melepaskan hak tersebut dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak ia kehilangan kewarganegaraannya.
Yang diatur dalam undang-undang tersebut adalah larangan bagi orang asing terhadap hak atas tanah dengan status hak milik akibat percampuran harta
dalam perkawinan Pasal 21 ayat 3. Sedangkan bagi WNI seharusnya tetap berlaku aturan yang terdapat dalam Pasal 21 ayat
1, yakni “hanya warga Indonesia yang berhak atas hak milik”. Dalam Pasal 21 ayat 1 undang-undang
tersebut di atas, jelas bahwa setiap WNI tanpa terkecuali berhak atas tanah dengan status hak milik. Namun, pada kenyataannya hak atas tanah dengan status hak
milik bagi WNI dalam perkawinan campuran sangat dipengaruhi dengan adanya perjanjian perkawinan.
Perjanjian perkawinan diatur dalam ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dinyatakan bahwa :
1 Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas
persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap
pihak ketiga tersangkut.
2 Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama dan kesusilaan. 3
Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan. 4
Selama perkawinan dilangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan perubahan
tidak merugikan pihak ketiga. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dipahami, bahwa bagi WNI yang
melakukan perkawinan campuran tanpa perjanjian perkawinan status hak atas tanahnya menjadi dipersamakan dengan pasangan WNAnya, yakni hanya sebatas
hak pakai. Dikarenakan terjadi percampuran harta dengan pasangan WNAnya. Yang mana WNA dalam Undang-Undang Pokok Agraria adalah pemegang hak
atas tanah dengan status hak pakai. Dalam perkembangan selanjutnya, sekarang ini di Indonesia sudah ada
Persatuan Masyarakat Perkawinan Campuran Indonesia, yang berdiri dengan misi dapat menjadi wadah yang menaungi kebutuhan dan aspirasi masyarakat
perkawinan campuran secara terpadu. Persatuan ini menaungi aspirasi pelaku perkawinan campuran serta membantu mencarikan solusi yang terbaik untuk
mengatasi permasalahan krusial yang tengah mereka hadapi, yakni larangan kepemilikan tanah dengan status hak milik bagi WNI dalam perkawinan
campuran tanpa perjanjian perkawinan. Kemudian berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik
untuk membahas masalah larangan kepemilikan tanah dengan status hak milik bagi WNI dalam perkawinan campuran tanpa perjanjian perkawinan dan
merumuskannya dalam sebuah karya tulis, yakni skripsi yang berjudul
“KEPEMILIKAN TANAH WARGA NEGARA INDONESIA DALAM HARTA BERSAMA AKIBAT PERKAWINAN CAMPURAN”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah penulis uraikan, bahwa perkawinan campuran yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 adalah perkawinan yang terjadi di antara dua orang yang berbeda
kewarganegaraan, yaitu antara orang Indonesia dengan orang Asing. Hal tersebut penting diatur, mengingat eksistesi bangsa dan negara Indonesia yang
tidak mungkin dilepaskan dari konteks pergaulan transnasional dan atau internasional.
4
Sehubungan dengan adanya aturan di negara ini yang telah mengatur tentang kebolehan perkawinan campuran, selanjutnya akan timbul beberapa
permasalahan akibat hukum dari perkawinan campuran tersebut, yakni sebagai berikut :
1 Keabsahan perkawinan;
2 Pencatatan perkawinan;
3 Harta benda dalam perkawinan;
4 Status kewarganegaraan WNI dan anak hasil perkawinan campuran;
5 Perceraian; dan
6 Warisan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penulisan skripsi ini penulis hanya akan fokus terhadap Kepemilikan Tanah Warga Negara
Indonesia dalam Harta Bersama Akibat Perkawinan Campuran. 2.
Rumusan Masalah
Menurut peraturan, hanya WNI yang dapat mempunyai hak atas tanah. Namun, pada kenyataannya WNI yang melakukan perkawinan campuran
4
Nawawi. N, “Perkawinan Campuran Problematika dan Solusinya”, artikel diakses pada
16 Oktober
2013 dari
http:sumsel.kemenag.go.idfiledokumenPERKAWINANCAMPURANartikel.pdf .
tanpa perjanjian perkawinan tidak dapat mempunyai hak atas tanah ketika melakukan perkawinan tersebut.
Maka berdasarkan rumusan permasalahan di atas, penulis merincinya ke dalam 2 dua bentuk pertanyaan, yakni:
a. Bagaimana status kepemilikan tanah WNI dalam harta bersama akibat
perkawinan campuran berdasarkan Peraturan Perundang-undangan? b.
Bagaimana status kepemilikan tanah WNI dalam harta bersama akibat perkawinan campuran berdasarkan pengalaman langsung pelaku
perkawinan campuran pada persatuan MPCI dan apakah ada kesesuaian dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisa status kepemilikan tanah WNI dalam harta bersama akibat
perkawinan campuran berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. b.
Memberikan kepastian hukum bagi suami atau isteri WNI terkait status kepemilikan tanah dalam harta bersama akibat perkawinan campuran.
2. Manfaat Penelitian
Secara lebih spesifik manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
a. Memperbaiki praktik-praktik yang telah berlangsung di masyarakat terkait
status kepemilikan tanah WNI dalam harta bersama akibat perkawinan campuran.
b. Bagi penulis, manfaat penelitian ini untuk menambah khazanah keilmuan
sebagai wujud kontribusi positif dan dedikasi yang dapat penulis berikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bentuk karya ilmiah yang bermanfaat
dan bahan rujukan bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan masyarakat guna
menyelesaikan permasalahan kepemilikan tanah bagi suami atau isteri WNI dalam harta bersama akibat perkawinan campuran.
D. Kerangka Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian terapan applied research, bila dilihat dari aspek kebutuhan dan pemakaian penelitian. Penelitian terapan
dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah dan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitan terapan berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak
semata-mata untuk mengembangkan wawasan keilmuan, tetapi juga untuk pemecahan masalah praktis, sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia, baik secara individu atau kelompok, mungkin