Ronde Perjalanan Round Trip Penyelesaian Permasalahan dengan Metode Integer Programming

Sailing Time kapal dari Belawan ke Dumai atau sebaliknya yang paling cepat adalah MT. Pelita Energi dengan waktu 27,23 jam, sedangkan yang paling lambat adalah MT. Batamas Sentosa V dengan waktu 83,79 jam. Sailing Time kapal dari Belawan ke Tanjung Uban atau sebaliknya yang paling cepat adalah MT. Pelita Laut dengan waktu 42,63 jam, sedangkan yang paling lambat adalah MT. Batamas Sentosa V dengan waktu 48,83 jam. Dikarenakan alasan teknis, kapal MT. Maiden dan MT. Batamasa Sentosa V tidak dioperasikan untuk pelayaran dari Belawan ke Pulau Sambu atau sebaliknya. Dengan demikian, dari 2 unit armada tanker lainnya yang beroperasi dari Belawan ke Pulau Sambu atau sebaliknya, sailing time kapal yang paling cepat adalah MT. Pelita Energi dengan waktu 38,86 jam, sedangkan yang paling lambat adalah MT. Pelita Laut dengan waktu 44,76 jam.

6.3. Ronde Perjalanan Round Trip

Ronde Perjalanan Round Trip masing-masing kapal pada tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 6.4. Dari Gambar 6.4. dapat dianalisa perilaku round trip masing-masing kapal milik PT. Burung Laut yang berbeda pada setiap pelayaran. Round Trip kapal dari Belawan ke Dumai atau sebaliknya yang paling cepat adalah MT. Pelita Energi dengan waktu 213 jam, sedangkan yang paling lambat adalah MT. Batamas Sentosa V dengan waktu 273,42 jam. Round Trip kapal dari Belawan ke Tanjung Uban atau sebaliknya yang paling cepat adalah MT. Batamas Sentosa V dengan waktu 212,14 jam, sedangkan yang paling lambat adalah MT. Pelita Energi dengan waktu 254,36 jam. Gambar 6.4. Grafik Round Trip Kapal Tahun 2007 Dari 2 unit armada tanker PT. Burung Laut yang beroperasi dari Belawan ke Pulau Sambu atau sebaliknya, round trip kapal yang paling cepat adalah MT. Pelita Laut dengan waktu 229,92 jam, sedangkan yang paling lambat adalah MT. Pelita Energi dengan waktu 254,45 jam.

6.4. Penyelesaian Permasalahan dengan Metode Integer Programming

Dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode Integer Programming, dalam hal ini metode yang digunakan untuk menentukan jumlah Round Trip maksimum untuk tiap armada Tanker milik PT. Burung Laut adalah metode Branch And Bound. Dengan mengunakan bantuan Software LINDO maka hasil formulasi dari setiap fungsi tujuan dan fungsi kendala yang ditetapkanmaka solusi optimalnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kapal MT. Pelita Laut melakukan pelayaran sebanyak 37 kali dengan rincian 24 kali ke pelabuhan Dumai, 12 kali ke pelabuhan P. Sambu dan hanya 1 kali ke pelabuhan Tg. Uban, dengan kapasitas angkut 5.000 KL BBM HSD dengan total volume sebesar 185.000 KL. 2. Kapal MT. Pelita Energi melakukan pelayaran sebanyak 36 kali dengan rincian 24 kali ke pelabuhan Dumai, 12 kali ke pelabuhan Tg. Uban, sedangkan ke pelabuhan P. Sambu tidak melakukan pengangkutan, dengan kapasitas angkut 6.000 KL BBM HSD dengan total volume sebesar 216.000 KL. 3. Kapal MT. Maiden melakukan pelayaran sebanyak 48 kali dengan rincian 24 kali ke pelabuhan Dumai dan 24 kali ke pelabuhan Tg. Uban, sedangkan ke pelabuhan P. Sambu tidak melakukan pengangkutan, dengan kapasitas angkut 5.300 KL BBM HSD dengan total volume sebesar 254.400 KL. 4. Kapal MT. Batamas Sentosa V melakukan pelayaran yang sama dengan kapal MT. Maiden yaitu sebanyak 48 kali dengan rincian 24 kali ke pelabuhan Dumai dan 24 kali ke pelabuhan Tg. Uban, sedangkan ke pelabuhan P. Sambu tidak melakukan pengangkutan, dengan kapasitas angkut 5.300 KL BBM HSD dengan total volume sebesar 254.400 KL. Secara keseluruhan, total volume angkutan BBM HSD yang dapat diangkut adalah sebesar 909.800 KL 84,24. Hal ini mencerminkan bahwa PT. Burung Laut tidak dapat memenuhi target operasi untuk melaksanakan angkutan BBM HSD PT. PLN Persero Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan pada tahun 2008 sebesar 15,76 dari total jumlah kontrak angkutan BBM HSD. Ketidakmampuan pemenuhan target pengankutan BBM HSD PT. PLN Persero diakibatkan oleh besarnya fluktuasi waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap armada baik pada saat Loading Time, Unloading Time dan Sailing Time. Hal ini dapat disimpulkan dari data Time Sheet yang diperoleh pada tahun 2007 dari PT. Burung Laut. Fluktuasi ini diakibatkan oleh antrian yang terjadi di pelabuhan, baik pelabuhan muat Pelabuhan Dumai, Tj. Uban dan P. Sambu maupun pelabuhan bongkar di Belawan pada saat tertentu. Antrian yang terjadi mengakibatkan proses administrasi harus menunggu waktu yang lama karena banyaknya armada kapal lain yang harus melakukan proses administrasi yang dilayani oleh pihak pelabuhan. Hal ini mengakibatkan fluktuasi Loading Time dan Unloading Time menjadi sangat besar. Fluktuasi waktu yang dibutuhkan untuk pelayaran Sailing Time dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar terjadi diakibatkan oleh kendala teknis dan kendala alam yang terjadi pada saat pelayaran. Kendala teknis yang terjadi tersebut adalah kerusakan mesin kapal pada saat pelayaran dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar dan sebaliknya. Tindakan yang dilakukan adalah operatorteknisi memperbaiki kerusakan mesin armada tersebut, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas perbaikan kapal pada saat pelayaran tersebut diakumulasikan ke total Sailing Time untuk armada tersebut. Aktivitas perbaikan ini merupakan aktivitas diluar Maintenance yang telah dijadwalkan. Kendala lain yang mengakibatkan adalah kejadian-kejadian alam selama pelayaran dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar dan sebaliknya seperti badai, ombak yang tinggi dan cuaca buruk lainnya yang mengakibatkan armada tersebut harus menurunkan kecepatannya untuk mengantisipasi keadaan tersebut.

6.5. Perbandingan Hasil Penelitian Awal Oleh Saudara Suriadin