16
BAB II PERKAWINAN CAMPURAN DALAM HUKUM PERKAWINAN DI
INDONESIA A.
Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1.
Pengertian Perkawinan
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan seperti yang termuat dalam Pasal 1 ayat 2, perkawinan didefinisikan sebagai :
1
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sahnya Perkawinan
Sahnya perkawinan harus berdasarkan pada Pasal 2 undang-undang perkawinan, yang berbunyi :
1 Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu. 2
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Syarat-syarat Perkawinan
Orang-orang yang hendak melangsungkan perkawinan terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang terdapat dalam Bab II tentang
Syarat-syarat Perkawinan yang terdiri dari Pasal 6 s.d Pasal 12 undang- undang perkawinan.
1
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia ‘Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1 1974 sampai KHI’, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, Ed. I, Cet. III, h. 42-43.
4. Perjanjian Perkawinan
Perjanjian perkawinan dalam undang-undang perkawinan diatur dalam Bab V dan hanya terdiri satu pasal saja yaitu Pasal 29, yang isinya
sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
2
5. Putusnya Perkawinan serta Akibatnya
Dalam hal putusnya perkawinan serta akibatnya berdasarkan undang- undang perkawinan, hal tersebut diatur secara khusus dalam Bab VIII yang
terdiri dari Pasal 38 s.d Pasal 41.
6. Kedudukan Anak
Masalah anak sah diatur dalam undang-undang perkawinan pada Bab IX tentang Kedudukan Anak dalam Pasal 42 s.d 44. Ketentuan lebih lanjut
perihal asal-usul anak diatur dalam Bab XII tentang Ketentuan-ketentuan Lain dalam Pasal 55.
3
7. Perkawinan Campuran
Berdasarkan undang-undang
perkawinan, pengertian
perkawinan campuran diatur dalam Pasal 57, yang berbunyi :
Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.
Bagi orang-orang
berlainan kewarganegaraan
yang melakukan
perkawinan campuran,
dapat memperoleh
kewarganegaraan dari
2
Ibid, h. 137.
3
Ibid, h. 281-282.