penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan
karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan Zacler, dalam Notoatmodjo, 1997. Maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat ekonomi sangat menentukan seseorang untuk lebih meningkatkan kesehatannya kearah yang lebih baik terutama untuk melakukan pemeriksaan Pap
Smear .
5.2. Pengaruh Perilaku PUS terhadap pemeriksaan Pap Smear
5.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah isi dari tahu dan isi, ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra penglihatan, pandangan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2003. Dari hasil tabulasi silang Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa proporsi yang
terbanyak melakukan Pap Smear pada PUS dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 20 orang 54,1 sedangkan yang paling sedikit melakukan Pap Smear
pada PUS dengan pengetahuan rendah sebanyak 16 orang 31,4. Pengetahuan tentang pemeriksaan Pap Smear dapat diperoleh melalui TV, Radio, brosur, teman
dan penyuluhan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa variabel pengetahuan mempunyai
hubungan signifikan dengan pemeriksaan Pap Smear dengan nilai P=0,033, nilai ini
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
lebih kecil dari level of significance sebesar 0,05; RP=0,389, artinya pemeriksaan pap Smear 0,38 kali kemungkinan besar terjadi pada PUS dengan pengetahuan tinggi
dibandingkan dengan pengetahuan rendah. Pengetahuan yang didapatkan oleh PUS berkenaan dengan Pap smear, manfaatnya, waktu pemeriksaan Pap Smear dan tempat
melakukan Pap smear. Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa
variabel pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap pemeriksaan pap Smear, dimana p=0,021 p0,05. Dengan adanya pengetahuan yang baik maka
seseorang akan mencari informasi tentang kesehatannya, terutama dalam hal pemeriksaan Pap Smear. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gamarra dkk 2005 menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan pemeriksaan Pap Smear P=0,01, dan 92,5 wanita melaporkan telah
mendengar tentang pemeriksaan Pap Smear, 49,5 diantaranya dikategorikan dalam pengetahuan baik dan sumber utama informasi tentang Pap Smear didapatkan melalui
radiotelevisi, temankeluarga dan tenaga kesehatan. Pengetahuan menurut peneliti tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi juga diperoleh dari pelatihan,
penyuluhan, teman, brosur, dan semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang Pap Smear maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan Pap Smear.
5.2.2. Sikap Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran
kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya Azwar, 2007.
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari hasil tabulasi silang Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa proporsi yang melakukan Pap Smear pada sikap baik sebanyak 22 orang 34.9 sedangkan sikap
kurang sebanyak 14 orang 56. Dari uji Chi-Square menunjukkan bahwa variabel sikap menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan dengan pemeriksaan Pap
Smear dengan nilai p= 0.070 nilai ini lebih besar dari level of significance g sebesar
0,05; RP=2,372, artinya pemeriksaan Pap Smear 2,37 kali kemungkinan besar tidak terjadi pada PUS dengan sikap kurang, dibandingkan dengan PUS sikap baik.
Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik dapat dilihat bahwa variabel sikap menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemeriksaan Pap
Smear p= 0,070 p0,05. Hal tersebut dapat dipahami bahwa meskipun sikap mereka lebih baik namun belum tentu mengambil keputusan untuk melakukan pemeriksaan
Pap Smear, keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lain seperti adanya perasaan malu atau tabu, meskipun sikap mereka baik. Penelitian ini sama dengan
yang dilakukan oleh Bakheit dan haroon 2001 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan pemeriksaan Pap Smear P=0,92.
Menurut H.L.Bloom, dalam Notoatmodjo 2005, Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari - hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dapat disimpulkan bahwa sikap sangat menentukan seseorang kearah lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap tersebut dapat
diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman tentang akan pentingginya pemeriksaan Pap smear kepada masyarakat secara berkala.
Sikap positif akan memunculkan perilaku PUS yang baik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.
5.3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Pemeriksaan Pap Smear