Pengertian dan Dasar Hukum Narkoba
28
ارح ف ر سا ارش ك Artinya: “Semua jenis minuman memabukkan adalah haram”. HR. Bukhori
Dari tegasnya larangan khamr dalam ayat dan hadits tersebut akibat mabuk yang ditimbulkannya, maka Ulama sepakat mengatakan bahwa mengkonsumsi khamr tersebut
dijelaskan sendiri oleh Allah dalam ayat tersebut di atas yaitu: tindakan yang buruk dan keji serta termasuk salah satu perbuatan-perbuatan yang dilakukan syaitan. Dan
menyatakan secara jelas bahwa segala yang memabukkan, tanpa dipersoalkan jenis dan bahannya asal dapat memabukkan, disebut sebagai khamr.
6
Termasuk dalam kategori ini narkotika, psikotropika, minuman beralkohol dan yang sejenisnya disebut narkoba.
7
Secara etimologis, narkoba diterjemahkan kedalam bahasa Arab dengan kata yang اردخملا berasal dari kata ريدخ ردخي ردخ khaddara, yukhaddiru, takhdir yang berarti
hilang rasa, bingung, membius tidak sadar
8
, menutup, gelap dan mabuk.
9
Sedangkan narkoba secara terminologis adalah :
ت ىلع بت تي ام لك ىه ا أب ضع لا ا ف ع ا لا
به ت اكت ىتح لقعلا ىلع يثأت مسجلل كل اه ا ل ا كلا يب لا يف لا يفاا شيشحلا ا عا ا شا يعض لا ي ا قلا ا م حت ىتلا ام اا اع كت
اكلا يباك
10
6
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke- 3, h. 317.
7
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003, Cet. Ke-2, h. 292
8
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984, h. 351
9
Luwis Ma’luf, al-Munjid fi Al-Lughoh wa Al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1975, h. 170 kutipan dari Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2008, h. 76
10
Dr. Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, h. 76-77
29
Artinya: “Narkotika adalah setiap zat yang apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan
akal, bahkan terkadang membuat orang menjadi gila atau mabuk. Hal yang demikian oleh undang-undang positif yang populer seperti: ganja, opium,
morphin, heroin kokain dan kat.” Ensiklopedi Hukum Islam mengenal narkotika sebagai Hasyis jamak dari
Hasyiysah rumput kering yang diekstrak dari bunga tanaman Cannabis IndicaSativa, apabila dihisap, dikunyah atau diminum mengakibatkan mabuk.
11
Untuk menentukan status hukum narkotika dalam syariat Islam, maka para ulama mujtahid biasanya menyelesaikan dengan jalan ijtihad mereka, melalui metodelogi
hukum Islam dengan jalan pendekatan qiyas sebagai solusi istinbat hukum yang belum jelas hukumnya dalam syariat Islam. Dalam teori Ushul Fiqih, bila sesuatu hukum belum
ditentukan status hukumnya, maka bisa diselesaikan melalui metode qiyas analogi hukum.
12
Para Ulama Ushul Fikih menyatakan bahwa qiyas dapat dibagi dari beberapa segi antara lain sebagai berikut : a. qiyas al-aulawi, b. qiyas al-musawi, c. qiyas al-
adna.
13
penyalahgunaan Narkotika temasuk dalam qiyas al-aulawi yaitu qiyas yang berlakunya hukum pada
furu’ lebih kuat dari pada berlakunya hukum pada ashal karena kekuatan illat dasar yang terdapat pada
furu’. Berikut dipaparkan metode penyelesaian ketentuan hukum narkotika dengan penjelasan qiyas.
14
11
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1999 Cet. Ke-3, h. 535
12
Muhammad Khudori Bik, Ushul Al-Fiqh, Beirut: Dar Al-Fikr, 1988, h.334
13
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Sinar Grafika Orbit, 2005, h. 273
14
Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh Jakarta: Rajawali, 1989, h. 90
30
1. Al-Ashl, adalah khamr, karena sesuatu yang ada hukumnya dalam nash Al- Qu’an, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 90.
2. Al- Far’u cabang adalah narkotika, karena tidak ada hukumnya dalam nash
tetapi ada maksud menyamakan status hukumnya kepada nash yakni khamr. Narkoba dalam hal ini sisebut al-musyabbah yang diserupakan.
3. Hukum ashl adalah khamr adalah haram, sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah QS. Al-Maidah: 90 dengan itu menjadi tolak ukur ketetapan hukum bagi
cabang al- far’u.
Karena adanya illat memabukkan, narkoba disamakan dengan khamar mengenai hukumnya maka haram meminumnya.
15
Islam melarang minuman memabukkan, karena dianggap sebagai induk keburukan, disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta.
Dari sejak semula, Islam telah berusaha menjelaskan kepada umat manusia, bahwa manfaatnya tidak seimbang dengan bahaya yang ditimbulkannya, karena akal adalah
salah satu sendi kehidupan manusia yang harus dilindungi dan dipelihara. Untuk itu, dalam rangka pemeliharaan terhadap akal segala apapun yang dapat menyebabkan rusak
atau berakibat buruk harus dilarang.
16
Menurut pendapat Sayyid Sabiq mengatakan bahwa narkoba lebih berbahaya dari khamr minuman keras sebagai berikut:
“Sesungguhnya ganja itu haram, diberikan sanksi had orang yang menyalahgunakannya, sebagaimana diberikan sanki had
peminum khamr. Dan ganja itu lebih keji dibandingkan dengan khamr minuman keras
15
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2000, h.
16
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003, h. 289
31
ditinjau dari segi sifatnya yang dapat merusak otak dan pengaruh buruk lainnya. Dan ia termasuk kategori khamr yang secara lafdzi dan maknawi telah diharamkan oleh Allah
dan Rasul- Nya.”
17
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Dalam hal ini, pengertian narkoba adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat dan aparat penegak
hukum, untuk bahanobat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan dan sebagainya diluar ketentuan
hukum.
18
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, narkoba adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau
merangsang seperti opium dan ganja.
19
Istilah lain yang diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yaitu singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, yakni
bahan, zat atau obat yang apabila masuk kedalam tubuh manusia, akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan syaraf pusat dan menyebabkan gangguan kesehatan
jasmani, mental-emosional dan fungsi sosialnya, karena terjadi kebiasaan, ketagihan dan ketergantungan terhadap NAPZA.
Pengertian narkoba menurut DR. Soedjono, SH. adalah “bahan-bahan yang terutama efek kerja pembiusan, atau dapat menurunkan kesadaran, juga dapat
17
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Beirut: Dar Al-Fikr, 1981, Jilid II, Cet. Ke-III, h. 328
18
Pramono U. Tanthowi, Narkoba Problem dan Pemecahannya Dalam Perspektif Islam, h. 4
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaja Utama, 2008, h. 552
32
menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental lainnya apabila dipakai secara terus menerus dan secara liar dengan akibat antara lain terjadinya ketergantungan pada bahan tersebut.
20
Sedangkan Drs. H. M. Ridho Ma’ruf dalam bukunya mengatakan “Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan
dikarenakan zat- zat tersebut bekerja mempengaruhi syaraf sentral”.
21
Narkoba merupakan jenis obat yang substansinya dilarang dan diatur penggunaannya oleh Undang-Undang Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pembaharuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1976, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika danUndang-Undang
Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan sesuai dengan pernyataan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa bahan-bahan yang telah diatur oleh
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa atau mental perilaku pemakainya.
Peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang narkoba berkenaan dengan bahayanya ada beberapa peraturan yaitu :
- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan - PERMENKES Nomor 10 Tahun 2010 tentang Impor dan Ekspor
Narkotika dan Psikotropika dan Prekursor Farmasi - Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 453MenkesPenXI1983
tentang Bahan-bahan Berbahaya
20
Soedjono D, Pathologi Sosial, Bandung: Alumni 1974, h. 78
21
M. Ridho Ma’ruf, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, Jakarta: CV. Marga Jaya h. 15
33
- Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 86MenkesPenXII1976 tentang Minuman Keras
- Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
Dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 , tidak memberikan definisi Narkotika, tetapi hanya menyebut bahan-bahan narkotika yang pada pokoknya: Dari
bahan-bahan : Paver, Ganja dan Kokain, Garam-garam dari turunan Morfina dan Kokain, Bahan-bahan lain baik alamiah, sintesis maupun semi sintesis yang belum disebutkan
yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina dan kokaina yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan sebagai narkotika, apabila penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat
ketergantungan yang merugikan seperti morfina atau kokaina dan Campuran dari sediaan atau preparat No.1,2 dan 3.