b. Kelemahan
1. Rasa takut menemukan kanker, 2. Kecemasan terjadi saat menuggu hasil. 3. Rasa takut yang berasal dari hasil positif salah.
2.5 Gambaran Umum Penyakit Kanker Serviks
2.5.1 Kanker serviks
Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam keganasan dalam kesehatan wanita terutama dinegara sedang berkembang
termasuk Indonesia. Frekuensi kesakitan dan kematian karena neoplasma ini merupakan yang terbanyak dari penyakit keganasan ginekologik. Menurut laporan
berbagai sentral patologi di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama dari penyakit keganasan yang ada, di negara maju kanker serviks berada pada urutan
kelima setelah karsinoma payudara, kolorektal, paru dan kulit. Perbedaan ini disebabkan adanya program test Pap Smear di negara maju yang dilakukan periodik
dalam upaya deteksi dini kanker serviks Tambunan,1991. Menurut Rachmi 2004, yang mengutip pendapat Tobing 1985, kanker
serviks adalah penyakit neoplasia ganas pada serviks yang sel-sel epitelnya memperlihatkan tanda-tanda keganasan berupa diferensiasi sel-sel epitel permukaan
menghilang, susunan sel-sel basal yang berbentuk palisade juga tidak dijumpai lagi, bentuk dan inti sel bervariasi serta sangat kuat menarik zat warna dan jumlah
sitoplasma sangat berkurang sehingga selnya seolah-olah tersusun padat.
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.5.2 Serviks
Serviks adalah bagian dari rahim uterus, tetapi struktur dan fungsinya
berbeda dengan corpus uteri. Serviks membentuk sepertiga bagian bawah uterus dan merupakan daerah di bawah isthmus yang meliputi ostium internum dan ostium
externum. Serviks masuk ke dalam vagina dengan sudut tegak lurus dan serviks juga sering disebut sebagai collum uteri. Serviks secara keseluruhan berbentuk barrel dan
panjangnya 2,5 cm dan membentuk sepertiga panjang seluruh uterus, Verralls, 2003.
2.5.3 Epidemiologi
Kanker serviks merupakan jenis keganasan yang paling sering ditemukan pada kalangan wanita Indonesia, kasus ini terjadi pada wanita berusia 35-55 tahun.
90 dari kanker serviks berasal dari sel skuomosa yang melapisi serviks yang menuju ke dalam rahim. Insiden kanker servik seluruh Indonesia menunjukkan
puncaknya pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,40 dan disusul kelompok 35-43 tahun sebanyak 8,216 31,40 dari 26.169 penderita kanker serviks pada
semua kelompok umur PKBI, 2000. Pada perempuan usia 25-55 tahun dan masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks 5-10 Rahmad, 2001.
Di Amerika Serikat sebagian besar kasus lebih dari 50.000 kasustahun di temukan pada stadium dini dan 12.900 kasus invasive dengan angka kematian sekitar
7.000 perempuan CFR = 54,26 Tapan, 2005. Berdasarkan penelitian pada 13 Patologi Anatomi di Indonesia tahun 1998 menempatkan kanker serviks di urutan
pertama dengan prevalensi 18,26 dan pada tahun 2001 sekitar 41 kasus baru ditemukan setiap hari dengan Angkat kematian rata-rata 20 orang perhari.
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kanker serviks merupakan kanker yang mempengaruhi perempuan dengan latar belakang dan umur yang berbeda diseluruh dunia. Dierkirakan 50-80
perempuan mendapatkan infeksi Human Papilloma Virus HPV melalui kontak kelamin, 50 infeksi HPV berpotensi menyebabkan kanker. Risiko dimulai dari
kontak seksual pertama kali.Rahmad, 2001. 2.5.4
Faktor Risiko Kanker Serviks Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bersifat jinak atau ganas.
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah 1. HPV Human papilloma virus, adalah virus penyebab kutil genitalis kondiloma
akuminata yang ditularkan melalui hubungan seksual, 2. Merokok, 3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini, 4. Berganti-ganti pasangan seksual, 5.
melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks, 6.
Pemakaian DES dietiisbestrol pada wanita hamil untuk mencegah keguguran, 7. gangguan sistim kekebalan, 8. Pemakaian pil KB, 9. Infeksi herpes genitalis atau
infeksi klamidia menahun, 10. Golongan ekonomi lemah karena tidak mampu melakukan Pap Smear secara rutin Medicastore, 2007.
2.5.5 Gejala Kanker Serviks
Menurut Hacker 2001 gejala yang terbanyak ditemukan pada karsinoma serviks invasif adalah :
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
1. Perdarahan dan secret vagina yang abnormal, berupa perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, menstruasi yang abnormal, atau muncul bercak- bercak antar-haid dan setelah menopause.
2. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. 3.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut menurut Hacker, 2001 adalah : 1. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, 2. Nyeri panggul, punggung
atau tungkai, 3. Dari vagina keluar air kemih atau tinja, 4. Patah tulang fraktur.
2.5.6 Deteksi dini
Deteksi dengan screening dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear dan kolkoskopi, jarang dilakukan karena biaya lebih mahal, kurang praktis dan
memerlukan biopsi. Bentuk pemeriksaan yang paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan Pap Smear. Pemeriksaan ini
sederhana, cepat dan tidak sakit. Pap Smear tidak hanya perlu dilakukan seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala pada wanita berusia 40 tahun Bustan,
1997. Hampir 50 penderita kanker serviks ternyata tidak melakukan Pap Smear
dalam 10 tahun belakangan. Maka seorang perempuan beresiko sebaiknya diperiksa Pap Smear secara teratur.
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.5.7 Upaya pencegahan kanker serviks
Menutut Bustan 1997, upaya untuk memberikan pengobatan secara khusus telah dilakukan dengan segala upaya namun hasil yang diperoleh belum sesuai
dengan harapan. Karena itu upaya pengobatan secara mandirii tidak dapat menjamin untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan yang
menyeluruh, mulai dari upaya pendidikan kesehatah masyarak sampai upaya rehabilitasi.
Upaya pencegahan kanker serviks meliputi : 1. Pencegahan tingkat I Primer yaitu host belum sakit sakit masih sehat maka perlu diberi promosi kesehatan. 2.
Pencegahan tingkat II Sekunder yaitu host dalam tahap penyakit dini perlu kemoterapi. 3. Pencegahan tingkat III Tersier yaitu host dalam tahap penyakit lanjut
perlu dilakukan usaha Rehabilitasi : fisik, mental, sosial.Bustan, 2000. Menurut Yatim,2005 kanker serviks dapat dicegah dengan : 1. Penggunaan
kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular seperti Gonorrhoe, Chlamydia, Sipilis dan HIVAIDS. 2. Menghindari merokok,
meningkatkan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah CIN Cervikal Intraepitelial Neoplasia = pertumbuhan sel epitel kearah ganas dan kanker leher
rahim.
2.6 Landasan Teori