2.5.7 Upaya pencegahan kanker serviks
Menutut Bustan 1997, upaya untuk memberikan pengobatan secara khusus telah dilakukan dengan segala upaya namun hasil yang diperoleh belum sesuai
dengan harapan. Karena itu upaya pengobatan secara mandirii tidak dapat menjamin untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan yang
menyeluruh, mulai dari upaya pendidikan kesehatah masyarak sampai upaya rehabilitasi.
Upaya pencegahan kanker serviks meliputi : 1. Pencegahan tingkat I Primer yaitu host belum sakit sakit masih sehat maka perlu diberi promosi kesehatan. 2.
Pencegahan tingkat II Sekunder yaitu host dalam tahap penyakit dini perlu kemoterapi. 3. Pencegahan tingkat III Tersier yaitu host dalam tahap penyakit lanjut
perlu dilakukan usaha Rehabilitasi : fisik, mental, sosial.Bustan, 2000. Menurut Yatim,2005 kanker serviks dapat dicegah dengan : 1. Penggunaan
kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular seperti Gonorrhoe, Chlamydia, Sipilis dan HIVAIDS. 2. Menghindari merokok,
meningkatkan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah CIN Cervikal Intraepitelial Neoplasia = pertumbuhan sel epitel kearah ganas dan kanker leher
rahim.
2.6 Landasan Teori
Menurut Green
dalam Notoatmodjo 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ada tiga faktor utama, yaitu :
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.6.1 Faktor-faktor predisposisi Predisposing Factor
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistim nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya :
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.
Disamping itu kepercayaan, tradisi dan sistim nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak
boleh disuntik periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus, karena suntikan bias menyebabjan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif
mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. 2.6.2
Faktor-faktor pemungkin enabling factor Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air besih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebainya. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa
hamil tidak hanya karena tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil.
Cut Nurhasanah: Pengaruh Karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur PUS Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di RSUZA Banda Aceh Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
Fasilitas ini biasanya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
2.6.3 Faktor-faktor penguat reinforcing factor
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat biasanya bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positf dan dukungan fasilitas saja, melaikan diperlukan perilaku
2.7 Model Kerangka Teori