b. Advance Organizer Pengatur Awal
Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif sehingga belajar bermakna pun terjadi, tidak hanya menekankan pada belajar menghafal.
44
Struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana
pengetahuan yang baru itu dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik.
45
Upaya memperbaiki struktur kognitif dapat memudahkan peserta belajar memperoleh dan menguasai informasi baru yang merupakan salah satu tujuan
utama model pembelajaran.
46
Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke
dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi
dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
47
Jadi, struktur kognitif merupakan struktur terorganisir dalam ingatan seseorang yang mengorganisasi
pengetahuan-pengetahuan yang diterima sehingga dapat tersusun dalam suatu unit konseptual.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
tertentu dan pada waktu tertentu. Jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik maka informasi baru akan timbul dan cenderung bertahan sehingga
belajar bermakna terjadi.
48
Terdapat dua prinsip dalam memprogramkan isi bidang studi sehingga konsep itu dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif peserta
belajar dan materi tersebut mempunyai makna psikologis. Prinsip-prinsip
44
Budiningsih, op. cit., h. 43.
45
Joyce, op. cit., h. 281.
46
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 90.
47
Budiningsih, op. cit., h. 44.
48
Dahar, op. cit., h. 98-99.
tersebut adalah: 1 Diferensiasi progresif, yang berarti bahwa gagasan dan disiplin paling umum disajikan lebih dahulu, kemudian didiferensiasikan
secara progresif dari segi perincian dan kekhususan. 2 Rekonsiliasi integratif, yang berarti bahwa gagasan baru direkonsiliasikan dan
diintegrasikan dengan isi yang telah dipelajari terdahulu.
49
Belajar bermakna merupakan inti dari teori Ausubel tentang belajar. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
50
Belajar bermakna berarti apa yang telah dipelajari, dihubungkan secara intelektual dan
dipahami dalam konteks yang telah diketahui. Belajar bermakna dapat terjadi jika informasi yang baru diterima dapat dipertahankan dengan baik dalam struktur
kognitif dalam diri seseorang. Hal-hal yang bersifat hafalan subtansial-material mudah dilupakan
dibandingkan hasil proses mental fungsional-struktural yang lebih tinggi, atau hasil-hasil pengalaman praktik yang berarti meaningful.
51
Belajar dengan menghafal sebagai hasil belajar yang tidak bermakna, karena hasil itu tidak
dikaitkan dengan isi dalam kerangka kognitif yang tersusun secara hierarkis.
52
Belajar hafalan berciri kurangnya pendekatan kritis dan konseptual terhadap informasi yang diperoleh. Biasanya hal itu tidak dipersiapkan untuk
mentransformasikan pengetahuan atau menerapkannya dalam konteks yang baru sehingga materi belajar hafalan mudah terlupakan.
53
Belajar hafalan dapat terjadi jika siswa tidak dapat menggunakan konsep- konsep yang relevan dalam struktur kognitif untuk mengasimilasikannya dengan
informasi atau pengetahuan yang baru diterimanya. Belajar hafalan dianggap tidak efektif karena materi yang diajarkan dalam pembelajaran tersebut mudah
dilupakan. Pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hierarkis,
yang berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak
49
Basleman, op. cit., h. 93.
50
Dahar, op. cit., h. 95.
51
Makmun, op. cit., h. 169.
52
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, h. 405.
53
Basleman, op. cit., h. 91.