Putusan Pengadilan Negeri Tangerang

61

4. Analisa Keppres No.7G2012 Dalam Kajian Hukum Islam

Dalam hukum pidana Islam yang berwenang memberikan atau mengabulkan permohonan grasi adalah penguasa atau kepala Negara Presiden, dalam hal pemberian pengampunan pada jarimah takzir. Hukuman takzir dapat dijatuhkan apabila hal itu dikehendaki oleh masyarakat umum dan mempertimbangkan kemashlahatan. Adanya pengurangan dan pengampunan hukuman dalam Islam karena unsur kemashlahatan. sesuai kaidah fiqh: هحلصملا عم رودي ريزعتلا 19 sedangkan pertimbangan dalam pemberian pengurangan ataupun pengampunan hukuman dapat didasarkan pada Firman Allah surah an-Nisa ayat 85. Putusan hakim Pengadilan Negri Tangerang menjatuhkana vonis berupa hukuman mati kepada Deni Setia Maharwan merupakan hal yang tepat, karena vonis ini sejalan dengan komitmen pemerintah dan hukum Islam dalam memberantas penyalahguna dan peredaran narkoba yang semakin berkembang di Indonesia. Penegak hukum harus memberikan sanksi yang tegas kepada para pengedar narkoba, seperti hukuman mati untuk Deni, karena kejahatan yang dilakukannya telah menimbulkan kerusakan bagi masyarakat serta negara. Firman Allah dalam QS. As-Syura 42 ayat 40 yang artinya: “Hukuman atas kejahatan yang ditimpakan kepada penjahat harus setimpal dengan kejahatan yang dilakukan ” Hal itu dilakukan dengan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan yang lebih besar lagi, daripada memberikan pengurangan hukuman kepada terpidana yang ditujukan demi kemashlahatan terpidana maupun keluarga. Walaupun vonis mati 19 Fathur Rahman, Hadis-Hadis Tentang Peradilan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 162 62 telah dijatuhkan oleh Pengadilan Negri Tangerang, namun yang mempunyai wewenang untuk memberikan atau membatalkannya adalah Presiden. Dalam Keppres Nomor 7G2012 pemberian grasi yang diberikan Presiden terhadap narapidana narkoba telah memenuhi prosedur hukum sesuai dalam konstitusi UUD 1945 pasal 14 ayat 1 memiliki kewenangan grasi dan rehabilitasi dengan mempertimbangkan pendapat Mahkamah Agung. Menteri Hukum dan HAM, Amir Syamsuddin mengatakan keputusan Presiden Nomor 7G2012 dalam memberikan grasi terhadap Deni Setia Maharwan memiliki dasar konstitusional dan melihat unsur kemanusiaan. 20 Dalam pertimbangannya, menurut Amir, Presiden menilai kurir narkoba seperti dua terpidana ini layak mendapat grasi atas dasar pertimbangan kemanusiaan. Karena mereka adalah kurir yang berada di level ekonomi rendah, tambahnya. Pertimbangan lain menurut Amir adalah kondisi keluarga para terpidana yang tuna netra serta anak yang masih dibawah umur. 21 Walaupun vonis mati telah dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Tangerang, namun yang mempunyai wewenang untuk memutuskan memberikan atau membatalkannya adalah Presiden. Hanya saja tindakan Presiden dalam menggunakan hak konstitusionalnya dalam bentuk Pemberian grasi itu semestinya harus didasarkan oleh alasan-alasan pertimbangan yang rasional dan lebih dari itu juga tidak melukai rasa keadilan masyarakat. Meskipun Presiden oleh konstitusi diberikan kekuasaan secara bebas memberikan grasi, namun dalam suatu negara hukum pada dasarnya tidak terdapat kebebasan dalam arti yang 20 http:www.voaindonesia.comcontentgrasi-untuk-terpidana-narkotika-atas-alasan- kemanusiaan1527260.html diakses pada tanggal 21 September 2014 21 http:www.bbc.comindonesiaberita_indonesia201210121015_drugamnesty.shtml . diakses pada tanggal 27 Juni 2015 63 seluas-luasnya atau kebebasan tanpa batas, sebab dalam suatu negara hukum pelaksanaan kekuasaan itu tunduk pada batasan-batasan yuridis. 22 Keputusan presiden No.7G2012 mendapat banyak penolakan dan dinilai sebagai keputusan yang keliru dan Deni tidak layak mendapatkan grasi dari Presiden. Grasi tersebut dinilai bertentangan dengan semangat pemberantasan narkotika di Indonesia, dimana kejahatan narkotika tergolong dalam kejahatan extra ordinary crime setara dengan kejahatan luar biasa lainnya, yaitu kejahatan terorisme dan korupsi. Pemberian grasi tersebut bertentangan dengan UU No. 35 Tahun 2009 yang dalam konsideran dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pembrantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika Tahun 1988 konvensi ini mengmengategorikan kejahatan narkotika sebagai tindak pidana serius, sehingga pemerintah perlu memastikan pengenaan sanksi maksimum. Dimana sanksi tersebut dapat memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan. Menurut pengamat Hukum Tata Negara Universitas Indonesia UI, Budi Darmono, Pemberian grasi menjadikan sebuah pesan keliru yang membuat mereka jauh lebih berani dan menyepelekan hukum Indonesia. Mereka beranggapan bahwa hukum yang ada di Indonesia bisa dijualbelikan. 23 Ketua Umum PBNU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jakarta KH. Said Aqil Siraj menilai pemberian grasi untuk pengedar narkoba Deni Setia Maharwan dkk. tidak 22 Bachtiar Baital, ”Pertanggungjawaban Penggunaan Hak Prerogatif Presiden dibidang Yudikatif dalam Menjamin Kemerdekaan dan Kekuasaan K ehakiman”, jurnal cita hukum, h. 38-39 karya ilmiah, Fuji Abdul Rahman , h. 55 23 Isnaini, Adanya Grasi Pengedar Mulai Sepelekan Hukum di Indonesia dalam http:news.Okezone.comread . Diakses pada tanggal 2 Juli 2015 64 tepat. Kiai Said beralasan, pemberian grasi tersebut dikhawatirkan melemahkan semangat penegakan hukum terhadap terpidana kasus peredaran narkoba. Bahkan dikhawatirkan pula penindakan kepada pelaku narkoba tidak memberikan efek jera. 24 Menurut pendapat para ulama-ulama NU bagi pengedar narkoba boleh dijatuhi hukuman mati alasannya kejahatan narkoba merupakan kejahatan extra ordinary crime kejahatan luar biasa seperti tindak pidana korupsi dan terorisme menimbulkan kerusakan yang besar 25 . Dalil Al- Qur’an Surah Al-Maidah ayat 33 :                                      Artinya : Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri tempat kediamannya. yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. Lukman Hakim Menteri Agama menggambarkan, akibat ulah para pengedar narkoba sehingga menyebabkan orang meninggal sekitar 50 orang setiap hari di 24 PBNU : Grasi Gembong Narkoba Tidak Tepat, http:www.jurnas.comnews73621PBNU . akses tanggal 27 Februari 2015 25 http:www.republika.co.idberitaKorandialog-jumat141121nfdhw914-hukum-bagi-bandar narkoba . diakses pada tanggal 15 Maret 2015