Pengertian dan Dasar Hukum Grasi

15 hukuman mati. Undang-Undang grasi menyebutkan bahwa putusan pidana yang dapat dimohonkan grasi adalah 5 : - pidana mati, - penjara seumur hidup dan - penjara paling rendah 2 tahun. Sebagaimana kita ketahui bahwa upaya hukum grasi sebagai salah satu dari upaya hukum atas putusan hakim dalam perkara pidana, mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan dengan upaya hukum „banding‟ maupun „kasasi‟. Karena didalam upaya hukum „banding‟ dan „kasasi‟, pihak pemohon pada dasarnya tidak mengakui dirinya bersalah dan meminta kepada pengadilan yang lebih tinggi Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung untuk memeriksa dan mengadili sendiri atas perkara yang dimohonkan „banding‟ dan „kasasi‟ tersebut. 6 Sedangkan dalam upaya hukum grasi, pemohon, pada prinsipnya telah mengakui dirinya bersalah dan menerima putusan hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim, dan atas kesalahannya tersebut pemohon mengajukan pemohonan ampun kepada Presiden dan meminta agar hukuman yang telah dijatuhkan atas dirinya dapat dikurangi atau dihapuskan. 7 5 Pasal 2 ayat 2 UU No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi 6 Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia, h. 90 7 Ibid. h. 91 16 Grasi deberikan bila memang kepentingan Negara nyata mendorong untuk tidak dijalankannya hukuman keputusan pengadilan, bukan pada pertimbangan yang keluar dari keibaan hati atau rasa sayang terhadap orang. 8 Tujuan dari adanya grasi adalah untuk memperbaiki putusan hakim agar lebih sesuai dengan rasa keadilan sebagai dasar segala hukum 9 , untuk menjamin kemaslahatan dan rasa keadilan serta ketentraman individu di masyarakat, untuk membina keselarasan sosial antara pihak yang bersangkutan dengan peristiwa kejahatan, untuk mencari peluang atau memberi pelajaran kepada penjahat untuk kembali kejalan yang benar dan untuk menghindari kemudharatan akibat terlalu beratnya hukuman yang dijatuhkan. 10

B. Prosedur Pemberian Grasi 1. Hak dan Wewenang Pemberian Grasi

Presiden mempunyai hak dan wewenang untuk memberikan grasi dari hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan pidana. Hal ini dilakukan oleh Presiden setelah meminta nasehat atau mendapat pertimbangan dari 8 R. Tresna, Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad, Jakarta: Pradya Paramita, 1978. H. 146-147 9 Wirjono Prodjodikiro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, h. 105 10 Muhammad Ash- Shan‟ani, Subulussalam, Beirut, Libanon: Daar al-Fikr Juz 4, h. 21 17 Mahkamah Agung, bahkan jika hukuman mati dijatuhkan kepada narapidana, maka hukuman tersebut tidak dapat dijalankan sebelum Presiden diberi kesempatan untuk memberikan grasi. 11 Dalam konsiderans huruf b, dan huruf c Undang-undang 5 Tahun 2010 tentang Grasi menyebutkan bahwa grasi dapat diberikan oleh Presiden untuk mendapatkan pengampunan danatau untuk menegakkan keadilan hakiki dan penegakan hak asasi manusia terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, bahwa grasi yang diberikan kepada terpidana harus mencerminkan keadilan, perlindungan hak asasi manusia dan kepastian hukum berdasarkan pancasila dan UUD.

2. Syarat Grasi

Sebelum permohonan grasi diajukan dan akhirnya dikabulkan atau ditolak oleh Presiden, permohonan grasi tersebut sebelum diajukan kepada Presiden harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Diajukan atas suatu putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, terpidana dapat mengajukan permohonan grasi kepada Presiden. Pasal 2 ayat 1 b. Pihak yang dapat mengajukan grasi adalah terpidana atau keluarganya atau melalui kuasa hukumnya. Untuk terpidana mati, keluarga dapat 11 Wirjono Prodjodikiro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Bandung: Sumur Bandung, 1983, h. 153 18 mengajukan permohonan grasi sekalipun tanpa persetujuan terpidana. Pasal 6 ayat 3 c. Putusan pemidanaan yang dapat dimohonkan grasi adalah pidana mati, penjara, seumur hidup dan penjara paling rendah 2 dua tahun. Pasal 2 ayat 2. d. Grasi hanya dapat diajukan 1 satu kali. Pasal 2 ayat 3 Pemberian grasi dapat diberikan diberikan dengan alasan bahwa keputusan hukum yang sudah benar menurut hukum positif yang berlaku, tapi dirasakan terlalu berat dan tidak sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu putusan hakim dijalankan, yang mana keadaan ini mungkin dapat merubah pada saat putusan hakim dijatuhkan. 12 Ada beberapa alasan sebagai pertimbangan pemberian grasi bagi si terhukum, yaitu: 13 a. Permohonan grasi berdasarkan alasan kepentingan keluarga, bahwa si terhukum merupakan tulang punggung di dalam keluarganya. b. Permohonan grasi berdasarkan alasan bahwa si terhukum pernah sangat berjasa bagi masyarakat. c. Permohonan grasi berdasarkan alasan bahwa si terhukum menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 12 Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1980, h. 104 13 E. Utrecht, Rangkaian Sari Hukum Kuliah Hukum Pidana II, Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1987, Cet.Ke – 3, hal. 251 19 d. Permohonan grasi berdasarkan alasan bahwa si terhukum berkelakuan baik selama di penjara dan memperlihatkan keinsyafan atas kesalahannya.

3. Tata Cara Grasi

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang permohonan grasi diatur tentang prosedur dan mekanisme pengajuan grasi. Beberapa proses permohonan grasi , sebagai berikut: 1. Hak untuk mengajukan grasi diberitahukan oleh hakim atau ketua sidang yang memutus perkara pada tingkat pertama kepada terpidana, apabila pada waktu putusan pengadilan dijatuhkan terpidana tidak hadir, hak terpidana untuk mengajukan grasi diberitahukan secara tertulis oleh panitera dari pengadilan yang memutus perkara pada tingkat petama. 2. Permohonan grasi diajukan kepada Presiden oleh terpidana, kuasa hukumnya, atau keluarga terpidana. permohonan grasi tersebut dapat diajukan sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. 14 3. Permohonan grasi melalui Kepala Lembaga Pemasyarakatan diajukan kepada Presiden secara tertulis oleh terpidana, kuasa hukumnya atau keluarganya. Selanjutnya salinan permohonan grasi tersebut kemudian 14 Pasal 7 ayat 2 UU No. 5 Tahun 2010 tentang Grasi