dicegah. WHO menyebutkan bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah pemaparan terhadap faktor risiko penyebab PPOK.
3,6
Upaya pencegahan PPOK di Indonesia sendiri masih sangat kurang. Tidak ada penjaringan atau program khusus yang dilakukan institusi kesehatan
untuk mencegah terjadinya PPOK. Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PDPI, pencegahan yang dilakukan berupa upaya untuk menghindari asap rokok,
polusi udara, infeksi saluran napas berulang, dan mengenali gejala awal dari PPOK tersebut.
7
Pencegahan seperti menghindari asap rokok baik untuk perokok aktif atau pasif bisa menjadi salah satu pencegahan yang efektif karena perokok aktif di
Indonesia masih cukup banyak terutama di usia 30-34 tahun sebesar 33,4 dan lebih banyak pada laki-laki. Selain asap rokok, kejadian infeksi saluran napas
berulang juga bisa menjadi faktor risiko yang perlu dicegah karena angka kejadian infeksi saluran napas di Indonesia sebesar 25.
4
Penilaian tingkat risiko untuk mengalami PPOK pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bagi individu untuk mengendalikan atau
menghindari paparan faktor risiko dan lebih mengenal gejala-gejala awal PPOK sehingga angka kejadian PPOK ini semakin tahun akan semakin dapat berkurang.
1.2 Rumusan Masalah
Mengetahui bahwa PPOK merupakan penyakit yang tidak bisa diobati dan mudah terjadi karena faktor risiko yang dimiliki oleh seorang individu, maka
diperlukan adanya identifikasi dini dari tingkat risiko individu untuk mengalami PPOK sehingga dapat mengurangi angka kejadian PPOK. Dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat risiko penyakit paru obstruktif kronik pada
masyarakat di Kelurahan Buaran? 2. Bagaimana hubungan antara tingkat risiko PPOK dengan jenis kelamin,
usia, status pekerjaan, gejala awal PPOK, dan perilaku merokok?
1.3 Hipotesis
1. Masyarakat binaan KPKM Buaran tahun 2015 lebih dari 30 berisiko tinggi untuk mengalami PPOK.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat risiko PPOK dengan jenis kelamin, usia, status pekerjaan, gejala awal PPOK, dan perilaku
merokok.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Teridentifikasinya individu dengan risiko tinggi terhadap penyakit paru obstruktif kronik PPOK.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sebaran tingkat risiko PPOK pada masyarakat binaan KPKM Buaran.
b. Untuk mengetahui hubungan antara paparan faktor risiko dan gejala awal dengan tingkat risiko yang dimiliki oleh subyek penelitian.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu a. Bagi subyek penelitian, dapat memberikan informasi paparan faktor
risiko sehingga dapat dilakukan pencegahan terhadap PPOK. b. Sebagai data untuk institusi agar dapat membantu menurunkan angka
kejadian PPOK. c. Sebagai informasi untuk pengembangan penelitian yang serupa.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik
2.1.1 Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang bersifat kronik dan progresif, karakteristik penyakit ini berupa
keterbatasan aliran udara yang bersifat ireversibel dan penurunan fungsi paru yang disebabkan oleh bronkitis kronik, emfisema, atau keduanya. Penyebab utama
PPOK adalah respon inflamasi berlebihan pada organ paru yang berlangsung kronis dan progresif. Respon inflamasi ini disebabkan oleh polusi udara, terutama
asap rokok.
1,3,5,16
Bronkitis kronik merupakan peradangan saluran napas di bagian bronkus yang terjadi secara progresif dan kronik. Inflamasi pada saluran napas akan
menimbulkan manifestasi berupa batuk, sehingga pada pasien dengan bronkitis kronik akan muncul gejala klinis berupa batuk yang terjadi hampir setiap hari
selama sekurang-kurangnya tiga bulan dalam satu tahun.
3,5,16
Emfisema merupakan penyakit paru obstruktif dimana permukaan alveolus menjadi rusak akibat paparan zat-zat polusi udara sehingga menyebabkan
pengembangan berlebihan alveolus paru.
3,5,16
2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dan mempengaruhi perkembangan penyakit PPOK, yaitu:
a. Kebiasaan merokok Pada individu yang merupakan perokok berat, kemungkinan untuk
menderita PPOK menjadi lebih tinggi daripada individu yang tidak mengonsumsi rokok.
Merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya PPOK. Sebanyak 80 kematian penderita PPOK merupakan pasien yang mengonsumsi rokok.
Wanita perokok mempunyai kemungkinan meninggal oleh karena PPOK