sesuai, menyajikan konteks, mengulang, dan mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa.
2 Presentasi tugas atau materi pembelajaran, yang terdiri dari menyajikan
materi, mempertahankan
perhatian, memperjelas
pengolahan, dan
memperjelas aturan materi pembelajaran yang masuk akal. 3
Memperkuat pengolahan kognitif, yang terdiri dari menggunakan prinsip- prinsip rekonsiliasi integratif pengetahuan baru yang dihubungkan dengan
materi yang telah dipelajari, menganjurkan pembelajaran resepsi aktif, membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran, dan mengklarifikasi.
60
Terdapat dua jenis advance organizer, yaitu ekspositori dan komparatif. organizer ekspositori menjadi konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi
atau beberapa konsep yang lebih kecil. Organizer ini mempresentasikan perancah intelektual tentang bagaimana siswa akan menggantungkan
informasi baru yang ditemuinya. organizer ini khususnya berguna karena dapat menyediakan perancah ideasional untuk materi-materi asingtidak
biasa. Sedangkan organizer komparatif biasanya diterapkan pada materi yang biasa. Organizer ini dirancang untuk membedakan antara konsep baru
dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antar keduanya.
61
Siswa kemungkinan membutuhkan advance organizers yang berbeda-beda, tergantung pada pengetahuan sebelumnya dan keterampilan membacanya.
62
Penggunaan advance organizer pada siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan terdahulu sebelum penugasan atau pelajaran.
63
Jadi, Advance organizer merupakan materi awal atau pengenalan yang berguna untuk membantu
siswa dalam mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajarinya. Advance organizer dapat memperkuat struktur
kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru dalam diri seseorang. Hasil belajar dan retensi akan dapat ditingkatkan jika pengetahuan baru
60
Joyce, op. cit., h. 289-291.
61
Ibid., h. 287.
62
Margaret E. Gredler, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 251.
63
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks, 2008, h. 259.
diasimilasikan dengan pengetahuan yang sudah ada dengan bantuan advance organizer.
Advance organizer mengarah pada pembembelajaran bermakna sebagai lawan dari pembelajaran dengan cara menghafal. Advance organizer dapat berupa
pengantar ringkas tentang apa yang akan dipelajari yang berhubungan dengan informasi dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran oleh guru harus sedemikian
rupa sehingga siswa dapat membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya dan pembelajaran pun menjadi bermakna. Setelah diterapkannya suatu pengatur
awal, siswa diharapkan telah siap menerima materi pelajaran baru sehingga siswa tidak jatuh kembali ke pembelajaran dengan pola hafalan.
4. Peta Konsep
Pengorganisasian awal advance organizer merupakan suatu alat untuk mengaitkan bahan-bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki.
64
Salah satu alat yang dapat digunakan sebagai advance organizer dalam pembelajaran adalah peta konsep.
“Peta konsep merupakan suatu bentuk bantuan untuk mengembangkan pikiran siswa atau merupakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-
konsep dalam bentuk proposisi-proposisi ”.
65
Konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek
atau kejadian.
66
Sedangkan proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.
67
Dengan menguasai konsep, siswa akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu,
misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah dan sebagainya. Terdapat tiga gagasan dalam teori belajar kognitif Ausubel yang mendasari
pembentukan peta konsep. Pertama, struktur kognitif itu tersusun secara hierarkis dengan konsep dan proposisi yang lebih inklusif superordinal
terhadap konsep dan proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
64
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 157.
65
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, h. 117.
66
Trianto, op. cit., h. 158.
67
Yamin, loc. cit.
Kedua, konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, yaitu belajar bermakna merupakan suatu proses kontinu di mana
konsep-konsep baru meningkat, artinya konsep-konsep tersebut tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih
eksplisit dan lebih inklusif karena konsep-konsep itu secara progresif mengalami diferensiasi. Ketiga, penyesuaian integratif merupakan salah satu
prinsip belajar yang mengemukakan bahwa belajar bermakna meningkat jika pelajar mengenal hubungan-hubungan yang baru antara satu set konsep
atau proposisi yang berhubungan.
68
“Peta konsep adalah presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hierarkis konsep
”.
69
Penyusunan konsep secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan
menjadi konsep yang kurang inklusif.
70
Peta konsep juga memuat konsep dalam kategori superordinat dan mencakup contoh yang termasuk di dalamnya dan
contoh yang bukan termasuk di dalamnya.
71
Peta konsep dapat disusun dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan
satu sama lain.
72
Peta konsep dapat dibuat dengan langkah-langkah seperti pada Tabel 2.2 berikut ini:
73
Tabel 2.2. Langkah-langkah membuat peta konsep
Langkah 1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi
sejumlah konsep. Contoh ekosistem.
Langkah 2
Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh individu, populasi dan
komunitas.
Langkah 3
Menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
Langkah 4
Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan
ide utama.
68
Dahar, op. cit., h. 106.
69
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 353.
70
Trianto, op. cit., h. 159.
71
Santrock, 353-354.
72
Trianto, loc. cit.
73
Ibid., 160.
Peta konsep memiliki beberapa ciri yang di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Berbentuk konsep-konsep atau proposisi-proposisi agar lebih jelas dan
bermakna 2
Berupa gambar berbentuk dua dimensi yang memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep
3 Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan lainnya
4 Berbentuk hierarkis, di mana terdapat suatu konsep yang membawahi konsep-
konsep lainnya.
74
Peta konsep memiliki beberapa kegunaan, yaitu: 1 menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, 2 mempelajari cara belajar siswa, 3 mengungkapkan
miskonsepsi yang terjadi pada siswa, dan 4 sebagai alat evaluasi.
75
Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga dapat
dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep lain dalam
satu peta konsep.
76
Peta konsep dapat digunakan untuk mengintegrasikan unsur- unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai tempat untuk mengaitkan
pengetahuan baru.
77
Berdasarkan uraian di atas, peta konsep merupakan presentasi visual yang menghubungkan antara suatu konsep dengan konsep lainnya secara hierarkis. Peta
konsep dalam ilmu biologi dapat membantu mengolah informasi yang abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat untuk mengingatkan pada suatu konsep
pembelajaran. Pemetaan yang jelas dari informasi atau pengetahuan dapat membantu siswa dalam menghindari ketidakpahaman ataupun miskonsepsi pada
siswa.
74
Yamin, op. cit., h. 125.
75
Dahar, op. cit., h. 110-111.
76
Trianto, op. cit., h. 165.
77
Budiningsih, op. cit., h. 44-45.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Salah satu penelitian yang relevan mengenai model advance organizer pada pembelajaran biologi adalah Neneng Salmiah dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Belajar Bermakna melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal Advance Organizer terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Materi
Sistem Ekskresi” menjelaskan bahwa penguasaan konsep awal setelah pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, tetapi setelah
posttest peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Respon siswa yang diperoleh melalui angket menunjukkan
bahwa kelas kontrol merespon secara negatif pada beberapa aspek, sedangkan kelas eksperimen rata-rata merespon positif. Jadi, terdapat pengaruh belajar
bermakna melalui model pembelajaran advance organizer terhadap penguasaan konsep siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi.
78
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan Dwi Imawati dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Advance Organizers melalui Strategi
Elaborasi” memaparkan bahwa keberhasilan penelitian ini ditunjukkan oleh
keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran advance
organizers melalui strategi elaborasi dapat terlaksana dengan baik sesuai sintaks pembelajaran advance organizers melalui strategi elaborasi berdasarkan
peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan nilai posttest dari siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 20,54 pada siklus II. Rata-
rata nilai pretest sebesar 4,83, rata-rata nilai posttest siklus I adalah 7,44, dan rata- rata nilai posttest siklus II adalah 8,00.
79
Penelitian relevan lainnya mengenai pengaruh advance organizer terhadap motivasi belajar biologi adalah Hudson Shihusa dan Fred N. Keraro dalam
jurnalnya yang berjudul “Using Advance Organizers to Enhance Students Motivation in Learning Biology” dengan topik bahasan polusi menjelaskan bahwa
78
Neneng Salmiah , “Pengaruh Belajar Bermakna melalui Model Pembelajaran Pengaturan
Awal Advance Organizer terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Materi Sistem Ekskresi
”, Skripsi pada UPI, Bandung, 2013, h. ii, tidak dipublikasikan.
79
Dwi Imaw ati, “Implementasi Model Pembelajaran Advance Organizers melalui Strategi
Elaborasi ”, Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011, h. ii, tidak dipublikasikan.