dan saudara-saudara penulis (Kak Lina, Kak Lince, Kak Sesilia, Kak Roma, Nanna dan Siampudan Sapta Bollo-bollo) yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat. Semoga harapan dan cita-cita kita semua terwujud dengan Doa, kerja keras dan kerjasama ya... Aku mengasihimu.
(4)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
7. Fransisca R Sitompul yang selalu memberikan dorongan semangat dan Doa yang luar biasa kepada penulis tanpa pamrih.
8. Rekan-rekan St’04 dan Pengurus dan Anggota HIMTI periode 2007-2008 atas dukungan dan kerjasamanya yang baik. Salam Unity.
9. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng, selaku Kepala Laboratorium Sistem Produksi dan Staff, Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah dengan tidak henti-hentinya memberikan nasehat positif kepada penulis untuk tetap semangat, dan kepada rekan-rekan Asisten di Laboratorium Sistem Produks i (Andri Nasution, Armensius Purba, Aini, M. Khuzifi Al. Qifi, dan Manaf Khan serta adik-adik asisten ’05 Budi, Kurnia, Hafis dan fitri) yang memberikan semangat bagi Penulis.
(5)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR GAMBAR... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv
ABSTRAK ... xxv
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-5 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... I-6 1.4. Ruang Lingkup dan Asumsi Penelitian ... I-8 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-9
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3
(6)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Daerah Operasional ... II-5 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-6 2.5.1. Struktur Organisasi ... II-7 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-8 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-10 2.5.3.1. Tenaga Kerja ... II-10 2.5.3.2. Jam Kerja ... II-11 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-12 2.5.4.1. Sistem Pengupahan ... II-12 2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja ... II-12
III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pengambilan Keputusan Dalam Riset Operasi ... III-1 3.1.1. Seni dan Ilmu Riset Operasi ... III-1 3.12. Unsur-unsur Dari Sebuah Model Keputusan ... III-2 3.1.3. Jenis-jenis Model Riset Operasi ... III-3 3.1.4. Tahap-tahap Studi Riset Operasi ... III-5 3.2. Pemrograman Integer ... III-7
3.2.1. Program Integer Dengan K Kendala Yang Harus
(7)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.2.2. Algoritma Branch And Bound ... III-10 3.3. Jenis-jenis Kapal... III-17 3.3.1. Jenis Kapal Menurut Bentuk Lambung ... III-17 3.3.1.1. Kapal Aerostatic ... III-19
3.3.1.2. Kapal Hydrodynamic ... III-20 3.3.1.3. Kapal Hydrostatic ... III-21 3.3.1.4. Kapal Multi Lambung ... III-21 3.3.2. Jenis Kapal Menurut Fungsinya ... III-22 3.3.2.1. Kapal Niaga ... III-22 3.3.2.2. Kapal Perang ... III-23 3.3.2.3. Kapal Khusus ... III-25 3.4. Pengoperasian Kapal Tanker ... III-26
3.4.1. Instrumen Operasi Muat dan Bongkar Kapal
Tanker ... III-27 3.4.2. Spesifikasi Armada Tanker PT. Burung Laut ... III-28 3.4.3. Loading Time, Unloading Time, Sailing Time dan
Round Trip ... III-29
3.4.3.1. Perhitungan Loading Time ... III-29 3.4.3.2. Perhitungan Unloading Time ... III-30 3.4.3.3. Perhitungan Sailing Time ... III-30 3.4.3.4. Perhitungan Round Trip ... III-31
(8)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.5. Statistik Deskriptif ... III-32 3.6. Microsoft Excel ... III-34
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Studi Pendahuluan ... IV-2 4.2. Studi Pustaka ... IV-3 4.3. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-3 4.4. Identifikasi Kebutuhan Data ... IV-4 4.5. Penentuan Teknik Pengumpulan Data ... IV-5 4.6. Pengolahan Data ... IV-6 4.7. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.8. Kesimpulan dan Saran ... IV-8 4.9. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-9
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Kapasitas Kapal Yang Tersedia Tahun 2007 ... V-2 5.1.2. Kapasitas Pelabuhan Muat Tahun 2007 ... V-3 5.1.3. Volume Angkutan BBM HSD Tahun 2007 ... V-4 5.1.4. Hari Kerja Effektif Tahun 2008 ... V-5 5.1.5. Time Sheet Kapal Tahun 2007 ... V-6
(9)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.5.1. Kapal MT. Pelita Laut ... V-6 5.1.5.2. Kapal MT. Pelita Energi ... V-8 5.1.5.3. Kapal MT. Maiden ... V-11 5.1.5.4. Kapal MT. Batamas Snetosa ... V-14 5.2. Pengolahan Data ... V-17
5.2.1. Perhitungan Waktu Muat (Loading Time) ... V-18 5.2.1.1. Kapal MT. Pelita Laut ... V-18 5.2.1.1.1. Pelabuhan Dumai ... V-19 5.2.1.1.2. Pelabuhan P. Sambu ... V-21 5.2.1.1.3. Pelabuhan Tg. Uban ... V-23 5.2.1.2. Kapal MT. Pelita Energi ... V-25 5.2.1.2.1. Pelabuhan Dumai ... V-26 5.2.1.2.2. Pelabuhan P. Sambu ... V-29 5.2.1.2.3. Pelabuhan Tg. Uban ... V-30 5.2.1.3. Kapal MT. Maiden ... V-32 5.2.1.3.1. Pelabuhan Dumai ... V-33 5.2.1.3.2. Pelabuhan Tg. Uban ... V-35 5.2.1.4. Kapal MT. Batamas Sentosa V ... V-37 5.2.1.4.1. Pelabuhan Dumai ... V-38 5.2.1.4.2. Pelabuhan Tg. Uban ... V-40 5.2.2. Perhitungan Waktu Bongkar (Unloading Time)... V-43
(10)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.2.1. Kapal MT. Pelita Laut ... V-44 5.2.2.2. Kapal MT. Pelita Energi ... V-47 5.2.2.3. Kapal MT. Maiden ... V-50 5.2.2.4. Kapal MT. Batamas Sentosa V ... V-53 5.2.3. Perhitungan Waktu Layar (Sailing Time) ... V-56 5.2.3.1. Kapal MT. Pelita Laut ... V-57 5.2.3.1.1. Dumai - Belawan dan Sebaliknya ... V-58 5.2.3.2.2. P. Sambu – Belawan atau
Sebaliknya ... V-59 5.2.3.2.3. Tg. Uban –Belawan atau
Sebaliknya ... V-61 5.2.3.2. Kapal MT. Pelita Energi ... V-65 5.2.3.2.1. Dumai - Belawan dan Sebaliknya ... V-65 5.2.3.2.2. P. Sambu – Belawan atau
Sebaliknya ... V-69 5.2.3.2.3. Tg. Uban –Belawan atau
Sebaliknya ... V-71 5.2.3.3. Kapal MT. Maiden ... V-73 5.2.3.3.1. Dumai - Belawan dan Sebaliknya ... V-74 5.2.3.3.2. Tg. Uban –Belawan atau
(11)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.3.4. Kapal MT. Batamas Sentosa ... V-79 5.2.3.4.1. Dumai - Belawan dan Sebaliknya ... V-80 5.2.3.4.2. Tg. Uban –Belawan atau
Sebaliknya ... V-82 5.2.4. Perhitungan Ronde Perjalanan (Round Trip) ... V-86 5.2.5. Formulasi Permasalahan ... V-88
5.2.5.1. Fungsi Tujuan ... V-91 5.2.5.2. Fungsi Kendala ... V-95 5.2.6. Penyelesaian Permasalahan dengan Metode Integer
Programming ... V-99
5.2.7. Perhitungan kapasitas Angkutan Optimal Tahun 2008 Berdasarkan Hasil Pengolahan Dengan Integer
Programming ... V-104
VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Armada, Kapasitas Pelabuhan Muat dan Volume
Angkutan BBM HSD Tahun 2008 ... VI-1 6.2. Waktu Muat, Waktu Bongkar dan Waktu Layar ... VI-3 6.2.1. Waktu Muat (Loading Time) ... VI-3 6.2.2. Waktu Bongkar (Unloading Time) ... VI-5 6.2.3. Waktu Layar (Sailing Time) ... VI-6
(12)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
6.3. Ronde Perjalanan (Round Trip) ... VI-7 6.4. Penyelesaian Permasalahan Dengan Metode Integer
Programming ... VI-8 6.5. Perbandingan Hasil Penelitian Awal Oleh Saudara
Suriadin Noernikmat Dengan Hasil Penelitian Baru ... VI-11
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(13)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut ... II - 10 Tabel 2.2. Jam Kerja Darat ... II - 11 Tabel 2.3. Jam Kerja Laut ... II - 11 Tabel 3.1. Instrumen Operasi Muat dan Bongkar Kapal Tanker... III- 27 Tabel 3.2. Data Spesifikasi Armada Tanker PT. Burung Laut ... III- 28 Tabel 5.1. Kapasitas Armada Tanker PT. Burung Laut Tahun 2007 ... V - 2 Tabel 5.2. Kapasitas Pelabuhan Muat Tahun 2007 ... V - 3 Tabel 5.3. Distribusi BBM HSD PT. Burung Laut Tahun 2007 ... V - 5 Tabel 5.4. Time Sheet Kapal MT. Pelita Laut ... V - 6 Tabel 5.5. Time Sheet Kapal MT. Pelita Energi ... V - 9 Tabel 5.6. Time Sheet Kapal MT. Maiden ... V - 12 Tabel 5.7. Time Sheet Kapal MT. Batamas Sentosa V ... V - 15 Tabel 5.8. Loading Time Kapal MT. Pelita Laut di Pelabuhan Belawan ... V - 19 Tabel 5.9. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Pelita Laut
di Pelabuhan Belawan ... V - 20 Tabel 5.10. Loading Time Kapal MT. Pelita Laut di Pelabuhan
P. Sambu ... V - 21 Tabel 5.11. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Pelita Laut
di Pelabuhan P. Sambu ... V - 22 Tabel 5.12. Loading Time Kapal MT. Pelita Laut di Pelabuhan
(14)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
Tg. Uban ... V - 23 Tabel 5.13. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Pelita Laut
di Pelabuhan Tg. Uban ... V - 25 Tabel 5.14. Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di Pelabuhan
Belawan ... V - 26 Tabel 5.15. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Pelita Energi
di Pelabuhan Belawan ... V - 28 Tabel 5.16. Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di Pelabuhan
P. Sambu ... V - 29 Tabel 5.17. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Pelita Energi
di Pelabuhan P. Sambu ... V - 30 Tabel 5.18. Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di Pelabuhan
Tg. Uban ... V - 31 Tabel 5.19. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Pelita Energi
di Pelabuhan Tg. Uban ... V - 32 Tabel 5.20. Loading Time Kapal MT. Maiden di Pelabuhan Belawan... V - 33 Tabel 5.21. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Maiden
di Pelabuhan Belawan ... V - 34 Tabel 5.22. Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di Pelabuhan
Tg. Uban ... V - 35 Tabel 5.23. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Maiden
(15)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
di Pelabuhan Tg. Uban ... V - 37 Tabel 5.24. Loading Time Kapal MT. Batamas Sentosa V
di Pelabuhan Belawan ... V - 38 Tabel 5.25. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Batamas
Sentosan V di Pelabuhan Belawan ... V - 39 Tabel 5.26. Loading Time Kapal MT. Batamas Energi di Pelabuhan
Tg. Uban ... V - 40 Tabel 5.27. Analisis Deskriptif Loading Time Kapal MT. Batamas
Sentosa V di Pelabuhan Tg. Uban ... V – 42 Tabel 5.28. Unloading Time Kapal MT. Pelita Laut di Pelabuhan
Belawan ... V – 44 Tabel 5.29. Analisis Deskriptif Unloading Time Kapal MT. Pelita Laut
di Pelabuhan Belawan ... V – 46 Tabel 5.30. Unloading Time Kapal MT. Pelita Energi di Pelabuhan
Belawan ... V – 47 Tabel 5.31. Analisis Deskriptif Unloading Time Kapal MT. Pelita Energi
di Pelabuhan Belawan ... V – 49 Tabel 5.32. Unloading Time Kapal MT. Maiden di Pelabuhan
Belawan ... V – 51 Tabel 5.33. Analisis Deskriptif Unloading Time Kapal MT. Maiden
(16)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
Tabel 5.34. Unloading Time Kapal MT. Batamas Sentosa V di Pelabuhan
Belawan ... V – 54 Tabel 5.35. Analisis Deskriptif Unloading Time Kapal MT. Batamas
Sentosa V di Pelabuhan Belawan ... V – 56 Tabel 5.36. Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (Dumai-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 58 Tabel 5.37. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (Dumai-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 59 Tabel 5.38. Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (P. Sambu-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 60 Tabel 5.39. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut
(P. Sambu-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 61 Tabel 5.40. Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (Tg. Uban-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 62 Tabel 5.41. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut
(Tg. Uban-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 64 Tabel 5.42. Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (Dumai-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 66 Tabel 5.43. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (Dumai-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 69 Tabel 5.44. Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (P. Sambu-
(17)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 69 Tabel 5.45. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi
(P. Sambu-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 70 Tabel 5.46. Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (Tg. Uban-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 71 Tabel 5.47. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi
(Tg. Uban-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 72 Tabel 5.48. Sailing Time Kapal MT. Maiden (Dumai-Belawan
atau Sebaliknya)... V – 74 Tabel 5.49. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Maiden (Dumai-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 75 Tabel 5.50. Sailing Time Kapal MT. Maiden (Tg. Uban-
Belawan atau Sebaliknya) ... V – 76 Tabel 5.51. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Maiden
(Tg. Uban-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 79 Tabel 5.52. Sailing Time Kapal MT. Batamas Sentosa V (Dumai-Belawan
atau Sebaliknya)... V – 80 Tabel 5.53. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Batamas
Sentosa V (Dumai-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 81 Tabel 5.54. Sailing Time Kapal MT. Batamas Sentosa V (Tg. Uban-
(18)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
Tabel 5.55. Analisis Deskriptif Sailing Time Kapal MT. Batamas
Sentosa V (Tg. Uban-Belawan atau Sebaliknya) ... V – 85 Tabel 5.56. Rekapitulasi Loading Time, Unloading Time dan
Sailing Time ... V – 87
Tabel 5.57. Perhitungan Round Trip Kapal... V – 88 Tabel 5.58. Solusi Optimal Volume Angkutan BBM HSD PT. PLN (Persero)
Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan Tahun 2008 Dengan
(19)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
Gambar 1.1. Gambaran Daerah Sumber, Tujuan dan Perjalanan Armada
Tanker PT. Burung Laut ... I-4 Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Burung Laut ... II-8 Gambar 3.1. Contoh Algoritma Branch And Bound Pada Contoh
Diatas ... III-13 Gambar 3.2. Diagram Pohon Pengelompokan Kapal Menurut
Garis Air ... III-18 Gambar 3.3. Hovercraft ... III-19 Gambar 3.4. Kapal Tanker ... III-23 Gambar 3.5. Kapal Jenis Destroyers ... III-24 Gambar 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-2 Gambar 4.2. Flowchart Pengolahan Data ... IV-7 Gambar 5.1. Ilustrasi Pelayaran Kapal MT. Pelita Laut ... V-6 Gambar 5.2. Ilustrasi Pelayaran Kapal MT. Pelita Energi ... V-9 Gambar 5.3. Ilustrasi Pelayaran Kapal MT. Maiden ... V-12 Gambar 5.4. Ilustrasi Pelayaran Kapal MT. Batamas Sentosa V ... V-15 Gambar 5.5. Trend Loading Time Kapal MT. Pelita Laut di
Pelabuhan Dumai ... V-20 Gambar 5.6. Trend Loading Time Kapal MT. Pelita Laut di
(20)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
Gambar 5.7. Trend Loading Time Kapal MT. Pelita Laut di
Pelabuhan Tg. Uban ... V-24 Gambar 5.8. Trend Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di
Pelabuhan Dumai ... V-28 Gambar 5.9. Trend Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di
Pelabuhan P. Sambu ... V-29 Gambar 5.10. Trend Loading Time Kapal MT. Pelita Energi di
Pelabuhan Tg. Uban ... V-31 Gambar 5.11. Trend Loading Time Kapal MT. Maiden di
Pelabuhan Dumai ... V-34 Gambar 5.12. Trend Loading Time Kapal MT. Maiden di
Pelabuhan Tg. Uban ... V-36 Gambar 5.13. Trend Loading Time Kapal MT. Batamas Sentosa V di
Pelabuhan Dumai ... V-39 Gambar 5.14. Trend Loading Time Kapal MT. Batamas Sentosa V di
Pelabuhan Tg. Uban ... V-42 Gambar 5.15. Trend Unloading Time Kapal MT. Pelita Laut di
Pelabuhan Belawan ... V-46 Gambar 5.16. Trend Unloading Time Kapal MT. Pelita Energi di
Pelabuhan Belawan ... V-49 Gambar 5.17. Trend Unloading Time Kapal MT. Maiden di
(21)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
Pelabuhan Belawan ... V-52 Gambar 5.18. Trend Unloading Time Kapal MT. Batamas Sentosa V di
Pelabuhan Belawan ... V-55 Gambar 5.19. Trend Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (Dumai –
Belawan Atau Sebaliknya)... V-58 Gambar 5.20. Trend Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (P. Sambu –
Belawan Atau Sebaliknya)... V-60 Gambar 5.21. Trend Sailing Time Kapal MT. Pelita Laut (Tg. Uban–
Belawan Atau Sebaliknya)... V-64 Gambar 5.22. Trend Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (Dumai –
Belawan Atau Sebaliknya)... V-68 Gambar 5.23. Trend Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (P. Sambu –
Belawan Atau Sebaliknya)... V-70 Gambar 5.24. Trend Sailing Time Kapal MT. Pelita Energi (Tg. Uban–
Belawan Atau Sebaliknya)... V-72 Gambar 5.25. Trend Sailing Time Kapal MT. Maiden (Dumai –
Belawan Atau Sebaliknya)... V-75 Gambar 5.26. Trend Sailing Time Kapal MT. Maiden (Tg. Uban–
Belawan Atau Sebaliknya)... V-78 Gambar 5.27. Trend Sailing Time Kapal MT. Batamas Sentosa V (Dumai –
(22)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
Gambar 5.28. Trend Sailing Time Kapal MT. Batamas Sentosa V (Tg. Uban– Belawan Atau Sebaliknya)... V-85 Gambar 5.29. Penyelesaian Armada Kapal MT. Pelita Laut Dengan
Menggunakan Software LINDO ... V-100 Gambar 5.30. Penyelesaian Armada Kapal MT. Pelita Energi Dengan
Menggunakan Software LINDO ... V-101 Gambar 5.31. Penyelesaian Armada Kapal MT. Maiden Dengan
Menggunakan Software LINDO ... V-103 Gambar 5.32. Penyelesaian Armada Kapal MT. Batamas Sentosa V Dengan
Menggunakan Software LINDO ... V-104 Gambar 6.1. Grafik Loading Time di Pelabuhan Muat Tahun 2007 ... VI-4 Gambar 6.2. Grafik Unloading Time di Pelabuhan Bongkar Tahun 2007 . VI-5 Gambar 6.3. Grafik Sailing Time Kapal Tahun 2007 ... VI-6 Gambar 6.4. Grafik Round Trip Kapal Tahun 2007 ... VI-8
(23)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
LAMPIRAN HALAMAN
Input Data dan Hasil LINDO Untuk Armada MT. Pelita Laut ... L-1 Input Data dan Hasil LINDO Untuk Armada MT. Pelita Energi ... L-3 Input Data dan Hasil LINDO Untuk Armada MT. Maiden ... L-5 Input Data dan Hasil LINDO Untuk Armada MT. Batamas Sentosa V ... L-7 Contoh Time Sheet Armada PT. Burung Laut ... L-9
Form Tugas Akhir ... L-14 Surat Penjajakan Pabrik ... L-16 Surat Balasan Pabrik ... L-17 Surat Keterangan Tugas Akhir ... L-18
(24)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia sangat bergantung pada sarana transportasi laut sebagai sarana penghubung utama antar pulau. Demikian halnya pada PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan yang menggunakan jasa angkutan laut kapal Tanker untuk mengangkut BBM jenis HSD sebagai bahan bakar beberapa PLTD yang beroperasi di Sicanang, Belawan. PT. Burung Laut adalah perusahaan jasa yang bergerak di pengangkutan laut yang merupakan
Sub Vendor yang melaksanakan pengangkutan BBM HSD untuk memenuhi
kebutuhan PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan. Untuk melaksanakan pengangkutan BBM HSD tersebut, digunakan 4 unit armada
Tanker yang berkapasitas 5.000 – 6.000 KL.
Sepanjang tahun 2007, kebutuhan BBM HSD untuk PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan adalah sebesar 1.080.000 KL, sedangkan yang dapat dilayani oleh keempat armada Tanker tersebut hanya sebesar 861.200 KL saja, terjadi devisit angkutan sebesar 218.800 KL.
Berdasarkan data diatas, telah dilakukan penelitian pengoptimalan Round
Trip untuk keempat armada tersebut diatas dengan menggunakan pemrograman
linier oleh saudara Suriadin Noernikmat. Jumlah volume optimum yang dapat diangkut oleh PT. Burung Laut dihasilkan dengan menggunakan metode tersebut adalah sebesar 787.900 KL BBM HSD. Dalam penelitian tersebut terdapat hasil pemecahan optimum (Feasible Solution) yang berbentuk bilangan Non-Integer, untuk menghilangkan nilai pecahan pada solusi optimum maka dilakukan cara pembulatan kebawah.
Akibat pembulatan tersebut, solusi optimum tidak lagi dipenuhi, sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk mencapai Round Trip yang optimum. Salah satu pemrograman integer, yaitu dengan menggunakan metode Branch And
Bound mencoba untuk mencapai keadaan solusi optimum integer tersebut.
Metode ini adalah salah satu metode yang mempertimbangkan keseluruhan solusi
non-integer yang telah dicapai untuk menghasilkan solusi optimum yang integer.
Variable-variabel yang menjadi kendala adalah: Loading Time, Unloading Time,
Sailing Time, jumlah hari efektif tahun 2008, kapasitas dan jumlah Round Trip
maksimal armada pada pelabuhan muat (Source), kapasitas armada Tanker, dengan tujuan mengoptimalkan jumlah Round Trip tiap armada Tanker.
Hasil yang didapatkan dari perhitungan tersebut adalah Round Trip optimum untuk keempat armada yaitu kapasitas angkut optimum sebesar 909.800 KL dengan rincian sebagai berikut: MT. PELITA LAUT melakukan 37 kali
Round, MT. PELITA ENERGI melakukan 36 kali Round, MT. MAIDEN
melakukan 48 kali Round, MT. MAIDEN melakukan 48 kali Round.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan tersebut, terjadi peningkatan volume angkutan BBM HSD sebesar 121.900 KL jika dibandingkan dengan penggunaan metode pemrograman linier oleh peneliti terdahulu.
(25)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana transportasi laut sebagai sarana penghubung utama antara pulau. Distribusi barang antara pulau banyak dilakukan melalui penggunaan jasa angkutan laut. Oleh karena itu, sektor angkutan laut menempati posisi yang strategis di dalam pendistribusian barang dalam negeri, dimana penggunaan jasa angkutan laut selain relatif murah dibandingkan dengan jasa pengangkutan udara ataupun darat, juga mampu mengangkut volume barang lebih banyak.
Demikian halnya pada PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan yang menggunakan jasa angkutan laut kapal tanker untuk mengangkut BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis HSD (High Speed Diesel) dan IFO (Industrial
Fuel Oil) sebagai bahan bakar beberapa PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel) yang beroperasi di Sicanang, Belawan. Belakangan ini, dengan semakin meningkatnya kegiatan industri dan jumlah penduduk di Sumatera Utara, maka kebutuhan akan daya listrik juga mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Seiring dengan itu, pemakaian BBM (baik HSD maupun IFO) juga akan meningkat yang mengakibatkan akan meningkat pula kebutuhan akan kapal
(26)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan pada Tugas Akhir oleh Saudara Suriadin Noernikmat (040423008) mahasiswa Ekstention yang mencoba menyelesaikan masalah optimisasi pelayaran kapal Tanker milik PT. Burung Laut dengan menggunakan ilmu Operation Research yaitu dengan Linear Programming metode Simpleks, solusi yang dicapai belum optimal. Hasil penelitian Saudara Suriadin Noernikmat dengan menggunakan metode Simpleks tersebut terdapat solusi yang berbentuk bilangan desimal atau Non-Integer yang artinya terdapat pembulatan dalam menentukan solusi optimal pelayaran kapal Tanker tersebut, karena tidak mungkin jumlah perjalanan sebuah kapal Tanker dalam bentuk bilangan desimal. Penelitian sebelumnya oleh saudara Suriadin Noernikmat tersebut malakukan penyelesaian formulasi dari tiap fungsi tujuan dan fungsi kendalanya dengan menggunakan model linier programming. Penggunaan linier programming ini memungkinkan terdapatnya hasil pemecahan masalah yang bernilai non-integer tersebut. Terjadinya kesalahan ini terjadi akibat penentuan fungsi tujuan yang tidak membatasi hasil pemecahan optimum yang hendak dicapai oleh penelitian ini. Secara teoritis, jumlah pelayaran yang dilakukan oleh sebuah armada tanker (dalam hal ini merupakan objek penelitian) yang disebutkan sebagai Round Trip tidak mungkin dalam sebuah angka yang bernilai desimal. Keadaan yang harus dicapai sebagai solusi optimum adalah jumlah Round Trip yang optimum untuk semua armada tanker PT. Burung Laut dalam keadaan yang integer1).
Berdasarkan analisa diatas maka akan dilakukan analisis ulang untuk penentuan jumlah pelayaran optimal (Round Trip) untuk keempat kapal Tanker milik Perusahaan Pelayaran PT. Burung Laut untuk pengangkutan BBM HSD PT. PLN
(27)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
(Persero) Kitsu Sektor Pembangkit Belawan tersebut dengan menggunakan Pemrograman Integer untuk mencapai solusi optimal yang Integer.
2)
Perusahaan Pelayaran PT. Burung Laut yang menjalin kerja sama kemitraan dengan PT. Citra Bintang Familindo sejak tahun 2002 hingga sekarang, adalah merupakan salah satu sub vendor yang melaksanakan pengangkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan dari pelabuhan muat Pertamina di Dumai, Pulau Sambu dan Tanjung Uban ke pelabuhan bongkar PLTD/U di Sicanang, Belawan. Untuk melaksanakan pengangkutan BBM HSD tersebut digunakan 4 unit tanker yang berkapasitas antara 5.000 – 6.000 KL.
Sepanjang tahun 2007, dari kebutuhan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan sebesar 1.080.000 KL, yang dapat dilayani pengangkutannya oleh ke 4 armada tanker tersebut di atas hanyalah sebesar 861.200 KL saja. Terjadinya defisit angkutan sejumlah 218.800 KL disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: tidak optimalnya waktu pengoperasian kapal, baik yang diakibatkan oleh antrian kapal di pelabuhan muat atau di pelabuhan bongkar, proses administrai yang ada untuk memasuki pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar, maupun yang diakibatkan oleh kendala-kendala lain, seperti: ketidaktersediaan stock BBM HSD, perawatan dan perbaikan kapal serta cuaca buruk.
Kemampuan armada tanker PT. Burung Laut untuk melayani angkutan BBM HSD sangat dipengaruhi pula oleh jarak, waktu tempuh dan kecepatan masing-masing kapal. Terdapatnya perbedaan jarak antara tiap pelabuhan muat (Belawan, Pulau Sambu dan Tanjung Uban) ke pelabuhan bongkar (Belawan) dan 2) Suriadin Noerniokmat, ”Analisis Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Untuk Angkutan BBM
(28)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
perbedaan kecepatan masing-masing kapal sangat berpengaruh pada waktu yang dibutuhkan oleh tiap kapal dalam melaksanakan angkutan BBM HSD dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar3).
Untuk meningkatkan pelayanan PT. Burung Laut dalam mengoperasikan armada tanker nya di masa-masa mendatang, diperlukan suatu kajian akademis guna mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya angkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan pada tahun 2007, sekaligus mencari solusi optimal untuk mengatasinya dengan memperhatikan faktor-faktor kendala yang ada. Untuk lebih sederhana, permasalahan diatas dimodelkan seperti pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Gambaran Daerah Sumber, Tujuan dan Perjalanan Armada Tanker PT. Burung Laut.
Tujuan V1
V2 V3 V4 Q1
Q2
Q3
Q4 S1 (Sambu)
(270.00KL)
S3 (Dumai) (540.00KL)
Vi = Kecepatan Kapal (Mile/Jam) Qi = Quantity (KL)
Dimana: Q1 = 5000 KL Q2 = 6000 KL Q3 = 5300 KL Q4 = 5300 KL S2 (Tj Uban)
(270.00KL)
3) Moh. Taufan Tripurnasatria, ”Penerapan Algoritma Branch And Bound Dalam Regulasi Ruang Parkir Pesawat Terbang di Bandara, Institut Teknologi Bandung ;2007.
(29)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan permasalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yang dihadapi oleh PT. Burung Laut dalam melaksanakan angkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan pada tahun 2008 adalah: 1. Jadwal pengoperasian yang kurang optimal dan buruknya Transportation
Management pengoperasian keempat armada tanker yang dioperasikannya
untuk memenuhi target volume angkutan BBM HSD sebesar 1.080.000 KL yang diangkut dari pelabuhan Muat (Dumai, Pulau Sambu dan Tanjung Uban) ke pelabuhan bongkar (Belawan).
2. Sulitnya menentukan Round Trip Optimum untuk pengoperasian keempat armada tanker untuk memenuhi target volume angkutan BBM HSD sebesar 1.080.000 KL dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar di Belawan.
Dalam melaksanakan angkutan BBM HSD tersebut didapati beberapa kendala yang membawa dampak terhadap jadwal pengoperasian armada tanker PT. Burung Laut. Kendala pertama kecepatan kapal yang berbeda, sehingga mengakibatkan waktu tempuh yang berbeda pula untuk masing-masing kapal. Kendala ini dibatasi pula oleh hari kerja effektif pada tahun 2008 yang hanya 341 hari kerja dari hari kalender seluruhnya 365 hari. Kekurangan 24 hari kerja setiap tahunnya yang dipergunakan oleh masing-masing kapal untuk melaksanakan program perawatan dan perbaikan, sangat berpengaruh terhadap waktu pelayanan masing-masing kapal dalam melaksanakan angkutan BBM HSD.
(30)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Kendala kedua adalah keterbatasan stock BBM HSD untuk PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan di masing-masing pelabuhan muat. Pelabuhan Dumai menyediakan stock BBM HSD sebesar 540.000 KL pertahunnya, sedangkan di pelabuhan Pulau Sambu dan Tanjung Uban disediakan
stock BBM HSD masing-masing hanya 270.000 KL setiap tahunnya.
Kendala ketiga adalah berupa alasan teknis operasional kapal, dimana dari 4 unit armada tanker yang ada, 2 unit diantaranya dapat melakukan pemuatan BBM HSD di semua pelabuhan muat dengan frekuensi kunjungan 24 kali di Dumai, 12 kali di Pulau Sambu dan 12 kali di Tanjung Uban. Sedangkan 2 unit lainnya sama sekali tidak dapat melaksanakan pemuatan di pelabuhan muat Pulau Sambu, sehingga frekuensinya kunjungannya hanya 24 kali di Dumai dan 24 kali di Tanjung Uban.
Berkenaan dengan permasalahan di atas, PT. Burung Laut dituntut untuk mencari solusi optimal dalam pencapain target angkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan pada tahun 2008 sebesar 1.080.000 KL per tahun dengan tetap menggunakan 4 unit armada tanker yang dioperasikannya.
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah membuat model Transportasi untuk memenuhi target volume angkutan sebesar 1.080.000 KL BBM HSD sebesar 1.080.000 KL yang diangkut dari 3 pelabuhan Muat (Dumai, Pulau Sambu dan Tanjung Uban) ke pelabuhan bongkar (Belawan).
(31)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan jadwal pengoperasian armada tanker PT. Burung Laut untuk mencapai target pengankutan 1.080.000 KL BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan.
2. Untuk menghasilkan jumlah Round Trip optimum armada tanker yang dioperasikan oleh PT. Burung Laut dalam melaksanakan angkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan dengan cara mengidentifikasi waktu muat (loading time) di pelabuhan muat, waktu bongkar (unloading time) di pelabuhan bongkar dan waktu layar kapal (sailing time) dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar atau sebaliknya berdasarkan data tahun 2007 guna mendapatkan volume angkutan BBM HSD yang paling optimal yang dapat dilaksanakan pada tahun 2008.
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa
Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada perusahaan.
2. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Menambah cakrawala dunia keilmuan, yaitu kaitan antara teoritis dengan aplikasi dan mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU
(32)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
3. Bagi Perusahaan
Memberikan masukan bagi perusahaan untuk pemecahan permasalahan
Transhipment yang optimum untuk pengoperasian keempat armada Tankernya.
1.4. Ruang Lingkup dan Asumsi Penelitian
Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu, antara lain :
1. Penelitian hanya dilakukan pada armada Tanker PT. Burung Laut yang melayani pengangkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan.
2. Pelabuhan muat yakni pengisian BBM HSD hanya di 3 pelabuhan, yaitu: pulau Sambu, Tanjung Uban dan pelabuhan Dumai dengan daerah tujuan pelabuhan Belawan.
3. Variabel pembatas sebagai kendala yang digunakan adalah: jumlah round
trip tiap kapal, kapasitas pelabuhan muat, dan spesifikasi teknis armada tanker.
4. Data yang dikumpulkan untuk penentuan kecukupan armada adalah data
time sheet tiap armada Tanker pada tahun 2007.
5. Penentuan jumlah kecukupan armada Tanker yang dilakukan adalah untuk tahun 2008 berdasarkan data tahun 2007 tersebut diatas.
(33)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
7. Solusi layak yang digunakan dengan metode Branch And Bound adalah nilai maksimum yang didapatkan pada percabangan yang menghasilkan solusi paling optimum dengan menggunakan Software LINDO.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Pelaksanaan perbaikan armada Tanker sesuai dengan yang ditentukan. 2. Tidak ada perubahan jalur dan arah pelayaran yang akan dilalui oleh
armada Tanker jika sudah ditugaskan ke pelabuhan tertentu.
3. Instruksi dalam melakukan loading dan unloading di pelabuhan muat maupun pelabuhan bongkar dilakukan dengan benar.
4. Kondisi pelayaran armada Tanker dianggap tidak terganggu. 5. Keadaan perlengkapan serta mesin dianggap cukup baik.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
(34)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
(35)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(36)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pada awal operasinya, PT. Burung Laut diberi kepercayaan oleh pabrik semen PT. SAI (Semen Andalas Indonesia) yang merupakan salah satu PMA (Penanaman Modal Asing) di Banda Aceh untuk menjadi agen umum pelayaran (shipping general agent) yang bertugas untuk mengurus izin kedatangan dan keberangkatan (inward & outward clearance) kapal-kapal asing yang disewa oleh PT. SAI untuk mengangkut dan mendistribusikan semen curah ke beberapa pelabuhan di Indonesia. Disamping itu, PT. Burung Laut juga ditunjuk oleh PT. SAI sebagai transportir laut untuk mengangkut BBM HSD (High Speed Diesel) keperluan operasional pabrik dengan menggunakan kapal tanker MT. Bumeugah (Kapasitas 5.000 KL) milik perusahaan lain mitra PT. Burung Laut.
Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut disingkat PT. Burung Laut dibeli dan diambil alih kepemilikannya dari pemilik lama oleh pemilik baru H.M. Noernikmat dan keluarga berdasarkan Akte Jual Beli No. 21 Tahun 1989 dan Berita Acara Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. 25 Tahun 1989, yang keduanya dibuat dihadapan Notaris Aniswar Yanis, S.H di Medan. Hingga saat ini akte perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir mengalami penyesuaian sesuai Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang dibuat dihadapan Notaris Ekoevidolo, S.H. berkedudukan di Medan dengan Berita Acara No. 126 Tahun 2008.
(37)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Dalam perkembangannya, pada bulan Mei 2001 atas pembiayaan dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. - Cabang Belawan, kapal MT. Bumeugah dibeli oleh PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Laut dan didaftarkan pada kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Sabang.
Pada tahun 2002, PT. Burung Laut menjalin kemitraan dengan PT. Citra Bintang Familindo dan mendapatkan kontrak untuk angkutan BBM IFO (Industrial Fuel Oil) milik PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Pembangkit & Penyaluran Sumatera Bagian Utara (sekarang menjadi PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan) dari Instalasi/Depot Pertamina Pulau Sambu ke dermaga PLTG/U Sicanang, Belawan dengan volume angkutan sebesar 390.000 KL/tahun. Angkutan ini dilayani oleh kapal tanker MT. Pelita Laut ditambah dengan kapal tanker MT. Mercury II (Kapasitas 6.000 KL) berbendara Singapore yang dicharter dari perusahaan asing. Untuk menunjang pengangkutan BBM IFO tersebut, pada bulan Mei 2003 Kapal MT. Mercury II dibeli oleh PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Energi serta didaftarkan di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Batam.
Pada awal tahun 2005, terjadi perubahan kontrak angkutan PT. Burung Laut, dari yang tadinya mengangkut BBM IFO berubah menjadi mengangkut BBM HSD dengan volume angkutan sebesar 720.000 KL/tahun. Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pemakaian BBM (terutama HSD), yang setiap tahunnya cenderung meningkat, maka pada awal April 2008 PT. Burung Laut menambah 1 (satu) unit lagi armada tankernya yang diberi nama MT. Pelita
(38)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Samudera (Kapasitas 7.000 KL) dan didaftarkan di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Belawan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Burung Laut adalah merupakan suatu perusahaan pelayaran nasional yang bergerak di dalam bidang jasa angkutan laut (dalam dan luar negeri) dan keagenan pelayaran. Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa pengangkutan muatan cair, seperti: BBM (Bahan Bakar Minyak), Gula Cair (Molasses) dan CPO (Crude Palm Oil). Disamping itu, perusahaan juga melayani jasa keagenan pelayaran yang bertugas untuk mengurus izin kedatangan dan keberangkatan kapal (inward & outward clearance) di suatu pelabuhan.
Beberapa konsumen yang pernah menggunakan jasa angkutan laut PT. Burung Laut adalah:
1. PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh
2. Mobil Oil, Singapore
3. PT. Karya Prajona Nelayan, Medan 4. PT. Rafina Segara Sejahtera, Jakarta 5. PT. Kiani Kertas, Jakarta
6. PT. Citra Bintang Familindo, Lhokseumawe
Adapun konsumen yang pernah menggunakan jasa keagenan pelayaran PT. Burung Laut adalah:
1. PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh 2. PT. Bahtera Adhiguna, Lhokseumawe
(39)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
3. PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Jakarta 4. PT. Dutaryo, Jakarta
5. PT. Trust, Jakarta
2.3. Lokasi Perusahaan
Sejak diambil alih pada tahun 1989, kedudukan perusahaan adalah di Banda Aceh dengan alamat kantor:
Jl. Jend. A. Yani No. 38 (d/h. 14) Kode Pos : 23122
Telephone : +62 651 21451 - 22040 Facsimile : +62 651 33637
E-mail Website :
Untuk mendukung pengoperasiannya, PT. Burung Laut memiliki beberapa kantor cabang di beberapa daerah, yakni:
1. MEDAN
Jl. Bantam No. 3 - 3 A, Kode Pos : 20153
Telephone : + 62 61 4561166 (Hunting) Facsimile : + 62 61 4152233
(40)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
2. BELAWAN
Jl. Sumatera No. 49, Kode Pos : 20412
Telephone : +62 61 6941129 Facsimile : +62 61 6943789
E-mail :
3. LHOKSEUMAWE Jl. Merdeka Timur No. 57 Kode Pos : 24352
Telephone : +62 645 46983 Facsimile : +62 645 46983
E-mail :
Untuk menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari, maka komando pengopeasian perusahaan dipusatkan di kantor wilayah Medan. Disamping karena Direksi dan Direktur Utama PT. Burung Laut beserta staf-stafnya, pusat informasi, administrasi dan penyediaan kontrak mayoritas dilakukan di kantor Wilayah Medan.
2.4. Daerah Operasional
Sejak tahun 2002 hingga sekarang, PT. Burung Laut mendapatkan kontrak untuk mengangkut BBM HSD milik PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan dari Dumai, Pulau Sambu dan Tanjung Uban ke PLTD/U Sicanang, Belawan. Untuk melaksanakan angkutan tersebut, PT. Burung Laut
(41)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
bermitra dengan salah satu perusahaan pelayaran nasional lainnya, menggunakan 4 unit armada tanker yang berkapasitas antara 5.000 - 6.000 KL. Basis pengoperasian dan perawatan ke 4 unit armada tanker tersebut dipusatkan di Belawan dengan pertimbangan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dengan lokasi kantor perusahaan.
Dalam memasarkan jasa angkutan lautnya, PT. Burung Laut tidak membatasi daerah operasionalnya. Untuk pemasaran di luar negeri (foreign going) biasanya PT. Burung Laut bekerja sama dengan cargo brokerage di Singapore, sedangkan untuk pemasaran di dalam negeri (domestic line) selalu diupayakan oleh tenaga pemasaran dari perusahaan sendiri.
Disamping jasa angkutan laut, PT. Burung Laut juga melayani keagenan pelayaran untuk kapal-kapal yang dicharter oleh PT. Semen Andalas Indonesia untuk mengangkut dan mendistribusikan semen curah dari Langkawi, Malaysia ke beberapa pelabuhan di Indonesia, seperti: Lhoknga, Lhokseumawe, Belawan, Dumai dan Batam.
2.5. Organisasi dan Manajemen
Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang sama dan di antara mereka diberikan pembagian tugas sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan manajemen adalah tata cara yang diterapkan suatu organisasi untuk mengelola dan menjalankan aktifitas organisasinya untuk mencapai target atau tujuan yang telah direncanakan.
(42)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam gambar grafik (bagan yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang yang ada).
Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT. Burung Laut menerapkan struktur organisasi dan sistem manajemen seperti yang diuraikan berikut ini.
2.5.1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Burung Laut dikelompokkan pada 3 tingkatan kepengurusan, yang berbeda yaitu: Dewan Komisaris, Direksi, Manajer dan Kepala Cabang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Berdasarkan struktur pada Gambar 2.1., maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT. Burung Laut adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab Direksi ke Manejer sehingga terbentuk Departemen Keuangan, Departemen Operasi dan Departemen Umum & Personalia. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan setingkat, baik antara sesama Manejer maupun antara sesama Kepala Cabang.
(43)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR
MANAGER KEUANGAN MANAGER UMUM &
PERSONALIA MANAGER OPERASI
Cabang/Keagenan Lhoknga Cabang/Keagenan Belawan Cabang/Keagenan Lhoseumawe
Nahkoda Kapal
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Burung Laut
(Sumber PT. Burung Laut)
2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan di perusahaan PT. Burung Laut adalah sebagai berikut :
1. Direktur Utama
Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk menggerakan roda bisnis perusahaan dan mencari peluang-peluang bisnis baru (bersifat eksternal).
2. Direktur
Bersama-sama dengan Direktur Utama bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk menjalankan
(44)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
dan mengelola aktifitas perusahaan (bersifat internal). Dalam hal Direktur Utama berhalangan, Direktur diberikan wewenang untuk melaksanakan fungsi dan tugas Direktur Utama.
3. Manajer Keuangan
Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk mengelola keuangan perusahaan.
4. Manajer Operasi
Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk mengoperasikan armada tanker perusahaan dan memberdayakan potensi-potensi kantor cabang perusahaan dalam pelayanan kegaenan kapal.
5. Manajer Umum & Personalia
Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk memastikan tersedianya perlengkapan ATK bagi aktifitas perusahaan, memonitor legalitas dan validitas perizinan perusahaan, memberdayakan SDM yang dimiliki perusahaan serta perawatan aset perusahaan.
6. Kepala Cabang
Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk melaksanakan pelayanan keagenan kapal di daerahnya masing-masing.
(45)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
7. Nakhoda Kapal
Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk membawa dan merawat kapal sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan perusahaan.
2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1. Tenaga Kerja
PT. Burung Laut memiliki 99 orang tenaga kerja dengan perincian sebagai berikut:
1. 36 orang tenaga kerja tetap,
2. 60 orang tenaga kerja kontrak (crew kapal) 3. 3 orang tenaga honor
Rincian tenaga kerja selengkapnya adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut
Jabatan/Bagian Pria Wanita Total Keterangan
Dewan Komisaris 2 1 3 Tetap
Direksi 2 - 2 Tetap
Departemen Keuangan 4 1 5 Tetap
Departemen Operasi 2 1 3 Tetap
Departemen Umum & SDM 3 2 5 Tetap
Konsultan Pajak 1 - 1 Honor
Pesuruh Kantor 1 - 1 Honor
Pengelola Parkir 1 - 1 Honor
Cabang Lhoknga 5 1 6 Tetap
Cabang Belawan 6 1 7 Tetap
Cabang Lhokseumawe 4 1 5 Tetap
MT. Pelita Laut 19 - 19 Kontrak
(46)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga...(Lanjutan)
Jabatan/Bagian Pria Wanita Total Keterangan
MT. Pelita Samudera 20 - 20 Kontrak
T o t a l 91 8 99
(Sumber: PT. Burung Laut)
2.5.3.2. Jam Kerja
Jam kerja yang berlaku di PT. Burung Laut dibedakan menjadi: 1. Jam kerja darat
2. Jam kerja laut
Jam kerja darat adalah jam kerja yang berlaku bagi tenaga kerja yang bekerja di kantor dengan ketentuan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Jam Kerja Darat
No Hari Kerja Jam Kerja
1 Senin s/d Kamis
08.00 - 12.00 : Jam Kerja I 12.00 - 13.00 : Istirahat 13.00 - 17.00 : Jam Kerja II
2 Jum’at
08.00 - 12.00 : Jam Kerja I 12.00 - 14.00 : Istirahat 14.00 - 16.00 : Jam Kerja II 3 Sabtu 08:00 - 12:30 : Jam Kerja (Sumber: PT. Burung Laut)
Sedangkan jam kerja laut adalah jam kerja yang berlaku bagi crew kapal yang bekerja di laut dengan ketentuan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Jam Kerja Laut
No Hari Kerja Jam Kerja
1 Senin s/d Minggu
08.00 - 12.00 : Jam Jaga I 12.00 - 16.00 : Jam Jaga II 16.00 - 20.00 : Jam Jaga III
(47)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.3. Jam Kerja…(Lanjutan)
No Hari Kerja Jam Kerja
1 Senin s/d Minggu
20.00 - 24.00 : Jam Jaga I 24.00 - 04.00 : Jam Jaga II 04.00 - 08.00 : Jam Jaga III
(Sumber: PT. Burung Laut)
2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya. 2.5.4.1. Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan di PT. Burung Laut dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Upah Tetap, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja tetap di kantor.
2. Upah Kontrak, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja kontrak (crew kapal).
3. Upah Honor, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja honor.
2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja
Fasilitas yang diberikan oleh PT. Burung Laut kepada seluruh tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. Tunjangan Hari Raya (THR). 2. Bonus akhir tahun.
3. Asuransi Jiwa, Kecelakaan Kerja dan Kesehatan (Rawat Inap). 4. Uniform dan Alat Keselamatan Kerja (khusus untuk Crew Kapal).
(48)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Pengambilan Keputusan dalam Riset Operasi 3.1.1. Seni dan Ilmu Riset Operasi1)
Riset Operasi (Operations Research/OR) berusaha menetapkan arah tindakan terbaik (optimum) dari sebuah masalah keputusan dibawah pembatasan sumber daya yang terbatas. Istilah riset operasi sering kali diasosiasikan hamper secara eksklusif dengan penggunaan teknik-teknik matematis untuk membuat model dan menganalisis masalah keputusan. Walaupun matemetika dan model matematis merupakan inti dari riset operasi, pemecahan masalah tidaklah hanya sekedar pengembangan dan pemecahan model-model metematis. Secara spesifik, masalah keputusan biasanya mencakup faktor-faktor penting yang tidak berwujud dan tidak dapat diterjemahkan secara langsung dalam bentuk model matematis. Yang paling utama dari faktor-faktor ini adalah kehadiran unsur manusia di hampir setiap lingkungan keputusan. Pada kenyataanya, telah dilaporkan adanya situasi-situasi keputusan di mana pengaruh perilaku manusia begitu mempengaruhi masalah keputusan sehingga pemecahan yang diperoleh dari model matematis dipandang tidak praktis. Sebuah ilustrasi yang basik dari kasus ini adalah salah satu versi dari masalah elevator yang dikenal luas. Sebagai tanggapan dari para penghuni tentang lambatnya elevator di sebuah bangunan perkantoran yang besar, sebuah pemecahan yang didasari oleh analisis teori jalur antrian ditemukan tidak memuaskan. Setelah mempelajari masalah tersebut lebih 1) Hamdy A Taha, Riset Operasi, Suatu Pengantar, Edisi
(49)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
lanjut, ditemukan bahwa waktu menunggu sangat singkat. Sebuah pemecahan diajukan dimana sebuah cermin panjang dipasang ditempat masuk elevator. Keluhan menghilang karena para pengguna elevator asik memandangi diri mereka sendiri dan orang lain sambil menunggu elevator.
Ilustrasi elevator ini menggarisbawahi pentingnya memandang aspek matematis dari riset operasi dalam konteks yang lebih luas dari sebuah proses pengambilan keputusan yang unsur-unsurnya tidak dapat diwakili sepehunya oleh sebuah model matematis. Pada kenyataannya, masalah ini dikenali oleh para ilmuan Inggris yang merintis kegiatan-kegiatan riset operasi yang pertama setelah Perang Dunia II. Harus ditekankan bahwa kelompok riset operasi yang berhasil diharapkan memperlihatkan kemampuan yang memadai dalam aspek ilmu dan seni riset operasi. Penekanan pada satu aspek dan tidak pada askpek lainnya cenderung merintangi pemanfaatan riset operasi secara efektif dalam praktek.
3.1.2. Unsur-unsur Dari Sebuah Model keputusan.
Sebuah model keputusan semata-mata merupakan alat untuk “meringkaskan” sebuah masalah keputusan dengan cara yang memungkinkan identifikasi dan evaluasi yang sistematis terhadap semua alternatif keputusan dari sebuah masalah. Sebuah keputusan lalu dicapai dengan memilih alternative yang dinilai “terbaik” diantara semua pilihan yang tersedia.
Berikut akan diilustrasikan unsur-unsur dasar dari sebuah model keputusan dengan mengikuti contoh sederhana, tetapi berguna. Selama bulan-bulan musim panas, seorang professor yang tinggan di Fayetteville (FYTV), Arkansas,
(50)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
memiliki komitmen konsultasi selama 5 minggu di Denver (DEN), Colorado. Professor tersebut terbang kesana pada hari senin dan kembali pada hari rabu diminggu yang sama. Sebuah tiket pulang-pergi yang dibeli pada hari senin untuk kembali pada hari rabu diminggu yang sama berharga 20% lebih mahal daripada tiket yang melewati akhir pekan. Tiket satu arah dalam arah apapun berharga 75% dari harga tiket pulang-pergi biasa (tanpa potongan harga). Harga dari sebuah tiket pulang-pergi adalah $900. Bagaimana sebaiknya profesor tersebut membeli tiketnya selama periode konsultasi sepanjang lima minggu tersebut? Contoh ini dibuat untuk memperkenalkan proses pengambilan keputusan: alternatif keputusan, batasan masalah, dan kriteria tujuan.
3.1.3. Jenis-jenis Model Riset Operasi
Metode pemecahan biasanya dirancang untuk memanfaatkan struktur khusus dari model yang dihasilkan. Dengan demikian, berbagai model yang berkaitan dengan sistem nyata yang ada menimbulkan berbagai teknik pemecahan dalam jumlah yang sama. Istilah asal dari berbagai nama yang sudah dikenal seperti pemrograman linear, integer, dinamis, dan non-linier yang mewakili berbagai algoritma untuk memecahkan kelompok-kelompok model riset operasi tersebut.
Dalam kebanyakan aplikasi riset operasi, diasumsikan bahwa tujuan dan batasan sebuah model dapat diekspresikan secara kuantitatif atau secara matematis sebagai fungsi dari variabel keputusan. Dalam kasus demikian, kita mengatakan bahwa kita menangani model matematis.
(51)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Sayangnya, walaupunterdapat kemajuan yang mengesankan dalam pemodelan matematis, sejumlah situasi nyata masih berada jauh diluar kemampuan teknik-teknik matematis yang sekarang tersedia. Karena suatu hal, sistem nyata kemungkinan terlalu rumit untuk memungkinkan representasi matematis yang memadai. Kemungkinan lain, sekalipun sebuah model matematis dapat diformulasikan, model itu terbukti terlalu kompleks untuk dipecahkan dengan metode-metode pemecahan yang sudah ada.
Sebuah pendekatan yang berbeda untuk pemodelan sistem (yang kompleks) adalah penggunaan simulasi. Model-model simulasi berdeda dengan model matematis dalam hal bahwa hubungan antara masukan dan keluaran tidak dinyatakan secara eksplisit, melainkan, sebuah model simulasi memecahkan sistem yang dimodel tersebut kedalam modul-modul dasar atau elementer yang lalu dikaitkan satu sama lain dengan hubungan-hubungan logis yang didefenisikan dengan baik. Jadi dengan dimulai dengan modul masukan, perhitungan akan bergerak dari satu modul ke modul lainnya. Sampai sebuah hasil keluaran direalisasikan.
Model simulasi, ketika dibandingkan dengan model matematis, memang menawarkan keluwesan yang lebih besar dalam mewakili sistem yang kompleks. Alasan utama untuk keluwesan ini adalah bahwa simulasi memandang sistem dari tingkat elementer yang mendasar. Pemodelan matematis sebaliknya, cenderung mempertimbangkan sistem dari tingkat representasi yang kurang terinci.
Keluwesan simulasi bukannya tidak mempunyai kekurangan. Pengembangan sebuah model simulasi biasanya cukup mahal baik dalam waktu
(52)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
maupun sumber daya. Selain itu, pelaksanaan sebuah model simulasi, sekalipun dengan komputer yang tercepat, dapat menimbulkan sejumlah biaya yang cukup besar. Sebaliknya, model-model matematis yang berhasil biasanya dapat dikelola dalam hal perhitungannya.
3.1.4. Tahap-tahap Studi Riset Operasi
Tahap-tahap utama yang harus dilalui untuk melakukan sebuah studi operasi riset adalah mencakup:
1. Defenisi masalah. 2. Pengembangan model. 3. Pengujian keabsahan model. 4. Implementasi model akhir.
Tahap pertama dari studi ini berkaitan dengan defenisi masalah, hal ini menunjukkan tiga aspek utama, yaitu;
1. Deskripsi tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut. 2. Identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut.
3. Pengenalan tentang keterbatasan, batasan, dan persyaratan sistem tersebut. Tahap kedua dari studi ini berkaitan dengan pengembangan model. Bergantung pada defenisi masalah dan harus memutuskan model yang paling sesuai untuk mewakili sistem yang bersangkutan. Model seperti ini harus menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan. Jika model yang dihasilkan termasuk dalam salah satu model matematis yang umum, pemecahan yang memudahkan dapat diperoleh dengan
(53)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
menggunakan teknik-teknik matematis. Jika hubungan matematis dalam model tersebut terlalu kompleks untuk memungkinkan pemecahan analitis, sebuah model simulasi kemungkinan lebih sesuai.
Tahap ketiga dari studi ini berkaitan dengan pemecahan model. Dalam model-model matematis, hal ini dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimisasi yang didefenisikan dengan baik dan model tersebut dikatakan menghasilkan sebuah pemecahan optimal. Jika simulasi atau model heuristik dipergunakan, konsep optimalitas tidak didefenisikan dengan begitu baik, dan pemecahan dalam kasus ini dipergunakan untuk memperoleh evaluasi terhadap tindakan dalam sistem tersebut. Hal ini biasanya disebut dengan analisis sensitivitas. Secara khusus, analisis seperti ini diperlukan ketika parameter dari sebuah sistem tidak dapat diestimasi secara akurat.
Tahap keempat menuntut pemeriksaan terhadap keabsahan model. Sebuah model dikatakan absah jika dapat memberikan prediksi yang wajar dari kinerja sistem tersebut walaupun tidak secara pasti mewakili sistem tersebut. Satu metode yang umum untuk menguji keabsahan sebuah model adalah dengan membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual tersebut. Model tersebut akan absah jika dalam kondisi masukan yang serupa, model tersebut dapat menghasilkan ulang kinerja masa lalu dari sistem tersebut.
Tahapa akhir dalam studi ini adalah berkaitan dengan implementasi hasil model yang telah diuji tersebut. Implementasi melibatkan penerjemahan hasil ini menjadi petunjuk operasi yang terinci dan disebarkan dalam bentuk yang mudah
(54)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
dipahami kepada para individu yang akan mengatur dan mengoperasikan sistem yang direkomendasikan tersebut.
3.2. Pemrograman Integer
Program integer adalah program linear yang seluruh atau sebahagian dari variabel keputusannya adalah integer. Pemrograman bulat dibutuhkan ketika keputusan harus dilakukan dalam bentuk bilangan bulat (bukan pecahan yang sering terjadi bila kita gunakan metode simpleks). Model matematis dari pemrograman bulat sebenarnya sama dengan model linear programming, dengan tambahan batasan bahwa variabelnya harus bilangan bulat. Terdapat 3 macam permasalahan dalam pemrograman bulat, yaitu:
1. Pemrograman bulat murni, yaitu kasus dimana semua variabel keputusan harus berupa bilangan bulat.
2. Pemrograman bulat campuran, yaitu kasus dimana beberapa, tapi tidak se mua, variabel keputusan harus berupa bilangan bulat.
3. Pemrograman bulat biner, kasus dengan permasalahan khusus dimana semua variabel keputusan harus bernilai 0 dan 1.
Banyak aplikasi kegunaan dari integer programming, misalnya dalam penghitungan produksi sebuah perusahaan manufaktur, dimana hasil dari perhitungannya haruslah bilangan bulat, karena perusahaan tidak dapat memproduksi produknya dalam bentuk setengah jadi. Misal perusahaan perkitan mobil tidak bisa merakit 5,3 mobil A dan 2,5 mobil B perhari, tetapi haruslah bilangan bulat, dengan metode pembulatan, bisa kita hasilkan misalnya 5 mobil A
(55)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
dan 2 mobil B per hari, tetapi apakah metode pembulatan ini efisien? Kita lihat pada penjelasan selanjutnya. Model pemrograman bulat dapat juga digunakan untuk memecahkan masalah dengan jawaban ya atau tidak (yes or no decision), untuk model ini variabel dibatasi menjadi dua, misal 1 dan 0, jadi keputusan ya atau tidak diwakili oleh variabel, katakanlah xj, menjadi:
{
untuk keputusanyatidak keputusan untuk
j
x
=
10,,Model ini sering disebut dengan model pemrograman bulat biner.
3.2.1. Program Integer Dengan K Kendala yang Harus Dipenuhi Oleh N
Kendala2)
Program integer denagn N kendala, tetapi hanya K yang harus dipenuhi, dimana pada suatu kasus K<N. Sebahagian dari proses optimisasi adalah mencari kombinasi K kendala yang memberikan fungsi objektif terbaik. Jadi ada N-K kendala yang akan dieliminasi dari kelompok kendala tersebut, meskipun solusi layak mungkin saja masih memenuhi sebahagian diantara.
Bentuk umum dari kasus sebelumnya yang dapat dikatakan mempunyai
k=1 dan N=2. misalkan N kendala tersebut adalah: f1(X1, X2,...,Xn)≤d1
f2(X1, X2,...,Xn)≤d2 .
.
(56)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
fn(X1, X2,...,Xn)≤dn
Maka dengan logika maka kendala tersebut harus dimodifikasi agar sesuai dengan kendala linier, yakni semua kendala-kendala harus dipenuhi. Misalkan M adalah sebuah bilangan yang sangat besar, maka menambhakan M ke sisi kanan kendala tersebut akan mengakibatkan pengeliminasian kend la tersebut, oleh karena secara otomatis kendala ini dapat dipenuhi oleh solusi apa saja yang memenuhi kendala-kendala yanga lain di soal itu (asumsi formulasi ini adalah bahwa himpunan solusi layak bagi soal tersebut adalah himpunan yang terbatas/bounded set dan M cukup besar sehingga tidak akan mengeliminasi solusi layak yang manapun). Formulasi ekivalen yang mengharuskan beberapa K dari kendala tersebut harus terpenuhi adalah:
f1(X1, X2,...,Xn)≤d1 + My1 f2(X1, X2,...,Xn)≤d2 + My2
. . .
f2(X1, X2,...,Xn)≤d2 + My2
K N y
n i
i = −
∑
=1Dan yi adalah binary untuk i=1,2,…,N dan M adalah sebuah bilangan yang sangat
besar dan postif. Oleh karena kendala atas yi menjamin bahwa sejumlah K dari variable-variabel ini kan sama dengan nol dan selebihnya akan sama dengan satu, maka sejumlah K dari kendala asli akan tidak berubah. Pemilihan tentnag K yang 2) Riset Operasi I, untuk kalangan sendiri, Oleh Prof.
(57)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
mana dari kendala tersebut yang akan tetap dipertahankan dilakukan dengan cara menggunakan algoritma yang sesuai bagi keseluruhan masalah sehingga diperoleh solusi optimal bagi semua variable secara simultan.
3.2.2. Algoritma Branch And Bound3)
Integer Linier Programming (ILP) memulai dengan sejumlah titik
pemecahan yang terbatas, tetapi sifat variabel yang berbentuk bilangan bulat mempersulit perancangan sebuah algoritma yang efektif untuk mencari secara langsung diantara titik integer yang layak dari ruang pemecahan. Mengingat kesulitan ini, para peneliti telah mengembangkan sebuah prosedur pemecahan yang didasari oleh pemanfaatan keberhasilan besar dalam memecahkan masalah-masalah linier programming (LP). Strategi untuk prosedur ini dapat diringkas dalam tiga langkah, antara lain:
1. Longgarkan ruang pemecahan dari masalah Integer yang bersangkutan dengan mengabaikan batasan integer sama sekali. Langkah ini mengkonversikan ILP menjadi LP biasa.
2. Pemecahan model LP “yang longgar” yang dihasilkan dan identifikasi titik optimum (kontinyu) dari LP tersebut.
3. Dengan dimulai dengan titik optimum kontinyu, tambahkan batasan khusus yang akan secara berulang-ulang memaksa titik ekstrim optimum dari model LP yang dihasilkan untuk bergerak ke arah batasan integer yang diinginkan.
(58)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
Alasan kita memulai pencarian pemecahan optimum ILP di pemecahan optimum LP adalah bahwa terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa kedua pemecahan itu akan berdekatan satu sama lain, sehingga meningkatkan kemungkinan untuk menemukan pemecahan integer tersebut secara cepat. Inti dari prosedur yang diajukan ini adalah pendekatan ini memecahkan masalah-masalah LP yang berturut-turut, yang lebih dapat dikelola dari segi perhitungan dibangdingkan memecahkan masalah-masalah ILP secara langsung.
Untuk mempermudah pengertian penggunaan dan langkah-langkah dari algoritma ini akan dibuat dalam sebuah contoh numerik. Pertimbangkan LP berikut ini :
Max : Z = 5x1 + 4x2 ;
Subject To : x1 + x2 ≤5 10x1 + 6x2 ≤45
x1, x2 ≥0 dan integer
Ruang pemecahan ILP ini diperlihatkan dengan titik-titik solusi linier yang layak. Ruang pemecahan LP yang berkaitan, LP0, didefinisaikan Z = 5x1 + 4x2
dengan mengabaikan batasan integer tersebut. Pemecahan optimum LP0 ini adalah x1 = 3.75, x2 = 1.25, dan z = 23.75.
Prosedur branch And Bound (B&B) didasari oleh penanganan masalah LP saja. Karena pemecahan LP optimum tidak memenuhi persyaratan integer, algoritma B&B menuntut “modifikasi” terhadap ruang pemecahan LP ini dengan cara yang akan pada akhirnya memungkinkan kita untuk mengindentifikasi pemecahan ILP optimum. Pertama kita memilih salah satu variable yang nilainya 3) Riset Operasi Suatu pengantar, Edisi Kelima, Jilid I,
(59)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
saat ini dalam pemecahan LP0 optimum melanggar persyaratan integer tersebut. Dengan memilih x1 (=3,75) secara sembarang, kita mengamati bahwa bidang (3 < x1 < 4) dari ruang pemecahan LP0, berdasarkan defenisinya, tidak akan memuat pemecahan ILP yang layak. Karena itu kita memodifikasi ruang pemecahan LP tersebut dengan menyingkirkan bidang yang tidak menjanjikan pemecahan ini, yang pada intinya adalah setara dengan mengganti ruang LP0 semula dengan dua ruang LP, LP1 dan LP2, yang didefenisikan sebagai berikut:
1. Ruang LP1 = ruang LP0 + (x1≤ 3) 2. Ruang LP2 = ruang LP0 + (x1≥ 4)
Anda akan melihat bahwa kedua ruang ini memuat titik-titik integer yang layak yang sama dengan model ILP ini. Ini berarti bahwa dari sudut pandang masalah ILP semula, menangani LP1 dan LP2 adalah sama menangani LP0 semula. Perbedaan utamanya adalah bahwa pemilihan batasan baru (x1 ≤ 3 dan x2
≥ 4) akan sekarang meningkatkan kemungkinan untuk memaksa titik ekstrim optimum dari LP1 dan LP2 ke arah memenuhi persyaratan integer tersebut. Pada kenyataannya, batasan tersebut berada di “sekitar pemecahan” LP0 yang kontinyu akan meningkatkan peluang mereka untuk menghasilkan pemecahan integer yang “baik”.
Karena batasan baru x1 ≤ 3 dan x2 ≥ 4 tidak dapat dipenuhi secara bersamaan, LP1 dan LP2 harus ditangani sebagai dua program linier yang berbeda. Dikotomi ini menimbulkan konsep percabangan (Branching) dalam algoritma B&B. Akibatnya, percabangan menunjukkan pemisahan ruang pemecahan saat ini ke dalam beberapa bagian yang terpisah. Gambar 3.1 sebagai
(60)
Marnangkok B. : Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Intege,. 2009.
USU Repository © 2009
ilustarasi menunjukkan pembuatan LP1 dan LP2 dari LP. Cabang tersebut didefenisikan dengan batasan x1 ≤ 3 dan x2 ≥ 4, dimana x1 disebut sebagai variabel percabangan.
1
2 3
4 5
x1=3 x1=4
Gambar 3.1. Contoh Algoritma Branch And Bound Pada Contoh Diatas
Kita mengetahui bahwa ILP optimum akan berada di LP1 atau LP2. Tetapi dengan tidak adanya ruang pemecahan grafik, kita tidak memiliki cara untuk menentukan dimana optimum itu berada. Akibatnya, pilihan kita satu-satunya adalah meniliti kedua masalah ini. Kita melakukannya dengan mengerjakan masalah ini satu per satu (LP1 atau LP2). Anggaplah bahwa kita secara sembarangan memiliki LP1 yang berkaitan dengan x1 ≤ 3. jadi kita memecahkan masalah berikut ini:
Max : Z = 5x1 + 4x2 ;
Subject To : x1 + x2 ≤5 10x1 + 6x2 ≤45 x1 ≤3
(1)
adalah total volume angkutan BBM HSD yang mampu dilayani oleh PT. Burung Laut untuk tahun 2008 adalah sebesar 909.800 KL, atau sebesar 84,24% dari total kebutuhan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan. Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat perbedaan jumlah volume angkutan BBM HSD oleh PT. Burung Laut pada tahun 2008 oleh kedua metode tersebut. Setelah dilakukan penentuan jumlah Round Trip maksimum tiap armada tanker dengan metode pemrograman integer, maka terjadi peningkatan jumlah BBM HSD yang mampu diangkut oleh PT. Burung Laut pada tahun 2008 jika dibangdingkan dengan penggunaan metode pemrograman linier untuk menentukan jumlah volume angkutan optimum tiap armada tanker tersebut. Selisih yang didapatkan dari hasil penghitungan jumlah volume optimum angkuatan BBM HSD oleh PT. Burung Laut pada tahun 2008 dengan menggunakan metode yang berbeda adalah sebesar 121.900 KL.
(2)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Pengoptimalan pengoperasian armada Tanker PT. Burung Laut adalah salah satu tujuan utama dari PT. Burung Laut tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk membantu pengoptimalkan pengoperasian dan pengevalusasian kecukupan jumlah armada Tanker tersebut untuk memenuhi pengankutan BBM HSD dari 4 Pelabuhan sumber (P. Dumai, P. Tj. Uban dan P. Pulau Sambu) ke Pelabuhan Belawan
Dari hasil penelitian “Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Integer” ini didapatkan beberapa kesimpulan akhir, yaitu sebaagai berikut:
1. Dengan menggunakan 4 armada Tanker yang dioperasikan PT. Burung Laut, yaitu: MT. Pelita Laut dengan kapasitas angkut 5.000 KL, MT. Pelita Energi dengan kapasitas angkut 6.000 KL, MT. Maiden dengan kapasitas angkut 5.300 KL, serta armada Tanker MT. Batamas Sentosa V dengan kapasitas angkut 5.300 KL tidak dapat memenuhi target angkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan pada tahun 2008 dengan volume sebesar 1.080.000 KL.
2. Hasil perhitungan kapasitas angkut optimal keempat armada Tanker pada tahun 2008 dengan menggunakan pendekatan Integer Programming, Branch and Bound Methode adalah sebesar 909.800 KL BBM HSD dari
(3)
total 1.080.000 KL BBM HSD, atau pencapaian target pengangkutan BBM HSD dari ketiga pelabuhan sumber adalah 84.24%.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan diatas, kemungkinan penyebab tidak terpenuhinya jumlah BBM HSD yang harus diangkut oleh keempat armada Tanker milik PT. Burung Laut adalah sebagai berikut:
a. Besarnya fluktuasi waktu untuk setiap pengoperasian keempat armada Tanker PT. Burung Laut baik pada saat Loading Time maupun pada saat Unloading Time tiap armada. Kepadatan antrian, baik di pelabuhan muat (Dumai, Pulau Sambu dan Tanjung Uban) maupun di pelabuhan bongkar (Belawan) yang diakibatkan oleh banyakknya kapal-kapal lain yang menunggu di pelabuhan yang sama, sehingga proses administrasi untuk tiap armada Tanker milik PT. Burung Laut mengalami idle (mengalami antrian) yang mengakibatkan besarnya fluktuasi waktu untuk tiap kegiatan tersebut. b. Performance kapal yang sudah mulai menurun sehingga mengakibakan kurang optimalnya pengoperasian keempat armada tanker. Jadwal perbaikan untuk masing-masing armada Tanker yang kurang baik dan kondisi mesin yang sudah menurun mengakibatkan waktu yang di bisa digunakan untuk pengoperasian armada Tanker menjadi berkurang.
3. Terjadi peningkatan volume angkutan optimum BBM HSD oleh PT. Burung Laut pada tahun 2008 sebesar 121.900 KL dari hasil perhitungan jumlah volume angkutan optimum terdahulu yang dilakukan oleh saudara
(4)
Suriadin Noernikmat S.T. yang menggunakan pendekatan pemrograman linier. Hasil volume angkutan BBM HSD optimum dengan menggunakan pemrograman linier adalah sebesar 787.900 KL, sedangkan hasil penelitian ini, yaitu dengan menggunakan pemrograman integer adalah sebesar 909.800 KL BBM HSD.
7.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian “Evaluasi Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Dengan Menggunakan Pemrograman Integer” ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan ke arah model simulasi untuk mencoba menghilangkan kelemahan dari metode Branch And Bound ini, yaitu algoritma ini tetap menghitung kemungkinan solusi dengan tipe variabel bilangan real walaupun pada akhirnya kemungkinan solusi ini tidak akan dipertimbangkan.Tetapi hal ini menyebabkan waktu komputasi bertambah lama. Penentuan starting point yang salah akan mengakibatkan proses penyelesaian semakin panjang, dengan kemungkinan terdapatnya solusi optimum pada range tertentu.
2. Untuk memenuhi target pengangkutan BBM HSD PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan pada tahun-tahun berikutnya, diusulkan penambahan jumlah aramada Tanker sebanyak 1 unit lagi yang mempunyai kapasitas dan spesifikasi yang layak dan diizinkan untuk melakukan pengangkutan BBM HSD dari pelabuhan Pulau Sambu dan
(5)
atau mereduksi jumlah volume BBM HSD yang akan diangkut oleh PT. Burung Laut dari pelabuhan P. Sambu, karena jumlah Round Trip dari pelabuhan P. Sambu tersebut hanya sebanyak 12 kali dan hanya dilakukan oleh satu armada Tanker saja yaitu MT. Pelita laut.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
I Made Wirartha, 2006, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, CV. Andi Offset: Jogyakarta.
Kountur, Ronny, 2006, Statistik Praktis – Pengolahan Data untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, PPM: Jakarta.
Noernikmat, Suriadin, 2008, Analisis Kecukupan Jumlah Armada Tanker PT. Burung Laut Untuk Angkutan BBM HSD PT. PLN (persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan Tahun 2008, Medan.
Simarmata, D.A., 1983, Operation Research – Sebuah Pengantar, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sitompul, Darwin, 2006. Diktat Kuliah: Riset Operasi I Untuk Kalangan Sendiri, Medan.
Siswanto, 2002, Operation Research, Jilid I, Penerbit Erlangga: Jakarta.
Suharsimi Arikunto, 2002, ProsedurPenelitian – Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan Keduabelas (Edisi Revisi V), PT. Rineka: Jakarta.
Taha, Hamdy A., 1996, Riset Operasi, Sebuah Pengantar, Edisi Kelima, Jilid I, Binarupa Aksara: Jakarta Barat.
Walpole, Ronald. E., 1995, Pengantar Statistika (Terjemahan), Edisi Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.