Kewarganegaraan Kewarganegaraan, Perkawinan, dan Kedudukan Anak Menurut Undang-

Dalam hal kewarganegaraan, Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 menganggap selalu ada hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ibu. Hubungan kekeluargaan antara anak dan ayah hanya ada apabila anak itu lahir dalam perkawinan yang sah atau apabila anak itu lahir di luar perkawinan yang sah diakui secara sah oleh ayahnya. Apabila ada hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ayahnya, maka kewarganegaraan ayah yang menentukan kewarganegaraan anak Pasal 1 huruf b dan c. Akan tetapi, apabila sang ayah tidak mempunyai kewarganegaraan atau karena kewarganegaraannya tidak diketahui, maka kewarganegaraan ibu yang menetukan kewarganegaraan anak Pasal 1 huruf e. Begitu pula, apabila tidak ada hubungan kekeluargaan antara anak dan ayahnya, maka yang menentukan adalah kewarganegaraan ibunya Pasal 1 huruf d. Selanjutnya, kelahiran di dalam wilayah Republik Indonesia sebagi dasar untuk memperoleh kewarganegaraan RI, hanya dipakai untuk menghindarkan adanya orang tanpa kewarganegaraan yang lahir di dalam wilayah RI dan hanya dipakai selama perlu untuk menghindarkan hal tersebut Pasal 1 huruf f, g, h, dan i. Seorang anak adakalanya karena suatu aturan turut kewarganegaraan ayahnya, sedangkan sesungguhnya ia merasa lebih berdekatan dengan ibunya yang berkewarganegaraan Indonesia. Hendaknya kepada anak itu diberi kesempatan untuk memeperoleh kewarganegaraan RI, apabila ia dianggap sudah bisa menentukan kewarganegaraannya sendiri. Pemberian kesempatan itu hendaknya dibatasi pada anak di luar perkawinan yang sah, karena anak dalam perkawinan yang sah pada prinsipnya kewarganegaraannya turut ayahnya, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3. Negara yang memperkenankan orang dari luar bertempat tinggal menetap di dalam wilayahnya, pada suatu saat negara tersebut sudah selayaknya menerima keturunan dari orang luar itu dalam lingkungan kewargaanya. Namun, dikarenakan kewarganegaraan itu janganlah dipaksakan kepada orang yang sudah mempunyai kewarganegaraan lain, maka pemasukan dalam lingkungan kewarganegaraan RI itu hendaknya datang dari keinginan orang itu sendiri. Dikarenakan alasan-alasan tersebutlah dan sebagaimana yang terdapat pula dalam Pasal 3, maka kesempatan yang diberikan itu berupa “permohonan”. Pengaturan mengenai permohonan tersebut diatur dalam Pasal 4. II. Kewarganegaraan, Perkawinan, dan Kedudukan Anak Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006