4. Perjanjian Perkawinan
Perjanjian perkawinan dalam undang-undang perkawinan diatur dalam Bab V dan hanya terdiri satu pasal saja yaitu Pasal 29, yang isinya
sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
2
5. Putusnya Perkawinan serta Akibatnya
Dalam hal putusnya perkawinan serta akibatnya berdasarkan undang- undang perkawinan, hal tersebut diatur secara khusus dalam Bab VIII yang
terdiri dari Pasal 38 s.d Pasal 41.
6. Kedudukan Anak
Masalah anak sah diatur dalam undang-undang perkawinan pada Bab IX tentang Kedudukan Anak dalam Pasal 42 s.d 44. Ketentuan lebih lanjut
perihal asal-usul anak diatur dalam Bab XII tentang Ketentuan-ketentuan Lain dalam Pasal 55.
3
7. Perkawinan Campuran
Berdasarkan undang-undang
perkawinan, pengertian
perkawinan campuran diatur dalam Pasal 57, yang berbunyi :
Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.
Bagi orang-orang
berlainan kewarganegaraan
yang melakukan
perkawinan campuran,
dapat memperoleh
kewarganegaraan dari
2
Ibid, h. 137.
3
Ibid, h. 281-282.
suamiisterinya dan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya, menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Kewarganegaraan
Republik Indonesia yang berlaku Pasal 58. Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau putusnya perkawinan menentukan
hukum yang berlaku, baik mengenai hukum publik maupun mengenai hukum perdata Pasal 59 ayat 1. Perkawinan campuran yang dilangsungkan di
Indonesia, dilakukan menurut undang-undang perkawinan ini Pasal 59 ayat 2.
Untuk dapat melangsungkan perkawinan campuran dan perkawinan tersebut sah, maka ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan harus dipenuhi, artinya perkawinan bagi mereka yang beragama Islam harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam. Begitu pula bagi mereka yang beragama selain Islam harus sesuai dengan ketentuan hukum agamanya dan kepercayaannya tersebut.
Apabila hukum agama yang bersangkutan membolehkan, maka perkawinan campuran dilangsungkan menurut agama Islam yang dilaksanakan oleh
Pegawai Pencatat Nikah PPN di Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan, sedangkan perkawinan campuran yang dilangsungkan menurut agamanya dan
kepercayaannya selain agama Islam dilaksanakan pencatatannya di Kantor Catatan Sipil.
4
Berdasarkan Pasal 59 ayat 2 sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa :
Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut Undang- undang perkawinan ini.
4
Nawawi. N, “Perkawinan Campuran Problematika dan Solusinya”.