Prinsip dan Orientasi MLM Syariah

memberikan kontribusi dalam mengangkat perekonomian masyarakat, khususnya dalam hal memperluas jaringan lapangan kerja serta membantu menghimpun produk-produk berkualitas milik anak bangsa dan membangun wirausaha dikalangan generasi muda putus sekolah dengan pelatihan- pelatihan yang diberikan MLM Islami untuk berwirausaha sehingga mereka dapat menciptakanmembangun lapangan kerja bagi dirinya dan orang lain. MLM Islami tidak melupakan tujuan ukhrowi sehingga faktor zakat dan benefit lainnya non-materi seperti pertumbuhan, keberlangsungan dan keberkahan juga menjadi ciri khas MLM Islami. 44 44 Cecep Castrawijaya, Etika Bisnis MLM Syariah, Tangerang Selatan: Sedaun Publishing, 2013, h. 9. 34

BAB III ISI DAN KEDUDUKAN FATWA

A. Isi Fatwa

1. Fatwa No 83DSNMUIVI2012

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dengan No 83DSNMUIVI2012 yang ditetapkan pada tanggal 06 Juni 2012 16 Rajab 1433 H, tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah PLBS –dalam hal ini objek akad adalah jasa perjalanan umrah –. Alasan penulis memiliih fatwa ini karena isi fatwa ini telah dikhususkan dari persyaratan akad hingga persyaratan bagi pelaku akad. Latar belakang munculnya fatwa ini dikarenakan adanya persoalan di masyarakat, banyak masyarakat kita yang menjadi korban praktik money game, praktek MLM yang tidak sehat, praktek MLM yang berorientasi pada transaksi illegal, transaksi yang tidak rill, tidak fair, dan di dalamnya ada unsur penipuan, kebohongan, serta investasi palsu. Artinya, ada suatu keresahan di masyarakat. Di sisi lain, keluarnya fatwa ini, dikarenakan secara kelembagaan memang ada lembaga yang meminta fatwa tersebut. Karena fatwa itu sendiri artinya jawaban atas pertanyaan dari perorangan, pemerintah maupun masyarakan pada umumnya. 1 Mereka meminta DSN MUI untuk bagaimana membangun suatu sistem MLM yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 2 1 Wawancara pribadi dengan Prof. Hasanuddin AF, MA. Pada Kamis, 16 Oktober 2015, 08:21 WIB. 2 http:mysharing.cocermat-memilih-mlm-syariah . diakses pada 02 Juni 2015 pada 10.44 WIB. Isi dari fatwa tersebut yaiu tentang ketentuan akad dalam sistem Penjualan Langsung Berjenjang Syariah PLBS dengan mengatur seluruh bagian baik dari segi akad maupun syarat bagi pelaku akad. Dalam hal ini penulis lebih menyoroti isi fatwa tentang ketentuan khusus mengenai anggota yang tercantum dalam poin C fatwa terkait yang berbunyi “anggota wajib membayar harga ujrah objek akad”. Berdasarkan firman Allah SWT. dalam kitab-Nya:                          Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu 3 Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. QS. An-Nisa: 29            Artinya: salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.QS. Al-Qashash: 26             Artinya: penyeru-penyeru itu berkata: Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta, dan aku menjamin terhadapnya. QS. Yusuf: 72 3 Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan. Selain firman Allah SWT. diterangkan pula dalam sebuah hadits: Artinya: Dirirwayatkan dari Ibnu Umar r.a, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” HR. Ibnu Majah Artinya: “dari Abi Sa’id Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “barang siapa mempekerjakan pekerja, berikanlah upahnya .” ‘Abd al-Razzaq Adapun dijelaskan dalam sebuah qaidah fiqih “pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan, sampai ada dalil yang mengharamkan”. Apa saja yang menjadi perantara media terhadap perbutan haram, maka haram pula hukumnya” Dipertegas pula oleh qaul ulama, sebagaimana berikut: “boleh melakukan akad ijarah sewa menyewa atas manfat yang dibolehkan... karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula akad ijarah atas manfaat kitab al-muhadzdzab, juz 1 kitab al-ijarah h. 394 “masyarakat memerlukan adanya ju’alah; sebab pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan terkadang tidak jelas bentuk dan masa pelaksanaannya, seperti mngembalikan budak yang hilang, hewan yang hilang, dan sebagainya. Untuk pekerjaan seperti initidak sah dilakukan dengan akad ijarah sewapengupahan padahal orangpemiliknya, perlu agar kedua barang yang hilang tersebut kembal. Sementara itu, ia tidak menemukan orang yang mau membantu mengembalikannya secara suka rela tanpa imbalan. Oleh karen itu, kondisi kebutuhan masyarakat tersebut mendorong dibolehkannya akad ju’alah meskipun bentuk dan pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak jelas. Ibnu Qudamah dalam al-mughni, VIII323

2. Fatwa Syaikh Shalih Al-Munajjid No 170594 dalam kitab Fatwa Al-Islam

As-Sual wa Al-Jawab Sebelum meguraikan isi fatwa, penulis memaparkan secara singkat biografi mufti Syaikh Shalih al-Munajjid. Beliau lahir pada 30 Dzulhijjah 1380 H, nama lengkap beliau yaitu Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid. Beliau menyelesaikan jenjang pendidikannya di kota Riyadh dari SD hingga SMA, kemudian beliau melanjutkan pendidikan S1 di kota Zhahran, di bidang menejemen industri. Meskipun begitu beliau banyak belajar ilmu agama dari seorang ulama bernama Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, menimba ilmu melalui jawaban-jawaban atas pertanyaannya. Komunikasi antara beliau dengan Ibnu Baz berjalan selama 15 tahun. Ibn Baz lah yang mendorong beliau untuk mengajar di bangku kuliah formal. Ibn Baz juga mengirimkan surat kepada kantor dakwah di kota Dammam agar menjadikan beliau sebagai pemateri berbagai ceramah umum, khutbah jum’at dan kajian intensif yang