4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik
2.1.1 Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang bersifat kronik dan progresif, karakteristik penyakit ini berupa
keterbatasan aliran udara yang bersifat ireversibel dan penurunan fungsi paru yang disebabkan oleh bronkitis kronik, emfisema, atau keduanya. Penyebab utama
PPOK adalah respon inflamasi berlebihan pada organ paru yang berlangsung kronis dan progresif. Respon inflamasi ini disebabkan oleh polusi udara, terutama
asap rokok.
1,3,5,16
Bronkitis kronik merupakan peradangan saluran napas di bagian bronkus yang terjadi secara progresif dan kronik. Inflamasi pada saluran napas akan
menimbulkan manifestasi berupa batuk, sehingga pada pasien dengan bronkitis kronik akan muncul gejala klinis berupa batuk yang terjadi hampir setiap hari
selama sekurang-kurangnya tiga bulan dalam satu tahun.
3,5,16
Emfisema merupakan penyakit paru obstruktif dimana permukaan alveolus menjadi rusak akibat paparan zat-zat polusi udara sehingga menyebabkan
pengembangan berlebihan alveolus paru.
3,5,16
2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dan mempengaruhi perkembangan penyakit PPOK, yaitu:
a. Kebiasaan merokok Pada individu yang merupakan perokok berat, kemungkinan untuk
menderita PPOK menjadi lebih tinggi daripada individu yang tidak mengonsumsi rokok.
Merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya PPOK. Sebanyak 80 kematian penderita PPOK merupakan pasien yang mengonsumsi rokok.
Wanita perokok mempunyai kemungkinan meninggal oleh karena PPOK
13 kali lebih banyak dibandingkan wanita yang bukan perokok. Pria yang merokok mempunyai kemungkinan 12 kali lebih besar dibandingkan yang
bukan perokok.
2,9,10
Prevalensi dari individu yang mengalami obstruksi saluran napas ringan sampai berat banyak terjadi pada individu berusia 35-60 tahun yang
mengonsumsi rokok.
2,9
b. Genetik Faktor genetik yang diketahui paling berpengaruh adalah defisiensi alfa-1
antitrypsin AAT. AAT merupakan enzim yang berfungsi sebagai inhibitor serin protease. Protease merupakan enzim yang berfungsi untuk
mendegradasi protein. Dalam kasus ini, protein yang dipecah merupakan komponen penyusun dinding alveolus. Protease dapat dihasilkan oleh
bakteri, PMN, monosit, dan makrofag ketika terjadi proses peradangan. AAT berperan mencegah porses degradasi dinding alveolus, sehingga
pada individu yang menderita defisiensi AAT tidak akan ada enzim yang mencegah protease sehingga terjadi degradasi dinding alveolus.
6
c. Polusi udara Paparan pasif asap rokok environmental tobacco smoke atau ETS juga
berperan dalam menimbulkan masalah pada PPOK. Asap rokok yang terhirup perokok pasif dapat meningkatkan peradangan pada sistem
respirasi.
2,6,8
Paparan akibat zat-zat kimia pada pekerja, baik zat organic, inorganic, dan bahan kimia merupakan faktor risiko PPOK yang kurang diperhatikan.
Menurut survei yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Survey US-NHANES dengan populasi hampir sepuluh ribu orang dewasa
berusia 30-75 tahun, didapatkan data bahwa penderita PPOK yang disebabkan paparan akibat kerja mencapai angka 19,2 dan terdapat
sekitar 30,1 penderita PPOK yang tidak mengonsumsi rokok. Kotoran hewan, kayu, dan zat-zat residu pembakaran merupakan penyebab utama
polusi udara.
2,6,8
d. AsmaHipersensitivitas Bronkus Asma mungkin juga merupakan faktor risiko PPOK meskipun belum ada
bukti yang pasti mengenai hal tersebut. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh European Community Respiratory Health Survey, hipersensitivitas
bronkial merupakan faktor risiko PPOK tertinggi kedua setelah merokok. Sekitar 15 penderita PPOK merupakan individu yang mengidap
hipersensitivitas bronkial.
6,8,12
e. Infeksi Riwayat penyakit infeksi saluran respirasi yang berat pada usia muda
diketahui berpengaruh terhadap penuurunan fungsi paru. Kerentanan terhadap infeksi berperan dalam eksaserbasi PPOK, namun belum
diketahui secara pasti hubungan antara infeksi dan progresivitas PPOK. Infeksi HIV dapat mempercepat onset dari smoking-related emphysema.
Tuberkulosis juga merupakan faktor risiko PPOK dan dapat digunakan sebagai diagnosis banding terhadap PPOK.
2,6,12
f. Faktor lainnya Status sosioekonomi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PPOK
meskipun hubungan diantara keduanya masih belum terlalu jelas. Individu dengan status ekonomi yang rendah lebih rentan terpapar polutan, rentan
terhadap infeksi, dan intake nutrisi yang rendah.
8,12
g. Jenis kelamin Jenis kelamin diketahui berpengaruh terhadap PPOK. Sebanyak 2,3-8,4
kematian yang disebabkan PPOK, laki-laki mempunyai proporsi yang lebih besar dibandingkan perempuan. Beberapa studi menyebutkan bahwa
perempuan lebih rentan terhadap efek asap rokok dibandingkan pria. Perempuan yang berusia di bawah 55 tahun lebih rentan untuk menderita
PPOK. Hal ini disebabkan karena saluran napas dan volume paru yang dimiliki oleh perempuan lebih kecil jika dibandingkan dengan laki-laki.
3,6
2.1.3 Klasifikasi