E. Sistematika dan Teknik Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 lima bab dengan teknik penulisan yang mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab pertama, merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, membahas mengenai Perkawinan menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974, kewarganegaraan, perkawinan dan kedudukan anak menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 dan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006, kedudukan suami dan isteri dalam perkawinan campuran, dan harta
benda dalam perkawinan campuran. Bab ketiga, bab ini akan memuat tentang profil Masyarakat Perkawinan
Campuran Indonesia serta fakta terkait harta benda perkawinan dalam harta bersama akibat perkawinan campuran.
Bab keempat, pada bab ini penulis akan menguraikan faktor penghalang
kepemilikan tanah suami atau isteri WNI dalam harta bersama akibat perkawinan campuran serta kepastian hukum kepemilikan tanah bagi suami atau isteri WNI
akibat perkawinan campuran.
Bab kelima, bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta
saran bagi Perumus Undang-Undang, Pemerintah, Ahli Hukum dan WNI.
16
BAB II PERKAWINAN CAMPURAN DALAM HUKUM PERKAWINAN DI
INDONESIA A.
Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1.
Pengertian Perkawinan
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan seperti yang termuat dalam Pasal 1 ayat 2, perkawinan didefinisikan sebagai :
1
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sahnya Perkawinan
Sahnya perkawinan harus berdasarkan pada Pasal 2 undang-undang perkawinan, yang berbunyi :
1 Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu. 2
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Syarat-syarat Perkawinan
Orang-orang yang hendak melangsungkan perkawinan terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang terdapat dalam Bab II tentang
Syarat-syarat Perkawinan yang terdiri dari Pasal 6 s.d Pasal 12 undang- undang perkawinan.
1
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia ‘Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1 1974 sampai KHI’, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, Ed. I, Cet. III, h. 42-43.