Kriteria MLM syariah Pemasaran dan Sistem Sistem Penjualan Langsung Berjenjang

- Harus ada pergeseran paradigma tentang orientasi dan image sukses. Sukses tidak diukur lewat dimilikinya sejumlah materi, tetapi ada yang lebih dariitu, yaitu kesuksesan dalam hal intelektual, emosional, dan spiritual. e. Sistem pengawasan - Adanya dewan pengawas syariah yang melakukan monitoring dan pengawasan secara terus menerus baik atas kehalalan produk, adilnya sistem pembagian bonus dan sistem, Islami-nya corporate culture yang dibangun, dan orientasi sukses yang ditumbuhkan - Dilakukannya finansial audit tahunan oleh pihak luar akuntan publik yang dengannya diharapkan pengurus MLM syariah akan tertib laporan dan anggota member bisa melihat jalannya perusahaan tepatnya bergabung secara transaparan dari waktu ke waktu. f. Bagian dari agent of development - Diutamakan ada pengambilan barang dan jasa produksi pengusaha menengah kecil dan koperasi sebagai wujud kepedulian pemberdayaan usaha kecil. - Semaksimal mungkin diutamakan produksi dari saudara seiman. - Diupayakan mengutamakan produk buatan anak bangsa agar hemat devisa dan menggiatkan ekspor.

5. Prinsip dan Orientasi MLM Syariah

a. Prinsip MLM Syariah Seperti halnya unsur niat menjadi titik awal pelaksanaan bisnis yang terdiri dari beberapa poin sebagaimana disebutkan di atas, MLM Islami juga berpegang teguh pada prinsip-prinsip muamalah Islamiyah. Terdapat tiga prinsip umum yang tercantum dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282.                                                                                                                                                 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. jika tak ada dua oang lelaki, Maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan k eraguanmu. Tulislah mu‟amalahmu itu, kecuali jika mu‟amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan yang demikian, Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”QS. Al-Baqarah: 282 1 Prinsip Pertanggungjawaban Prinsip pertanggungjawaban merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi masyarakat muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan sang khaliq mulai dari alam kandungan. Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibebani amanah oleh Allah untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah. 2 Prinsip keadilan Jika ditafsirkan lebih lanjut dari ayat 282 surat Al-Baqarah tersebutmengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja meupakan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat dalam fitrah manusia. Hal ini bertarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupan. 3 Prinsip kebenaran Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. b. Orientasi MLM Syariah Dalam MLM syariah, orientasi bisnis yang dilakukan tidak semata- mata bersifat duniawi atau hanya mendapatkan keuntungan yang bersifat materi semata, tapi ada yang jauh lebih besar dari hal tersebut, yaitu orientasi akhirat. Perusahaan MLM syariah adalah bisnis yang harus berorientasi pada pencapaian kebahagiaan dunia dan akhirat bagi para pelakunya. 43 Selain berorientasi pada profit sebagaimana usaha bisnis MLM lainnya, MLM Islami juga memiliki tujuan non materi yang berorientasi 43 Kuswara, Mengenal MLM Syari‟ah, Tangerang: Amal Actual, 2005, h. 123 memberikan kontribusi dalam mengangkat perekonomian masyarakat, khususnya dalam hal memperluas jaringan lapangan kerja serta membantu menghimpun produk-produk berkualitas milik anak bangsa dan membangun wirausaha dikalangan generasi muda putus sekolah dengan pelatihan- pelatihan yang diberikan MLM Islami untuk berwirausaha sehingga mereka dapat menciptakanmembangun lapangan kerja bagi dirinya dan orang lain. MLM Islami tidak melupakan tujuan ukhrowi sehingga faktor zakat dan benefit lainnya non-materi seperti pertumbuhan, keberlangsungan dan keberkahan juga menjadi ciri khas MLM Islami. 44 44 Cecep Castrawijaya, Etika Bisnis MLM Syariah, Tangerang Selatan: Sedaun Publishing, 2013, h. 9.