1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut World Health Organization WHO, 65 juta
orang menderita PPOK dan lebih dari 3 juta orang meninggal dunia akibat menderita PPOK. Pada tahun 2002, PPOK masuk ke dalam kategori lima besar
penyakit dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Angka kematian akibat PPOK diperkirakan akan meningkat sebesar 30 dalam 10 tahun mendatang jika tidak
ada tindakan preventif untuk mengurangi kebiasaan yang menjadi faktor risiko penyebab PPOK, terutama konsumsi rokok. WHO mengestimasikan PPOK akan
masuk kategori tiga besar penyakit dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun 2030.
1,2,3
Di Indonesia, PPOK adalah salah satu penyebab kematian utama. Perkiraan prevalensi PPOK pada laki-laki berusia ≥ 30 tahun sebesar 1,6 dan
pada perempuan sebesar 0,9 dengan angka prevalensi keseluruhan adalah sebesar 3,7. Peningkatan prevalensi PPOK di Indonesia berbanding lurus dengan
peningkatan faktor risiko berupa angka konsumsi rokok, tingkat polusi udara, dan umur harapan hidup.
4
Menurut WHO, penyebab utama terjadinya PPOK adalah rokok, baik perokok aktif maupun pasif. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005
sekitar 5,4 juta orang meninggal karena merokok. Kematian yang terkait dengan konsumsi rokok diproyeksikan dapat mencapai angka 8,3 juta kematian per tahun
pada tahun 2030.
1,5,6
Beberapa faktor risiko penyebab PPOK selain rokok adalah usia, polusi udara, senyawa kimia yang berbentuk gas. Meskipun merokok merupakan
penyebab utama PPOK, data yang didapatkan dari WHO menyebutkan bahwa sekitar 400.000 kematian per tahun terjadi akibat paparan gas sisa bahan bakar.
1,3
PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel. Pengobatan untuk penyakit PPOK diberikan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan
kualitas hidup dari penderita. Namun, PPOK merupakan penyakit yang dapat
dicegah. WHO menyebutkan bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah pemaparan terhadap faktor risiko penyebab PPOK.
3,6
Upaya pencegahan PPOK di Indonesia sendiri masih sangat kurang. Tidak ada penjaringan atau program khusus yang dilakukan institusi kesehatan
untuk mencegah terjadinya PPOK. Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PDPI, pencegahan yang dilakukan berupa upaya untuk menghindari asap rokok,
polusi udara, infeksi saluran napas berulang, dan mengenali gejala awal dari PPOK tersebut.
7
Pencegahan seperti menghindari asap rokok baik untuk perokok aktif atau pasif bisa menjadi salah satu pencegahan yang efektif karena perokok aktif di
Indonesia masih cukup banyak terutama di usia 30-34 tahun sebesar 33,4 dan lebih banyak pada laki-laki. Selain asap rokok, kejadian infeksi saluran napas
berulang juga bisa menjadi faktor risiko yang perlu dicegah karena angka kejadian infeksi saluran napas di Indonesia sebesar 25.
4
Penilaian tingkat risiko untuk mengalami PPOK pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bagi individu untuk mengendalikan atau
menghindari paparan faktor risiko dan lebih mengenal gejala-gejala awal PPOK sehingga angka kejadian PPOK ini semakin tahun akan semakin dapat berkurang.
1.2 Rumusan Masalah