Kontribusi Pekerja Anak Dalam Ekonomi Keluarga Di Pemukiman Kumuh Kota Medan (Studi Kasus : Empat Keluarga Pekerja Anak)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Minarwaty Sinaga Nim : 050905054

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : KONTRIBUSI PEKERJA ANAK DALAM EKONOMI KELUARGA di PEMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN (Studi Kasus : Empat Keluarga Pekerja Anak)

Medan, Juni 2010

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dra. Rytha Tambunan, M.Si) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)

NIP.196308291990032000 NIP. 196401231990031001

An. Pembantu Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tritunggal Yesus Kristus yang kasihnya selalu saya rasakan dalam setiap detik nafas kehidupan serta pergumulan dalam hidupku membuatku semakin kagum dan hormat akan Dia, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah KONTRIBUSI PEKERJA

ANAK DALAM EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus: Empat Keluarga Pekerja Anak). Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan

skripsi ini, untuk itu penulis akan sangat berterimakasih jika kedepan akan ada saran dan kritik yang tentunya bertujuan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua yang merupakan sahabat terbaik dan sosok yang paling aku sayangi dalam hidupku, kepada Bapak Jawaren Sinaga, BA yang telah menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab mencukupkan segala kebutuhan keluarga dan biarlah tiap-tiap hari Tuhan Yesus yang membentuk karakter Bapak supaya tetap berjuang setia kepada-Nya karena tidak dipungkiri hari-hari ini jahat dan Mamak Edita Herawati Br. Regar yang cerewet tapi penuh kasih dan cinta mengayomi penulis untuk tetap semangat dan tidak takut dalam segala hal dimana tetap berserah kepada Bapa di Sorga dalam segala hal. Penulis sangat menyanyangi dan mengormati Bapak dan Mamak sebagai Tuhan yang nampak karena doa dan setiap hal yang telah kalian lakukan tidak akan bisa terbalaskan oleh ku.

Terkhusus buat Abang dan adik penulis yang terkasih Richi Hamonangan Sinaga, SE. Tommy Bowlin Sinaga dan Friskawati karena kasih, kebersamaan dan doa-doa cinta tulus dari kalian semua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terimakasih.


(3)

Selama penulisan skripsi, penulis banyak menerima bantuan baik dari segi moral dan materil, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga dan mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang menjadi inspirasi luar biasa bagi penulis untuk tetap berkarya:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A. sebagai Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.A sebagai Ketua Departemen Antropologi dan sebagai Ketua Penguji pada saat ujian komprehensif serta sebagai penasehat akademik penulis, yang selama ini banyak memberi ilmu, arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis untuk bekarya.

3. Dra. Rytha Tambunan, M.Si.selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, memberikan kontribusi teoritis dalam penulisan skripsi ini serta mengubahkan karakter saya. Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan dan kesediaan beliau dalam membantu penulisan skripsi ini. Maaf ya kak selama ini saya banyak salah.

4. Dra. Mariana Makmur, MA yang telah menjadi ketua penguji penulis dalam selesainya skripsi ini, terimakasih atas segala saran, arahan dan motivasi.

5. Drs. Ermansyah, M. Hum yang telah menjadi penguji penulis dalam selesainya skripsi ini, terimakasih atas segala saran, arahan dan motivasi. 6. Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara (Kak Sri, Kak Nur, Kak Sofie, dan semuanya).

7. Bapak Darmus, S.sos (Kepala Lurah Kelurahan Pusat Pasar Medan), Kak Dosriana, S.sos pendiri Yayasan Dian Bersinar Foundation dan Julia S.sos yang membantu dan mengizinkan penulis meneliti anak-anak di rel yang bersekolah di TK serta Masyarakat yang memberikan informasi guna selesainya skripsi ini.

8. Semua yang menjadi informan penulis terkhusus empat keluarga dan semua anak-anak didik ku di rel yaitu: Koliza, Siti, Ita, Aldi, Kiki, Markus,


(4)

Dio, Ririn, Erni, Fitri, Jefri, Madan, Nina, Maslin, Juli, Endang, Udin, Roy, Aisah, Syakila, Ronal, Mula, Marsita, Naisyah, Rahel, Jesika, Andi, Ferdinan, Rizki, Andika, Hotman, Vani, Sri, Clara, Fila, Ari, Miranti, tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah mau terbuka menceritakan segalanya sesuatu yang tidak penulis ketahui menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi penulis dan mau menerima penulis yang dulunya orang asing menjadi sahabat kalian. Sehingga penulis memperoleh cinta kasih, doa serta semangat juga informasi dan kelengkapan data yang akhirnya selesainya skripsi ini.

9. Untuk sahabat yang di izinkan Tuhan sekaligus saudaraku yang membuat adanya suka dan duka mewarnai hidupku, Meyni F. Saragih, S.sos alias Mekong (cepat-cepat dapatkan si botak ya trus kenalakan sama ku), Santi M. Hutapea (bisalah kau pal yang udah punya brutus tu, jangan senyum-senyum kau anak batak), Dominiria Hulu, S.sos (jangan pindah kelain hati ya say sama bronis batak itu, ingat yang di Jogja). Makasih Tuhan mereka kau hadirkan yang telah mendoakan mendukung, mendengar/berbagi cerita suka dan duka, tangis dan tawa serta sehingga penulis tetap semangat dan berjuang, terimakasih atas cinta kalian. Biarpun kelak kita berpisah aku berharap kita selalu saling mendoakan dan berjuang menjadi anak yang termanis di Mata Tuhan Yesus.

10.Buat Kelompok Euaggelion terkhusus buat Kakak kelompok kecilku Kak dilli timoria Simanjuntak S.sos, terimakasih karena Tuhan mengizinkanku mengenalmu sehingga aku mempunyai banyak inspirasi darimu akan pengenalan dan pembelanjaran tentang Tuhan Yesus dan Kak des yang mengajari kami setelah Kak dili pergi. Teman kelompok ku Kak adis, Kak gita, Kak mece yang dimana selama ini menyanyangi dan menganggap aku sebagai adik kalian sehingga kita hidup sebagai satu keluarga. Trimakasih buat nasihat, penguatan, dan doa-doa kalian semuanya. Jujur aku berterimah kasih pada Tuhan telah dibina di Kelompok Kecil di dalam UKM KMK USU UP PEMA FISIP.


(5)

11.Buat Pemuda Gereja Kristen Protestan Simalungun Jl. Terompet Pasar I Padang Bulan Medan yang sama-sama melayani bersama dengan ku. Maaf ketika dalam menyusun skripsi saya kurang aktif datang melayani. Trimakasih buat doa-doa kalian semua. Tetap Semangat ya.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan stambuk 2005, Sri ulina, Riza, Andri, Tuti, , Syahfery, Hery M, Hery S, Toni, Bambang, Roseva, Sri, Salsa, Wendy, Juli, Dani, Marsono, Naomi, Fauzi, Mahruzi, Edison, Remaja, Seri Wedari, Yenni, Eldevia, Fitri, Vera, Mia, Hendra, Erna, Vivi, Minartina, Ria, Tika, Sukma, Criston, Eva Manurung, Dangiel, Erold, Sulia Rimbi dan Darwin, dan Stambuk 04 : Kak lenti, Kak farida, Kak lelita, Kak kekem, Bang ales, Bang ricardo, Bang sandrak. Tetap semangat anak Antro.

13.Buat teman-teman satu kos di Jl. Berdikari No.52A. P.Bulan yaitu: Kak nita, Kak Jeni, Ningsih, Jois, dan yang lainnya. Tereimakasih buat doa-doa kalian, semangat dan perhatian kalian.

Akhir kata, atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mendoakan semoga Kasih dari Allah Tritunggal Yesus Kristus selalu memberikan limpahan kasih dan berkatnya kepada kita dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua. God Bless us.

Medan, Juni 2010

( MINARWATY SINAGA )


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian ... 7

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.4.Tinjauan Pustaka ... 8

1.5.Metodologi Penelitian ... 13

1.6.Teknik Pengumpulan Data ... 14

1.6.1. Observasi. ... 14

1.6.2. Wawancara. ... 15

1.6.3. Studi Dokumentasi. ... 16

1.6.4. Teknik Analisis Data ... 16

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAERAH PINGGIRAN REL JALAN. SALAK 2.1. Kotamadya Medan ... 20

2.2. Sekilas Mengenai Kecamatan Medan Kota ... 24

2.3. Kondisi Jl.Salak ... 27

2.3.1. Sejarah Jl.Salak. ... 27

2.3.2. Kependudukan ... 32 2.3.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku


(7)

2.3.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 33

2.3.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 33

2.3.3. Perumahan Penduduk ... 34

2.3.3. Sarana dan Prasarana ... 37

2.3.4.1. Sarana Pendidikan ... 38

3.3.4.2. Sarana Ibadah ... 39

3.3.4.3. Sarana MCK ... 40

3.3.4.4. Sarana Air Minum Umum ... 42

3.3.4.5. Sarana Listrik ... 43

BAB III. PROFIL PEKERJA ANAK 3.1. Potret Hadirnya Pekerja Anak ... 45

3.1.1. Sosok Pekerja Anak... 47

3.1.2. Tempat Bermain Anak. ... 49

3.1.3. Posisi Anak Dalam Keluarga. ... 52

3.1.3. Keseharian Anak Yang Bekerja. ... 53

3.1.4. Kehidupan Sosial Pergaulan. ... 53

3.2. Kondisi Kerja dan Alat Yang Digunakan Untuk Bekerja ... 55

3.2.1. Waktu Kerja. ... 61

3.2.2. Lokasi Kerja dan Strategi Bekerja. ... 62

3.2.3. Hambatan Dalam Bekerja. ... 63

3.2.4. Pendapatan dan Distribusi Kebutuhan Pekerja Anak. ... 66

3.3. Hubungan Sosial Keluarga dan Lingkungannya. 3.3.1. Hubungan Antara Ayah dan Ibu. ... 69

3.3.2. Hubungan Antara Orang tua dan Anak. ... 70

3.3.3. Hubungan Antara Anak Dengan Anak . ... 71

3.3.4. Hubungan Antara Sesama Warga di Tempat Tinggal. ... 72

3.3.5. Hubungan Antara Sesama Pekerja Anak ... 74

3.4. Tingkat Pendidikan Pekerja Anak dan Keluarga 3.4.1. Tingkat Pendidikan Orang tua. ... 74


(8)

3.4.2. Tingkat Pendidikan Anak. ... 75

3.4.3. Fasilitas Pendidikan Anak Bersekolah di Jl. Salak . ... 76

3.4.3.1. Profil Yayasan Dian Bersinar Foundation . ... 77

3.4.3.2. Kengiatan Yayasan Dian Bersinar Foundation . .. 79

3.4.3.3. Keadaan Dana Yayasan Dian Bersinar Foundation . ... 81

BAB IV. KONTRIBUSI PEKERJA ANAK DALAM EKONOMI KELUARGA dan PEMUKIMAN KUMUH 4.1. Status Pemukiman Penduduk. ... 83

4.2. Status Perkawinan ... 88

4.3. Kontribusi Pekerja Anak Dalam Keluarga ... 90

4.4.1. Keluarga Aldi (berjualan) ... 91

4.4.2. Keluarga Siti (Pengamen) ... 99

4.4.3. Keluarga Kiki (Menyari) ... 107

4.4.4. Keluarga Ita (Pemulung) ... 113

4.4.5. Analisis Kontribusi Pekerja Anak ... 116

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 118

5.1. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN

1. Surat Penelitian 2. Daftar Informan


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Jumlah, laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk di kota

Medan tahun 2005-2008……….. 22

Tabel 2 : Jumlah pencari kerja yang terdaftar, di tempatkan, dihapuskan dan sisa di kotamadya Medan, 2005-2008 (jiwa)………… 23

Tabel 3 : Jumlah penduduk, luas kelurahan, kepadatan penduduk PER KM dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2008………. 25

Tabel 4 : Fasilitas pelayanan umum kecamatan Medan Kota tahun 2008………. 26

Tabel 5 : Fasilitas pendidikan kecamatan Medan Kota tahun 2008…. 26 Tabel 6 : fasilitas pasar dan pertokoan kecamatan Medan Kota……... 27

Tabel 7 : Komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa tahun 2008.. 32

Tabel 8 : Komposisi penduduk menurut agama tahun 2010…………. 33

Tabel 9 : Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2010……….. 34

Tabel 10 : Fasilitas umum di Jl. Salak tahun 2010………. 44

Tabel 11 : Distribusi pengeluaran distribus pengeluaran perbulan keluarga Aldi……….. 97

Tabel 12 : Distribusi pengeluaran perbulan keluarga Siti……… 105

Tabel 13 : Distribusi pengeluaran perbulan keluarga………. 111

Tabel 14 : Distribusi pengeluaran perbulan keluarga Ita……… 113


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Gambar lokasi pemukiman kumuh di Jl. Salak, Kelurahan Pusat

Pasar………... 28

Gambar 2 : Bentuk rumah permanen di Jl. Salak……… 35

Gambar 3 : Bentuk rumah semi permanen di Jl. Salak... 36

Gambar 4 : Kondisi keadaan rumah non permanen……… 37

Gambar 5 : Sekolah tempat anak-anak di pemukiman tempat tinggal….... 39

Gambar 6 :Keadaan kamar mandi umum di Jl. Salak yang sedang digunakan seorang warga untuk membersihakan hasil bototnya berupa paku……… 40

Gambar 7 : Keadaan jamban umum yang di pakai oleh warga di Jl. Salak……….. 41

Gambar 8 : Kondisi tempat anak-anak buang air besar……….. 42

Gambar 9 : Air PAM yang di satu-satunya di pakai warga secara Bergantian………... 43

Gambar 10 : Kondisi anak-anak yang bermain di pemukiman……… 49

Gambar 11 :Pekerja anak yang sedang bermain di lokasi kerja………….. 51

Gambar 12 : Plastik yang dijadikan alat kerja pekerja anak sebagai tas tempat uang dan botol minuman sebagai ganti kerincingan saat mengamen diangkot………. 57

Gambar 13 : Perlengkapan pekerja anak untuk menyari……….. 58

Gambar 14 : Kondisi anak menyari pada mobil pribadi………... 59

Gambar 15 : Aldi yang sedang berjulan………... 60

Gambar 16 :Salah satu ruangan rumah dan kondisi kamar tempat anak untuk tidur……… 68

Gambar 17 : Menu Gizi anak berbeda setiap harinya dimana disebelah kiri susu dan sebelah kanan teh manis dan telur……….. 81


(11)

Gambar 18 : Lokasi bermain anak baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan dengan ekspresi mereka memainkan permainan ……… 81


(12)

ABSTRAKSI

KONTRIBUSI PEKERJA ANAK DALAM EKONOMI KELUARGA di PEMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN (Studi Kasus : Empat Keluarga Pekerja Anak), Minarwaty Sinaga, 2010). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 122 halaman + daftar pustaka + lampiran

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sisi kehidupan pekerja anak sesuai dengan realitas yang ada di pemukiman kumuh pinggiran rel di jalan Salak, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota. Fokus Permasalahnnya yakni: (1). Bagaimana kondisi kehidupan keluarga pekerja anak; (2). Bagaimana orang tua memperlakukan pekerja anak sebagaimana anak seharusnya; (3). Bagaimana anak-anak tersebut memerankan diri mereka sebagai pekerja; (4). Seberapa besarkah kontribusi pekerja anak untuk ekonomi keluarga. Dalam pengumpulan data digunanakan teknik wawancara mendalam, observasi mendalam. Selanjutnya juga dingunakan metode pengalaman individu (life history) untuk mengungkapkan sejarah hidup empat anak yang dipekerjakan keluarga. Analisa dan pengolahan data menggunakan analisis kualitatif. Metode yang dingunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.

Anak adalah buah hasil perkawinan dan buah hati keluarga dimana anak mempunyai hak yang harus dipenuhi orang tua, tetapi karena penghasilan orang tua yang di bawah rata-rata mengakibatkan pemenuhan kebutuhan hak anak dan kebutuhan keluarga sehari-hari sudah tidak mampu terpenuhi. Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mengakibatkan orang tua melibatkan anak-anak dalam setiap harinya mencari uang untuk membantu ekonomi keluarga.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa benar anak-anak dari keluarga miskin yang tinggal di pemukiman kumuh Jl. Salak ini memang benar dilibatkan oleh orang tua dalam bekerja, dimana setiap harinya anak mempunyai tanggung-jawab untuk memberikan kontribusi berupa uang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kesimpulannya penelitian menjelaskan empat anak yang di pekerjakan keluarga untuk memberikan kontribusi keluarga dengan profesi pekerjaan yang berbeda-beda yaitu berjualan, pengamen, menyari dan pemulung. Hasilnya tiap anak yang di pekerjakan memiliki kontribusi yang berbeda-beda kepada keluarga tiap bulannya dengan rincian keluarga Aldi (berjualan) memberikan kontribusi Rp. 1.050.000. ; keluarga Siti (pengamen) Rp. 900.000. ; keluarga Kiki (menyari) Rp. 2.100.000. ; dan keluarga Ita (pemulung) Rp. 300.000. Hasil dari empat anak yang di pekerjakan, keluarga Ita (pemulung) yang sedikit memberikan kontribusi kepada keluarga dikarenakan kedua orang tua Ita bekerja dan sulitnya Ita dalam mendapatkan barang-barang bekas.


(13)

ABSTRAKSI

KONTRIBUSI PEKERJA ANAK DALAM EKONOMI KELUARGA di PEMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN (Studi Kasus : Empat Keluarga Pekerja Anak), Minarwaty Sinaga, 2010). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 122 halaman + daftar pustaka + lampiran

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sisi kehidupan pekerja anak sesuai dengan realitas yang ada di pemukiman kumuh pinggiran rel di jalan Salak, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota. Fokus Permasalahnnya yakni: (1). Bagaimana kondisi kehidupan keluarga pekerja anak; (2). Bagaimana orang tua memperlakukan pekerja anak sebagaimana anak seharusnya; (3). Bagaimana anak-anak tersebut memerankan diri mereka sebagai pekerja; (4). Seberapa besarkah kontribusi pekerja anak untuk ekonomi keluarga. Dalam pengumpulan data digunanakan teknik wawancara mendalam, observasi mendalam. Selanjutnya juga dingunakan metode pengalaman individu (life history) untuk mengungkapkan sejarah hidup empat anak yang dipekerjakan keluarga. Analisa dan pengolahan data menggunakan analisis kualitatif. Metode yang dingunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.

Anak adalah buah hasil perkawinan dan buah hati keluarga dimana anak mempunyai hak yang harus dipenuhi orang tua, tetapi karena penghasilan orang tua yang di bawah rata-rata mengakibatkan pemenuhan kebutuhan hak anak dan kebutuhan keluarga sehari-hari sudah tidak mampu terpenuhi. Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mengakibatkan orang tua melibatkan anak-anak dalam setiap harinya mencari uang untuk membantu ekonomi keluarga.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa benar anak-anak dari keluarga miskin yang tinggal di pemukiman kumuh Jl. Salak ini memang benar dilibatkan oleh orang tua dalam bekerja, dimana setiap harinya anak mempunyai tanggung-jawab untuk memberikan kontribusi berupa uang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kesimpulannya penelitian menjelaskan empat anak yang di pekerjakan keluarga untuk memberikan kontribusi keluarga dengan profesi pekerjaan yang berbeda-beda yaitu berjualan, pengamen, menyari dan pemulung. Hasilnya tiap anak yang di pekerjakan memiliki kontribusi yang berbeda-beda kepada keluarga tiap bulannya dengan rincian keluarga Aldi (berjualan) memberikan kontribusi Rp. 1.050.000. ; keluarga Siti (pengamen) Rp. 900.000. ; keluarga Kiki (menyari) Rp. 2.100.000. ; dan keluarga Ita (pemulung) Rp. 300.000. Hasil dari empat anak yang di pekerjakan, keluarga Ita (pemulung) yang sedikit memberikan kontribusi kepada keluarga dikarenakan kedua orang tua Ita bekerja dan sulitnya Ita dalam mendapatkan barang-barang bekas.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak adalah hasil buah perkawinan yang menjadi buah hati keluarga dimana nantinya akan menjadi sumber daya manusia masa mendatang yang akan mengemban tugas melanjutkan perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 menyebutkan bahwa yang masuk kategori anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Mengingat masa kanak-kanak merupakan proses pertumbuhan baik fisik maupun jiwa, maka untuk menghindari rentannya berbagai perilaku yang mengganggu pertumbuhan anak tersebut maka UU No 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak mengatakan anak pada dasarnya mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh keluarganya yaitu orang tuanya, dimana hak-hak itu meliputi : hak atas kesejahteraan, perlindungan, pengasuhan dan bimbingan.

Keluarga adalah suatu kelompok yang terikat oleh adanya hubungan darah dan perkawinan dan biasanya dalam istilah lain disebutkan kelompok kekerabatan (Suyono,1985 : 91). Perkawinan itu membentuk sebuah rumah tangga. Rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari keluarga inti yaitu suami, istri, beserta anak mereka yang tinggal di dalam satu rumah.

Keluarga inilah yang akan berfungsi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan hak-hak anak tersebut. Tapi tidak semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan sampai


(15)

pendidikan anak di karenakan bapak yang berfungsi sebagai kepala keluarga tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga di karenakan penghasilannya di bawah rata-rata. Karena tidak memiliki penghasilan yang cukup, mau tidak mau terjadi suatu fenomena di suatu perkotaan yang melibatkan anak-anak yang terlibat dalam mencari uang setiap harinya untuk keluarga.

Kini masa kanak-kanak yang seharusnya adalah masa yang dipergunakan untuk sekolah guna menuntut ilmu yang akan menjadi bekal hidupnya dikemudian hari dan masa dimana melewati umur untuk mulai belajar mengenal dan memahami segala hal tentang kehidupan. Kehidupan yg dilewati dengan penuh keceriaan, kepolosan, tanpa beban berat dan masalah yang biasa membelit orang dewasa harus di ganti dengan kehilangan masa kecilnya dan kehilangan hak untuk belajar, bermain dan bersosialisasi dengan teman seumurannya dan kasih sayang dari orang tua dikarenakan faktor ekonomi atau kemiskinan sehinggga mereka memiliki tanggung jawab mencari penghasilan tambahan buat keluarga dengan cara harus bekerja atau diharuskan bekerja. Usia yang belum sepantasnya memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan memberikan kontribusi berupa uang kepada keluarga harus dilakukan anak.

Pembangunan di Negara Indonesia di belakangnya tidak terlepas dari perkotaan dan masalah sosial karena setiap perkembangan kota selalu di ikuti oleh masyarakat sosial. Semakin maju suatu Negara maka masalah sosial akan semakin kompleks. Salah satu masalah sosial itu adalah masalah anak bekerja yang sering disebut dengan masalah pekerja anak. Hal ini di pertegas oleh Muhammad Joni dan Zulchaina (1999:2) mengatakan pembangunan ekonomi membuat masalah


(16)

lain yang mengejutkan, di antaranya adalah anak jalanan, pemulung, pekerja anak, eksploitasi seks anak sebagai pekerja seks anak, perdagangan anak, penculikan anak, perlakuan kekerasan dan penyiksaan terhadap anak.

Pekerja anak adalah adanya hubungan kerja yang jelas dan menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta adanya keselamatan dan kesehatan kerja (Kepmenaker No.Kep.115/Men/VII/2004). Tapi pekerja anak yang dimaksud disini gambarannya adalah anak-anak miskin bukan dari golongan orang kaya yang melakukan pekerjaan yang rutin untuk orang tua atau orang lain, yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak. pekerjaan yang tak seharusnya dialami anak-anak yang bekerja di usia dini.

Hal ini di pertegas oleh Bellamy (dalam Nachrowi, 2004:1) mengatakan bahwa anak-anak yang bekerja di usia dini, yang biasanya berasal dari keluarga miskin, dengan pendidikan yang terabaikan, sesungguhnya akan melestarikan kemiskinan, karena anak yang bekerja tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang tak terlatih, dan dengan upah yang sangat buruk. Tjandraningsih mengatakan mengapa anak-anak bekerja ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan dimana sisi penawaran mengatakan bahwa kemiskinan merupakan penyebab utama mendorong anak untuk bekerja demi kelangsungan hidup diri dan keluarganya sedangkan pada sisi permintaan mempekerjakan anak-anak dianggap sebagai pencari nafkah kedua.

Akibat dari kemiskinan itu untuk membantu mencukupkan kebutuhan hidup anak ikut memberikan kontribusi kepada keluarga. Secara sederhana


(17)

kontribusi anak dalam bekerja dapat diartikan sebagai keikutsertaan anak memberikan penghasilan dalm bentuk uang dari pekerjaan anak tersebut.

Data yang ada di Indonesia diperkirakan pekerja anak di Indonesia di bawah usia 14 tahun secara ekonomis aktif sekitar 2-4 juta anak (Konvensi Hak-Hak Anak, 2000: p.iii). Berdasarkan hasil Survey Angkatan Kerja Nasional Tahun 2003, terdapat 566,526 ribu pekerja anak di seluruh Indonesia, dan pekerja anak di pedesaan dinyatakan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Salah satu wilayah pedesaan di Indonesia yaitu di desa Teluk Wetan dan Bugo, Kecamatan Welahan, kabupaten Jepara, Jawa Tengah, setidaknya terdapat 2.187 anak dibawah umur yang bekerja di berbagai sektor informal (Harian Seputar Indonesia, 6 April 2007)

Pekerja anak banyak terjadi di banyak Negara salah satunya Negara Indonesia yang di dalamnya terdapat Kota Medan sebagai Propinsi Sumatera Utara. Di Kota Medan ini pekerja anak banyak tinggal di pemukiman kumuh. Adapun pemukiman kumuh di Kota Medan adalah di Kampung Baru, Kampung Aur, Seimelingkar B, Kelurahan I Sei Rengas, Kelurahan Pusat Pasar, Martapura dan masih banyak lagi. Dari beberapa pemukiman kumuh yang ada di Kota Medan maka pemukiman kumuh tempat tinggal pekerja anak yang penulis maksud adalah di Jl. Salak Kelurahan Pusat Pasar yang berada di Pinggiran Rel Kereta Api Jalan Salak.

Pemukiman kumuh di Jalan Salak ini adalah daerah pemukiman yang kondisinya sangat buruk yang merupakan hunian yang tidak resmi namun


(18)

digambarkan sebagai masyarakat yang identik dengan kemiskinan dengan penghasilan rendah yang sulit memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup utama dan membawa indikasi pada rendahnya derajat kesejahteraan sosial masyarakat di sekitar mereka.

Kondisi kemiskinan adalah salah satu penyebab utama kenapa anak-anak dipemukiman kumuh di pinggiran rel Jalan Salak ini melakukan berbagai pekerjaan dan bukan hanya itu seperti dikatakan (Odi Shalahuddin,2004:13)

− Anak bekerja turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga, dan justru orang tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan untuk keluarga. Hal ini terjadi karena ketidak mampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

− Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidak betahan anak berada di rumah, sehingga perumahan kumuh menjadi salah satu faktor pendorong untuk anak turun ke jalan.

− Rendahnya pendidikan orang tua anak sehingga mereka tidak mengetahui fungsi dan peran sebagai orang tua dan juga ketidaktahuannya mengenai hak-hak anak.

− Belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik kebijakan dari kepolisian, Pemda, maupun Departemen Sosial.

Ketika kita melihat kesan pekerja anak di pinggir jalan untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang telah diungkapkan menjadi masalah sosial bagi masyarakat yang memberikan pemahaman negatif tersendiri terhadap pekerja


(19)

anak. Seharusnya hak azazi mereka dilindungi, dan dipenuhi justru sekarang kenyataan yang terlihat mereka di bebani untuk memberikan kontribusi kepada keluarga.

Untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang telah diungkapkan maka tidak jarang bila melihat mereka di lampu-lampu merah sebagai wajah-wajah kecil yang kumal serta tubuh yang dekil. Diantara jajaran mobil, debu dan pengabnya jalanan, mereka bergelut dengan tanggung jawabnya. Mereka adu cepat dengan lampu hijau untuk mendapat lima ratus rupiah hingga seribu rupiah dan mereka juga adu cepat untuk mengorek tempat sampah untuk mendapatkan barang botot di jalanan. Sebagian besar mereka belasan tahun. Ada juga yang berusia 6-10 tahun, dengan mata pencaharian ada pengemis, pengamen, pemulung juga berjualan gorengan. Mereka bekerja sekitar jam makan siang sehabis pulang sekolah sampai malam dengan selang waktu pulang sebentar istirahat ke rumah maupun tidak istirahat pulang.

Keadaan yang dialami oleh pekerja anak yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi berupa uang kepada keluarga cukup menarik penulis mengadakan pengkajian tentang mereka. Timbul pertanyaan mengapa harus pekerja anak yang berada di Pinggiran Rel Kereta Api Jalan Salak, padahal masih banyak dilokasi lain. Alasan ketertarikan penulis dalam hal ini adalah karena pekerja anak di Pinggiran Rel Kereta Api Jalan Salak ini berbeda dengan pekerja anak lainnya. Pertama, pekerja anak ini mempunyai dasar pendidikan yang cukup baik sebab adanya fasilitas pendidikan yang berada di pemukiman tempat mereka tinggal. Pendidikan tersebut mereka ikuti dari TK sehingga untuk


(20)

masuk menuju Sekolah Dasar mereka tidak begitu sulit lagi mengikuti pelajaran. Kedua, antara manejemen waktu anak bersekolah, bermain dan bekerja sudah cukup baik.

1.2. Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah menguraikan bagaimana sosial kehidupan keluarga pekerja anak terlebih bagaimana orang tua memperlakukan pekerja anak sebagaimana anak seharusnya dan bagaimana anak-anak tersebut memerankan diri mereka sebagai pekerja sampai seberapa besarkah kontribusi pekerja anak untuk keluarga. Lokasi enelitian ini di pemukiman kumuh pinggiran rel Jl. Salak, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota.

Maka ruang lingkup masalah yang di teliti akan di fokuskan kepada: 1. Untuk apa saja kontribusi tersebut di gunakan ?

2. Faktor apa saja anak menjadi pekerja ?

3. Apa yang menjadi strategi pekerja anak dalam mempertahankan pekerjaan?

4. Dimana saja lokasi tempat pekerja anak ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Ketika penulis menjelaskan kontribusi pekerja anak kepada keluarga maka penelitian ini akan melihat sisi kehidupan pekerja anak sesuai dengan realitas yang ada dan bangaimana hasil kontribusi yang diberikan anak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tujuannya untuk menjelaskan Negara-negara pada miskin


(21)

perkotaan khususnya Negara Indonesia yang kenyataannya banyak anak-anak yang seharusnya tidak bekerja tetapi karena keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga harus bekerja.

Manfaat penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan khasanah pengetahuan budaya yang dikaitkan dengan masalah perkotaan khususnya masalah pekerja anak. Akibat adanya fenomena keterbatasan ekonomi, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengulas tentang budaya yang dihubungkan dengan masalah-masalah perkotaan yang ada di Indonesia.

1.4. Tinjauan Pustaka

Pekerja anak merupakan salah satu pekerjaan sektor informal yang dilakukan oleh masyarakat miskin kota. Pemulung, tukang becak, pedagang kaki lima, pembantu rumah tangga juga adalah pekerjaan di sektor informal. Tidak tersedianya lapangan kerja pada sektor informal menjadikan mereka harus melakoni pekerjaan tersebut. Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan yang rutin untuk orang tua atau orang lain, yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak. Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil yang belum dewasa usia paling sedikitnya 14 tahun.

Adapun ciri-ciri pekerja anak yaitu : 1. Bekerja setiap hari; 2. Tereksploitasi; 3. Terganggu waktu sekolah atau tidak sekolah lagi; 4. Terganggu kesehatan; 5. Bekerja dalam waktu yang panjang; 6. Bekerja untuk ikut memenuhi


(22)

kebutuhan keluarga (Bahan Seminar Pengenalan Pekerja Anak Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Profinsi Sumatera Utara, 2009).

Pekerjaan sebagai pedagang, pengamen, pemulung, pengemis ini merupakan sektor informal yang dilakoni pekerja anak, bukan hanya anak saja yang melakukan pekerjaan itu tetapi orang tua yang ada di pemukiman kumuh tersebut. Suparlan, 1984 mengatakan memang seperti itulah sebagian besar mata pencaharian penghuni pemukiman kumuh, dimana mereka tergolong memiliki penghasilan rendah. Rendahnya tingkat penghasilan yang diperoleh orang tua dari pekerjaan tersebut mengakibatkan mereka hidup dalam kemiskinan karena tidak mampu untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak.

Akibat dari kemiskinan itu untuk membantu mencukupkan kebutuhan hidup anak ikut memberikan kontribusi kepada kepada keluarga. Kontribusi berasal dari bahasa inggris contribute, contribution, maknanya keikutsertaan, keterlibatan atau melibatkan diri (http:// id.answers.yahoo.com /question/ index?qid 20080526075812AAueg8t). Secara sederhana kontribusi anak dalam bekerja dapat diartikan sebagai keikut sertaan anak memberikan penghasilan dalm bentuk uang dari pekerjaan anak tersebut.

Parsudi Suparlan (dalam AW. Widjaja, 1986) berpandapat bahwa para ahli Antropologi melihat keluarga sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah satu kesatuan kekerabatan yang juga merupakan satu tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerja sama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk berkembangbiak, mensosialisasikan atau mendidik anak


(23)

dan menolong serta melindungi yang lemah, khususnya merawat orang tua mereka yang telah jompo.

Keluarga miskin adalah keluarga yang berpenghasilan rendah yang berdiam disuatu tempat, daerah atau negara yang mendapat penghasilan lebih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan minimal mereka yang seharusnya dipenuhi. Apa yang disebut penghasilan disini adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat itu.

Keluarga pekerja anak ini tinggal di pemukiman kumuh. Menurut (Sri Soewasti 1974), pemukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim dipemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik. Tumbuhnya kawasan kumuh terjadi karena tidak terbendung arus urbanisasi.

Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati. Sedangkan


(24)

sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan (http://rezaantonius.multiply.com/journal/item)

Berdasarkan ciri fisiknya maka pemukiman kumuh dapat dibagi menjadi Slum dan Squater. Slum areas (kawasan kumuh) adalah daerah pemukiman yang kondisinya sangat buruk yang merupakan hunian yang tidak resmi dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak dihuni oleh penduduk miskin yang padat seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong disekitar kota dan di bawah jembatan namun kondisinya sudah sangat merosot. Sedangkan Squater adalah daerah atau lahan yang diduduk i secara liar, yang dibangun di lahan orang lain atau diatas tanah yang tidak jelas kepemilikannya atau tanah negara (Herlianto 1986:45).

Slum diartikan sebagai permukiman yang kumuh, tidak mempunyai akses yang baik pada air bersih dan sanitasi, padat dan tidak teratur, walaupun sebagian besar penduduknya mampu menunjukkan legalitas kepemilikan lahan dan rumahnya. Squatter mengacu pada ilegalitas kepemilikan lahannya, di negara berkembang, squatter identik dengan slum dalam arti kekumuhannya, sementara di negara maju squatter tidak mesti merupakan pemukiman kumuh


(25)

menurut (Parsudi Suparlan,1991) dalam artikel Segi Sosial dan Ekonomi Pemukiman Kumuh adalah:

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin

3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidak berdayaan ekonomi penghuninya.

4. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal

5. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai: Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar


(26)

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat dengan metode kualitatif deskriftif yang berusaha untuk menggambarkan bagaimana kehidupan para pekerja anak di pemukiman kumuh di jalan salak. Adapun untuk mendapatkan data yang lebih rinci.

Dingunakan metode pengalaman individu sebagai metode wawancara mendalam (Koentjaraningrat,1990:56). Peneliti berusaha mengungkapkan dengan menggambarkan sejarah hidup (life history) empat keluarga pekerja anak yang memiliki pekerjaan yang bervariasi yaitu: pengemis, pemulung, pengamen dan pedagang. Diharapkan dengan empat keluarga pekerja anak ini dapat menjadi informan yang representative terhadap gejala yang menjadi fokus peneliti.

1.5.1. Informan

Informan dalam penelitian ini terbagi atas tiga macam yaitu informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Informan pangkal adalah informan pertama-tama peneliti jumpai dilapangan (Moleong,1994). Informan pangkal disini adalah Pendiri Yayasan Dian Bersinar yang berbentuk seperti LSM adalah Dosriana Bakara, S.sos Kepala Lurah adalah Pak Darmus S.sos dan masyarakat yang mengetahui seluk beluk pemukiman kumuh di pinggiran rel kereta api jalak salak. Dari informan pangkal inilah peneliti meminta informan tentang siapa-siapa saja orang tua yang mempekerjakan anaknya.

Informan kedua adalah informan kunci (key informan). Dari informan kunci inilah peneliti mengharapkan data utama penelitian ini. Informan kunci ini terdiri dari empat keluarga pekerja anak adalah Keluarga Aldi, Keluarga Siti,


(27)

Keluarga Kiki, Keluarga Ita yang diteliti pengalamannya selama menjadi pekerja anak dalam kehidupan kesehariannya.

Informan ketiga informan biasa. Informan biasa ini adalah masyarakat yang ada disekitar tempat pemukiman kumuh maupun tempat anak-anak tersebut bekerja.

Selain itu, dalam penelitian ini informan juga diambil dari keseluruhan pekerja anak sebagai pengemis, pemulung, pengamen dan pedagang. dari jumlah pekerja anak yang ada di pilih sebayak empat keluarga, pekerja anak yang dianggap refresentatif. Kriteria keluarga pekerja anak yang dijadikan informan tersebut ditentukan sendiri oleh peneliti, yakni :

- Latar belakang orang tua dengan jenis pekerjaan

- Lamanya beraktifitas sebagai pekerja anak sudah 2 tahun keatas - Umur 6 -14 tahun

- Penghasilan dan jam kerja / hari

1.6. Teknik Pengumpulan Data

1.6.1. Observasi

Untuk mencari kevalidan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi mendalam. Artinya dalam melakukan observasi ini peneliti mengadakan pengamatan pada saat diperlukan untuk memperoleh data. Penelitian terlibat secara pasif dengan arti kata hanya berada dalam arena kengiatan subjek untuk mengamati dan mempelajari realitas yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, dengan tidak melibatkan aktif dalam kengiatan hidup mereka.


(28)

Adapun yang diobservasi ini di dasarkan pada situasi sosial yang terdiri dari aktor, tempat dan kengiatan. Aktor disini adalah anak-anak sebagai pekerja, tempat yaitu lokasi anak-anak bekerja, sedangkan kengiatan adalah pekerjaaan yang dilakukan anak yaitu : pengemis, pemulung, pengemen, pedagang. Peneliti juga melihat sikap hidup masyarakat yang tinggal dengan bentukan pemukiman kumuh misalnya pola pemukiman kumuh, fasilitas umum dan sebagainya.

1.6.2. Wawancara

Wawancara dilakukan adalah dengan cara berkomunikasi langsung dengan para informan. Wawancara dilakukan dengan cara terbuka agar para informan dapat menjawab pertayaan dan bercerita panjang lebar tentang kehidupan dan segala informasi yang dimilikinya. Melalui teknik ini dapat di peroleh data tentang pengalaman hidup individu (life history) secara mendalam. Dengan demikian diharapkan data yang mendetail tentang pengalaman hidup serta latar belakang ekonomi mereka.

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (dept interview) dan wawancara sambil lalu yang berusaha menggali informasi yang di dapat dari informan. Bukan hanya wawancara mendalam yang peneliti lakukan tetapi peneliti berperan bersama mereka dalam Binaan Pelayanaan Sosial Dian Bersinar Foundation sebagai voluntir di dalam TK maupun di bimbingan belajar. Wawancara mendalam di tujukan kepada informan kunci yaitu empat keluarga yang dianggap representative, Sehingga dapat diketahui sejarah hidup mereka secara mendalam termaksud di dalam sehari-harinya.


(29)

Dalam melakukan wawancara peneliti mempergunakan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman wawancara dipergunakan hanya sebagai arahan bagi penulis dalam melakukan wawancara, bukan sebagai patokan sebagaimana lazimnya penelitian kualitatif, maka peneliti akan dihentikan apabila data telah berulang (Moleong, 1994).

1.6.3. Studi Dokumentasi

Data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara akan lebih disempurnakan dengan melakukan studi dokumentasi yang diperoleh dari, artikel, internet, foto wilayah dan foto anak-anak pekerja.

1.6.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Proses Analisis yakni analisis pekerja anak dalam kasus tanggung jawab anak memberikan kontribusi dalam ekonomi keluarga di pemukiman kumuh.dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari wawancara kepada informan pangkal, informan pokok dan informan biasa. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: proses yang dilalui pekerja anak dalam memperoleh pegnghasilan, apa yang menjadi strategi pekerja anak dalam mempertahankan pekerjaan serta lokasi bekerjanya dan apa saja peran orangtua dalam kehidupan pekerja anak. Dengan analisa pekerja anak tersebut maka penulis dapat melihat sejauh mana kontribusi anak dalam membantu perekonomian keluarga. Semua data yang telah diperoleh


(30)

baik melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi kemudian diidentifikasikan dan disusun secara sistematis.

1.6.5. Kendala dan Pengalaman Yang Dihadapi Saat Penelitian.

Memasuki lokasi ini untuk pertama kalinya saat Kakak kelompok saya mengajak kami satu kelompok membantu untuk kengiatan Natal di Pelayanan Sosial Dian Bersinar Foundation yang sering disebut masyarakat dan anak-anak dipemukiman itu adalah TK Dian Bersinar membuat hati saya teriris karena dengan lokasi, fasilitas, dan rumah seperti itu mereka bisa tinggal. Atas keramahan anak-anak di TK inilah yang membuat saya memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian saya. Karena masih dua kali saya ketempat tersebut dan belum tau seluk-beluk tentang mereka dan atas ramahnya anak-anak dan masyarakat yang pada awalnya menyambut kami membuat saya berfikir bahwa itulah sifat mereka. Maka saya memberitahukan niat saya ini kepada kakak pengurus Yayasan tersebut bahwa saya mau melakukan penelitian di lokasi ini, kakak tersebutpun setuju tetapi tidak memberitahukan bahwa kondisi yang sebenarnya dilokasi tersebut dan saya pun tidak menaruh curiga sama sekali.

Sehabis dari kengiatan Natal tersebut maka saya datang untuk mengadakan observasi dan wawancara sambil lalu tetapi semua terasa seperti yang tidak pernah saya duga karena anak-anak yang saya anggap ramah dan terbuka ketika di tanya soal pekerjaan mereka dan mengapa mereka bekerja tidak mau menjawab, serta mencueki bahkan meninggalkan saya. Ini disebab anak-anak tersebut merasa tidak mengenal saya dan tidak membawa keuntungan bagi


(31)

mereka. Begitu juga pada saat saya mulai observasi di lokasi tersebut adalah banyaknya orang-orang yang memandang saya dengan sinis. Dalam hati bangaimana saya mau mau meneliti di lokasi ini sedangkan anak-anaknya saja sudah tidak bersahabat kepada saya. Akhirnya saya mempertanyakan akan hal tersebut kepada kakak yang mengurus TK tersebut dan barulah saya satu memang mereka semua yang ada di lokasi ini mau terbuka kepada orang lain apabila orang lain tersebut sudah mereka kenal dan memberikan keuntungan bagi mereka seperti sumbangan berupa makanan berupa beras, uang dan bingkisan buah tangan. Sebab mereka takut akan orang asing yang akan mengatakan tidak-tidak kepada pemerintah atau media elektronik maupun koran tentang mereka dan pemukiman mereka yang mengakibatkan mereka akan di gusur dari tempat itu. Oleh sebab itu kakak pemilik TK tersebut menyuruh saya mengajar sebagai voluntir di TK tersebut agar masyarakat dan anak-anak di pemukiman itu mengenal saya dan apa yang peran saya bagi anak-anak mereka dan peran saya bagi anak-anak di pemukiman tersebut.

Sebab itu sekarang saya sebagai voluntir di TK di pemukiman tersebut dan sekarang bukan anak-anak di TK yang saya dekati tetapi orang tua mereka pun sudah mulai mengenal saya dan sebagian tidak manaruh curiga tetapi ada juga yang masih menaruh curiga terhadap saya dimana ketika saya mewancarai salah satu empat keluarga pekerja anak. Sewaktu mewawancarai Ibu tersebut dan memang di lihat suaminya yang baru pulang kerja tersebut dan suaminya tidak berkomentar apa-apa karena langsung beristirahat tapi ketika sedang asik mewawancarai Ibu tersebut suaminya pergi pamitan untuk keluar mencari angin.


(32)

Tiba-tiba hand phone Ibu tersebut berbunyi dan yang yang menelpon adalah sang suami yang bertanya siapa teman yang datang kerumah kita itu dan sedang apa dan Ibu tersebut menjawab dengan tersenyum melihat kearah saya sambil mengaktifkan loudspeaker hand phone sehingga saya dapat mendengar pembicaraan dimana Ibu berkata ini Miss yang mengajar di TK mau bertanya tentang tugas kualiahnya yang berkaitan dengan pekerjaan Aldi anak kita lalu suami menjawab kirain siapa sebab jangan mudah percaya sama orang lain sekarang nanti kau di hipnotis maka habislah kau.

Saat mengambil foto-foto pekerja anak di lokasi kerja saya mendapat kendala karena saya tidak bisa terang-terangan mengambil foto mereka di karenakan salah satu orang tua pekerja anak yang ikut juga bekerja seperti anaknya melihat saya dengan pandangan yang tidak bersahabat. Hal ini di karenakan ketika pekerja anak melihat saya yang adalah Miss yang mengajari mereka di TK mereka langsung berlari menuju kepada saya yang mengakibatkan anak-anak tersebut tidak serius dalam bekerja meekipun saya sudah berkali-kali menyuruh mereka untuk bekerja. Apalagi pandangan orang-orang yang berhenti di lampu merah melihat saya di kerumuni oleh pekerja anak tersebut seolah-olah saya adalah seseorang yang sedang mengutip penghasilan mereka. Maka saya bersembunyi di balik tiang yang besar dengan ditutupi pohon-pohonan di pinggiran jalan dari situlah saya memfoto kehidupan para pekerja anak di lokasi kerja.


(33)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAERAH PINGGIRAN REL JL.SALAK

2.1. Kotamadya Medan

Kota Medan adalah salah satu Ibukota propinsi yang terbesar penduduknya di Indonesia. Letak kota Medan berada di bagian Timur Propinsi Sumatera Utara, serta berada diantara 2° 27' 30" 2° 47' 30" Lintang Utara dan

98° 35' 30" 98° 44' 30" bujur timur. Secara geografis, luas areal kota Medan

adalah 26.510 Ha dan berada pada ketinggian antara 2.5 37.5 meter di atas permukaan laut, dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar antara 27°C 29°C. dari luas wilayah keseluruh Kota Medan, di mana 9.225 ha untuk pemukiman, 1.862 ha untuk sektor jasa 740 ha untuk dicadangkan bagi penetapan lokasi perusahaan dan industri. Sisanya seluas 14.693 ha merupakan areal non-urban, dan 7.000 ha diantaranya akan dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan untuk sektor pertanian tanaman pangan.

Kota yang memiliki populasi penduduk sekitar 2.036.018 jiwa, dengan perwilayahan masing-masing 2 pembantu Walikota, 21 kecamatan dan 151 kelurahan, dengan tingkat pertumbuhan 2,15 persen pertahun sudah merubah keadaan kota Medan beberapa tahun silam (bahagian ini disarikan dari Informasi, Perdagagang, Industri dan Jasa Kota Medan). Dengan pendapatan perkapita penduduk sekitar US $ 1,450 (tahun 1996) sedikit banyaknya telah melahirkan perubahan sosial ekonomi masyarakat dari bebberapa tahun sebelumnya.


(34)

Posisis dan letak Kota Medan berada di dataran pantai Timur Sumatera Utara, persiss di antara Selat Malaka dan jajaran pengunungan vulkanis yang membujur dari Barat Laut sampai wilayah tenggara ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut, dengan kelembaban dan curah hujan yang relative tinggi. Secara geografis letak Kotamadya Medan dibatasi oleh:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kotamadya Binjai.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan PercutSei Tuan dan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Di Medan inilah para perantau mengadu nasib, membawakan diri dan mempertahankan identitas kultural. Setelah terjadi perluasan wilayah Kotamadya Medan, Kota Medan telah di huni 2.102.105 jiwa. (Pemko 2009). Lihat jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Pnduduk di Kota Medan dari Tahun 2005-2008 pada tabel 1 dibawah ini

TABEL 1

JUMLAH, LAJU PERTUMBUHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN TAHUN 2005-2008

Tahun Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah (KM²)

Kepadatan Penduduk(Jiwa/KM²)

2005 2.036.018 265,10 7.681

2006 2.067.288 265,10 7.798


(35)

2008 2.102.105 265,1 7929,5

Sumber: BPS Kota Medan (2009)

Saat ini, Kota Medan masih merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Mencari pekerjaan masih sangat sulit sehingga banyak para pekerja yang tidak mampu diserap dalam pasar kerja sehingga jumlah pencari pekerja tiap tahunnya berubah-ubah. Dapat kita lihat ditabel 2 di bawah ini.

TABEL 2

JUMLAH PENCARI KERJA YANG TERDAFTAR, DITEMPATKAN, DIHAPUSKAN DAN SISA DI KOTAMADYA MEDAN,2005-2008 (JIWA)

2005 2006 2007 2008

Belum ditempatkan tahun lalu

25312 73429 73429 8814

Terdaftar tahun ini 73429 22886 13336 16555 Ditempatkan tahun ini 48113 6539 12958 9554 Dihapuskan tahun ini 25131 56444 5504 5829

Sisa 25312 46412 12414 6370

Sumber: BPS Kota Medan (2009)

Di tahun 2009 ini, wajah Kota Medan sudah begitu padat, hampir sulit ditemukan ada ruas jalan yang sepi, lalu lintas yang semakin sibuk, para pedagang kaki lima, anak-anak yang bekerja dijalanan, gedung-gedung bersejarah satu persatu mulai diganti dengan bangunan yang lebih menguntungkan, pembangunan plaza-plaza yang mengakibatkan banyaknya kawasan kumuh yang masih bertahan saat ini.

Kini Pemerintah Kotamadya Medan telah menyiapkan pula sarana dan prasarana bagi menunjang sektor transportasi, sektor perumahan serta sektor


(36)

perdagangan, namun sayangnya kebijakan tersebut telah menafikan dan tidak memperhitungkan nasib rakyat kecil seperti penarik beca, pedagang kaki lima,pemulung, serta anak-anak yang bekerja di jalanan sebagai pengamen, pengemis, pedagang, pemulung, loper Koran, penyemir sepatu. Tidak satupun kebijakan Pemerintahan Kotamadya Medan yang berisikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan bagi pedagang kaki lima, penarik beca, pemulung juga anak-anak yang bekerja di jalanan dan kaum miskin lainnya.

Meningkatnya masyarakat miskin diperkotaan sebagai akibat dari urbanisasi dan minimnya perhatian pemerintah tersebut akan mudah diidentifikasi dengan meningkatnya jumlah pemukiman kumuh dan pemukiman liar yang di bangun dengan status yang tidak resmi yang slalu dianggap sebagai perusak keindahan kota dimana itu semua bukanlah kesalahan mereka semata tetapi ini juga kesalahan oleh pemerintah. Mereka tinggal seperti di pinggiran rel kereta api, di bawah kolong jembatan, di pinggir-pinggiran sungai, di kapling-kapling kosong dan lain-lain. Tentang kehadiranya pemukiman liar maupun pemukiman kumuh ini memang bukanlah hal yang baru di kota-kota besar termasuk Kota Medan, sudah cukup lama ini mewarnai kehidupan kota yang biasanya selalu berdampingan dengan proses terjadinya urbanisasi (Rusmin Tumanggor dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dietes Evers; 1982:273)

Bagi tiap orang yang pertama kali datang ke Kota Medan untuk mengadu nasib bukanlah seperti yang dibanyangkan sewaktu pertama kali membanyangkan fasilitas dari kota yang besar. Dengan demikian impian hanya sebatas impian dimana untuk terus melanjutkan kehidupan mereka dengan tidak mempunyai skill


(37)

yang baik maka banyak dari mereka yang bekerja menggunakan tenaga yaitu sebagai pemulung, pengemis, pengamen sampai mau tidak mau anak mereka pun ikut turun ke jalan untuk bekerja.

Kejadian fenomena anak seperti ini dapat setiap saat kita lihat bukan hanya di Kota Medan tetapi juga Kota Besar lainnya. Mereka, para anak-anak yang bekerja banyak berkeliaran di tengah jalan dengan memegang sebuah krincingan yang akan dipakai pada saat mereka mengamen, begitu juga mereka akan menggunakan tangan dan muka belas kasihan ketika sedang mau meminta kepada seseorang dan pemulung mereka membawa Goni sebagi tempat barang bekas yang mereka peroleh untuk di jual. Anak-anak ini banyak tinggal di emperan toko, di kolong jembatan. Tapi mereka banyak tinggal di daerah pinggiran rel kereta api dimana mereka ada yang mengikut dengan orang tua mereka maupun tidak. Di tempat-tempat tersebut merka mendirikan gubuk karena lahan tidak harus di beli.

Di Kotamadya Medan, para pekerja anak banyak yang bermukim di daerah pinggiran rel kereta apai di jalan salak, Kelurahan Pusat Pasar kecamatan Medan Kota. Sehingga penelitian kali ini dipusatkan pada pekekerja anak yang bermukim di lokasi tersebut.

2.2. Sekilas Mengenai Kecamatan Medan Kota.

Kecamatan Medan Kota adalah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Dengan luas kecamatan 7,99KM, Kecamatan Medan Kota merupakan jantung ekonomi dan bisnis serta pendidikan yang ada di Kota Medan. Jumlah penduduk,


(38)

luas wilayah kelurahan dan kepadatan penduduk di kecamatan Medan Kota ini dapat kita lihat di tabel 3 dibawah ini:

TABEL 3

JUMLAH PENDUDUK, LUAS KELURAHAN, KEPADATAN PENDUDUK PER KM Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Kota Tahun

2008

No Kelurahan Jumlah

Penduduk

Luas wilayah Kepadatan Penduduk Per

Km²

1 Siti Rejo I 9525 0,45 21167

2 Sudi Rejo II 7166 0,76 9429

3 Sudi Rejo I 12063 0,896 13463

4 Teladan Timur 11543 0,7 16490

5 Teladan Barat 3367 0,98 8228

6 Pasar Merah Barat 3367 0,318 10588

7 Mesjid 4094 0,28 14621

8 Kota Matsum III 7010 0,31 22613

9 Sei Rengas I 6184 0,291 21251

10 Pasar Baru 4875 0,225 21667

11 Pusat Pasar 3995 0,46 8685

12 Pandu Hulu I 5656 0,346 16347

MEDAN KOTA 83539 0,45 185642

Sumber: BPS Kota Medan (2008)

Dapat kita lihat saat ini, Kecamatan Medan Kota terdiri dari 12 Kelurahan yang di huni penduduk berjumlah 83539 jiwa dengan luas wilayah 0,45 dan kepadatan penduduk per Km². Saat ini, panjang jalan aspal yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Kota adalah 11.341,535 km.


(39)

Bila dilihat ari fasilitas umum yang tersedia di Kecamatan Medan Kota, sebenarnya sudah sangat layak. Fasilitas pelayanan umum di kKecamatan Medan KOTA ini dapat kita lihat di tabel 4 dibawah ini:

TABEL 4

FASILITAS PELAYANAN UMUM KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2008

No Fasilitas Jumlah

1 Air Bersih 27072 unit

2 Listrik 17161 unit

3 Gas 2385 unit

4 Rumah Ibadah 72 unit

5 Rumah Sakit 6 unit

Sumber: BPS Kota Medan (2008)

Data BPS tahun 2008 menunjukkan bahwa fasilitas umum air bersih sudah berjumlah sebanyak 27072 unit, fasilitas listrik sebanyak 17161 unit, fasilitas gas sebanyak 2385 unit, dan fasilitas bangunan rumah ibadah sebanyak 72 unit, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit sebanyak 6 unit. Tak kalah juga dengan fasilitas pendidikan, saat ini di Kecamatan Medan Kota dapat kita lihat di tabel 5 dibawah ini

TABEL 5

FASILITAS PENDIDIKAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2008

No Pendidikan Jumlah

1 TK 20 unit

2 SD / Sederajat 43 unit

3 SLTP / Sederajat 26 unit

4 SMU / Sederajat 31 unit


(40)

Telah tersedia 20 unit TK, 43 unit SD/sederajat, 26 unit SLTP/sederajat, 31 unit SMU/sederajat. Kecamatan Medan Kota memang layak jika disebutkan sebagai jantung perekonomian Kota Medan. Dapat kita lihat di tabel 6 dibawah ini:.

TABEL 6

FASILITAS PASAR DAN PERTOKOAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2008

No Pasar dan Pertokoan Jumlah

1 Pasar 8 unit

2 Pertokoan 72 unit

3 Supermarket 8 unit

4 Plaza 5 unit

Sumber: BPS Kota Medan (2008)

Setidaknya sejumlah pasar dan pertokoan sudah mulai ramai mendukung kengiatan perekonomian di kecamatan Medan Kota, diantaranya terdapat 8 pasar, 72 pertokoan, 8 supermarket dan 5 plaza

2.3. Kondisi Jalan Salak

2.3.1. Sejarah Daerah Pinggiran Rel Jl. Salak.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Persisnya fokus di daerah pinggiran rel Jl. Salak, Pusat Pasar, Medan. Secara geografis terletak di tengah jantung perekonomian Kota Medan.


(41)

Gambar 1. Lokasi Pemukiman Kumuh di Pinggiran Rel Jl. Salak, Kelurahan Pusat Pasar (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

Kawasan yang didirikan secara mandiri oleh komunitas masyarakat Jl. Salak ini, memanjang sejauh 1 Km, dimana rumah-rumah papan, kardus dan beberapa rumah permanent didirikan secara mandiri di kiri dan di kanan rel kereta api oleh komunitas yang terpinggirkan dari sistem administrasi kota. Dari hasil observasi, Jl. Salak membentang dari Jl. Sutomo ke Jl. Thamrin, untuk lebih jelaasnya batas-batas wilayah lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara, berbatasan dengan jalan salak.  Sebelah Timur, berbatasan dengan Jl. Thamrin  Sebelah Barat, berbatasan dengan Jl. Sutomo  Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jl. Asia

Dari segi Administratif, daerah pinggiran rel Jl. Salak termasuk dalam wilayah lingkungan VII – Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan kota. Dari hasil observasi dan monografi Kecamatan Medan Kota, letak kawasan daerah pinggiran rel ini sangatlah strategis, berbagai fasilitas umum sangat mudah di capai hanya dengan berjalan kaki dari kawasan daerah pinggiran rel ini. Untuk ke


(42)

Pusat Pasar, Pajak Sambu, Pusat Perbelanjaan (Medan Mall, Thamrin Plaza, dll) sangat mudah dicapai oleh komunitas yang umumnya bekerja di sector informal di kawasan tersebut. Areal tanah yang ditempati oleh para pekerja anak tersebut persis berada di bantaran rel kereta api, disisi kanan dan sisi kirinya. Disepanjang rel kereta api tersebut, tersebar batu kerikil tajam dan besar bertujuan menyangga “bantalan”rel kereta api.

Dari segi Administratif, daerah pinggiran rel Jl. Salak termasuk dalam wilayah lingkungan VII – Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan kota. Dari hasil observasi dan monografi Kecamatan Medan Kota, letak kawasan daerah pinggiran rel ini sangatlah strategis, berbagai fasilitas umum sangat mudah di capai hanya dengan berjalan kaki dari kawasan daerah pinggiran rel ini. Untuk ke Pusat Pasar, Pajak Sambu, Pusat Perbelanjaan (Medan Mall, Thamrin Plaza, dll) sangat mudah dicapai oleh komunitas yang umumnya bekerja di sector informal di kawasan tersebut. Areal tanah yang ditempati oleh para pekerja anak tersebut persis berada di bantaran rel kereta api, disisi kanan dan sisi kirinya. Disepanjang rel kereta api tersebut, tersebar batu kerikil tajam dan besar bertujuan menyangga “bantalan”rel kereta api.

Bila dilihat dari segi historis, lahan yang ditempati oleh masyarakat Jl. Salak adalah lahan milik PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api). Lahan ini sesungguhnya adalah jalur hijau yang seharusnya tidak boleh dibangun dengan bangunan penduduk. Namun dari hasil penelitian oleh fahmi Hidayat ditemukan bahwa komunitas Jl. Salak tersebut setidaknya dirintis sejak tahun 1960-an. Saat itu, penduduk yang pertama sekali merintis dan membersihkan sebidang tanah


(43)

kosong di kawasan pinggiran rel yang masih berupa alang-alang tersebut adalah Bapak Pardede. Namun saat ini, beliau sudah tidak lagi berada di kawasan tersebut. Lahan ini adalah lintasan rel kereta api Tanjung Balai-Medan.

Pada waktu itu, tempat tersebut dipergunakan para penjahat dan peampok sebagai tempat persembunyian atau pelarian setelah melakukan aksinya. Baru pada tahun 1965, polisi merazia dan menangkapi gelandangna maupun pemulung yang tinggal di lokasi tersebut. Situasi tersebut bertepatan juga dengan pembersihan dan penangkapan yang terlibat pemberontakan G 30S PKI. Orang-orang yang lolos dari penangkapan maupun yang keluar dari dari pemeriksaan, kembali beralih menenpati kawasan rel kereta api tersebut.

Pada mulanya gelandangan yang tinggal di daerah pinggiran rel kereta api tersebut hanya berjumlah 8 orang. Mereka keseluruhan adalah laki-laki. Pekerjaan mereka adalah mencuri dan mencopet. Biasanya yang dicuri adalah tape mobil atau merampok uang dari orang yang hendak berbelanja di pagi hari. Umumnya, barang curian tersebut mereka jual kepada penadah beretnis Cina. Selanjutnya gelandangan dan pemulung yang tinggal di pinggiran rel kereta api tersebut semakin banyak. Bahkan gelandangan dan pemulung yang tinggal di bantaran rel tersebut semakin banyak. Bahkan gelandangan lain yang semula bermukim di kolong jembatan dan pinggiran sungai, juga mulai pindah kelokasi tersebut. Saat yang sama, migrasi penduduk desa yang tidak memiliki sanak saudara di Medan, juga mulai membangun gubuk di pinggiran rel tersebut untuk tempat berteduh sementara.


(44)

Tahun 1971, pihak PJKA mulai melarang pengemis, gelandangan dan pemulung untuk tinggal di bantran rel kereta api tersebut. Gubuk-gubuk mereka di gusur dan penghuninya di usir. Pengusiran tersebut juga melibatkan oknum ABRI dan pejabat pemerintahan kelurahan. Namun malam harinya, mereka kembali menempati lokasi tersebut. Kejadian ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan berkali-kali mereka balik ke lokasi tersebut. Pada tahun 1985, kembali penggusuran dilakukan, kerjasama PJKA dan Dinas Sosial. Sebagian mereka di bawa ke rumah Pimbinaan Sosial I Binjai. Sebagian yang mau transmigrasi, di transmigrasikan oleh pemerintah. Namun karena mereka tidak memiliki keterampilan bertani, serta harus merintis lagi kehidupan baru yang keras di lokasi yang baru, maka pada umumnya mereka kembali ke pinggiran rel kereta api tersebut. Akhirnya PJKA tidak mampu mengatasi hal tersebut dan membiarkan saja mereka tetap bermukim di lokasi tersebut.

Orang-orang yang pertama kali menempati daerah pinggiran rel ini menjadi pemukiman, kemudian menyewakan rumah-rumah petak yang dimilikinya kepada pemukim selanjutnya. Meskipun orang-orang pertama tersebut pindah ke tempat lain bertahun-tahun berikutnya, tetap saja pemukim baru harus membayar sewa kepada pembuka lahan terdahulu maupun kepada keturunannya.

2.3.2. Kependudukan

Dari hasil bantuan pendataan yang dibantu oleh masyarakat di pemukiman tersebut, di laporkan bahwa di kawasan pinggiran rel Jl. Salak tersebut terdapat sebanyak 125 KK yang tinggal menetap di Jl. Salak tersebut. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah pinggiran rel Jl. Salak tersebut berkisar 250 jiwa yang


(45)

terdiri dari orang dewasa, pemuda, remaja, serta anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah ini tentunya sangat besar dan seharusnya diberi perhatian lebih oleh pemerintah sebagai warga masyarakat kota yang terpinggirkan. Meskipun masuk dalam Kelurahan, tetapi pemerintah setempat tidak mengakui masyarakat di pinggiran rel Jl. Salak ini sebagai warganya dan semua masyarakat yang ada di Jl. Salak ini tidak memiliki KTP dan Kartu Keluarga dari Kantor Lurah Jalan Salak, kalaupun punya maka yang mereka miliki adalah KTP dan Kartu Keluarga dari daerah lain atau tempat mereka tinggal sebelum di Jl. Salak.

2.3.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Umumnya, masyarakat daerah pinggiran rel Jl. Salak terdiri empat suku bangsa dapat kita lihat pada tabel 7 dibawah ini :

TABEL 7

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN SUKU BANGSA TAHUN 2010

No Suku Bangsa Jumlah

1. Batak Toba 50%

2. Batak Mandailing 30%

3. Jawa 15%

4. Padang 5%

Jumlah 100%

Sumber : Survei, Januari-Februari 2010

Empat Suku bangsa itu yaitu Suku Bangsa Batak Toba, Suku Bangsa Batak Mandailing, Suku Bangsa Jawa, Suku Bangsa Padang. Suku Bangsa Batak Toba, dari hasil survey, ditemukan sekitar 50% adalah Suku Bangsa Batak Toba dan yang minoritas adalah Suku Bangsa Padang yang hanya 5%.


(46)

2.3.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk di Jl. Salak hanya memiliki 2 Variasi agama, dapat kita lihat di tabel 8 dibawah ini :

TABEL 8

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT AGAMA TAHUN 2010

No Agama Jumlah

1. Kristen 50%

2. Islam 50%

Jumlah 100%

Sumber : Survei, Januari-Februari 2010

Penduduk Jl. Salak hanya didominasi 2 agama besar, yaitu Kristen dan Islam dengan jumlah masing-masing 50%. Bila dilihat, fasilitas yang tersedia juga mendukung tumbuh kembangnya agama tersebut.

2.3.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pecaharian

Penduduk di Jl. Salak berdasarkan mata pencaharian di bagai atas lima jenis pekerjaan. Adapun jenis pekerjaan dapat di lihat pada tabel 9 berikut :

TABEL 9

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN TAHUN 2010

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Pemulung 60%

2. Menyari 20%

3. Pengga li Parit 5%

4. Bengkel 5%

5. Berjualan 10%

Jumlah 100%


(47)

Pekerjaan masyarakat Jl. Salak sebagai mata pencaharian sangat beragam, mulai dari pemulung (60%) sebagai pekerjaan utama yang dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan, pekerjaan lain adalah menyari yang banyak dilakukan oleh kaum istri (20%), Penggali parit (5%), Bengkel (5%), dan berjualan jualan goreng, kebutuhan rumah tangga, dan nasi (10%).

2.3.3. Perumahan Penduduk

Perumahan penduduk di Jl. Salak umumnya saling berdekatan dan berhimpitan, sehingga rumah yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki pembatas dan banyak setiap rumah yang belum memiliki jendela samping atau belakang diakibatkan rumah-rumah di bangun terlalu rapat. Rumah di Jl. Salak ini dapat dibagi kedalam tiga bagian yaitu: rumah permanen, semi permanen, non permanen. Tiga bangian rumah penduduk akan dijelaskan di bawah ini :

1. Rumah permanen

Rumah permanen umumnya di pemukiman ini masih bisa dihitung sebab yang punya dan menempati rumah permanen ini juga adalah orang-orang yang sudah lama tinggal di pemukiman ini dan mempunyai pekerjaan yang penghasilan yang baik. Rumah jenis ini sudah ada yang mempunyai kamar mandi sendiri tetapi ada juga yang tidak mempunyai kamar mandi sendiri. Lantai rumah sudah ada terbuat dari keramik juga ada yang dari semen tidak lagi dari tanah yang dikeringkan, sedangkan jendela sudah dari kaca nako dan jeruji besi.


(48)

Gambar 2: Bentuk rumah permanen di Jl. Salak (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

2. Rumah semi permanen

3 x 4 meter, 5 x 4. Rumah ini jenisnya berbentuk setengah batu, berdindingkan papan dan berlantaikan semen dan atap rumah terbuat dari seng dan rumah sudah ada yang di cat maupun belum dicat dimana ada rumah yang sudah memiliki lantai keramik maupun menggunakan semen biasa sebagai lantai rumah mereka. Di ruangan ini semuanya terletak, baik yang tidak memiliki ruang kamar maupun yang memiliki ruang kamar yang seadanya. Rumah ini dimanfaatkan juga sebagai kedai baik jualan nasi maupun jualan jajanan, rokok, keperluan untuk mandi dan mencuci. Ada juga yang menjadikan pekarangan rumahnya di jadikan tempat untuk meletakkan hasil kumpulan barang bekas yang telah dicari.


(49)

Gambar 3: Bentuk Rumah Semi Permanen di Jl. Salak (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

3. Rumah non permanen

Kebanyakan rumah di pemukiman Jl.Salak ini adalah non pemanen. Rumah yang dimaksud disini adalah rumah yang memiliki tata ruang dan bentuknya sangat memprihatinkan dimana mereka bisa tinggal dirumah yang sepantasnya tidak layak untuk dihuni sebab rumahnya sudah hampir tumbang dan udara kurang masuk kedalam rumah.

Rata-rata ukuran tiap rumah non permanen ini terdiri dari 2 x 3 meter persegi dimana sebagian bangunan rumah itu terbuat dari triplek bekas dan papan yang mereka dapatkan dari tetangga yang pekerjaannya pemulung dan hasil dari memulung mereka di kawasan sambu. Beratapkan seng bekas maupun terpal serta berlantaikan semen atau tanah yang dikeraskan. Diruangan 2 x 3 meter ini segalanya dimanfaatkan baik itu dari ruang tamu, ruang kamar maupun ruang keluarga juga ruang dapur. Di ruangan inilah mereka meletakkan seluruh barang


(50)

yang dimilikinya baik dari barang elektronik seperti TV, VCD, Tape Recorder, Kipas dan peralatan dapur mereka.

Gambar 4 : Kondisi Keadaan Rumah Non Permanen di Jl. Salak (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

2.3.4. Sarana dan Prasarana

Pemukiman daerah pinggiran rel kerata api ini sangat kontras bila dilihat dengan pemukiman lain disekitarnya. Baik dari kelengkapan sarana dan fasilitas, maupun penataan pemukiman yang tergolong kumuh. Sarana dan prasarana di lokasi ini juga berdampak dari ekonomi mereka yang masih rendah dan masih hidup serba kekurangan. Ini dapat kita lihat dari kebanyakannya perumahan penduduk yang non permanen yang sudah tidak layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman.


(51)

Sistem penyediaan prasarana dan sarana dalam skala lingkungan harus dikendalikan secara keseluruhan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau serta peningkatan kualitas pemukiman.

Adapun sarana dan prasarana di pemukiman Jl. Salak ini adalah pendidikan, ibadah, jamban umum, sumur umur, tempat air minum dan listrik.

2.3.4.1. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu jalan dalam meningkatkan kedudukan dan martabat seseorang. Kelangsungan pendidikan haruslah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Di pemukiman Jl. Salak ini memiliki TK yang bernama TK Dian Bersinar Foundation, sehingga anak-anak Jl. Salak ini yang masih berumur 3 ½ - 6 tahun di sekolahkan di TK ini setelah itu anak-anak kebayakan melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 060801 Thamrin.

Meskipun sudah ada TK di pemukiman tersebut ada juga sebahagian anak yang sudah bersekolah tidak lagi bersekolah dikarenakan masih sulit bangun pagi dan lebih memilih bermain-main juga ikut dengan orang tua mereka kemana orang tuanya pergi.


(52)

Gambar 5: Sekolah tempat anak-anak di pemukiman. (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

2.3.4.2. Sarana Ibadah

Berdasarkan agama yang terdapat di pinggiran rel kereta api ini dapat diketahui bahwa masyarakat beragama Islam dan Kristen seimbang jumlahnya, dengan 4 Suku Bangsa yaitu Batak Toba, Batak Mandailing, Jawa dan Padang. Jumlah bangunan mushola ada 1 buah dan jumlah bangunan gereja juga ada 1 buah dengan kondisi gereja yang sangat sederhana dimana apabila kita melihatnya bukan seperti gereja, tapi karena setiap minggu selalu ada kebaktian dan setiap hari rabu dan jumat warga mengadakan kebaktian dimulai jam setengah 5. Gereja ini sering dijadikan anak-anak sebagai tempat bermain dan warga untuk tempat beristirahat jikalau tidak berlangsung acara kebaktian. Para perangkat acara yang melayani di gereja di pemukiman ini datangnya dari luar lokasi pemukiman yaitu memang masih sekitar kota dan gereja yang ada di Medan.


(53)

2.3.4.3. Sarana MCK (Mandi, Cuci, Kakus)

Salah satu bagian rumah yang tidak kalah pentingnya adalah MCK yaitu kamar mandi dan jamban. Apabila jamban atau kamar mandi tidak ada terlebih-lebih bagi penduduk didaerah kota tidak bisa dibanyangkan, mungkin akan kembali lagi mencuci di kali. Kondisi MCK di Jl. Salak ini bisa dikatakan masih untung daripada tidak ada sama sekali, meskipun jumlah dan kondisinya sangat sederhana. Kamar mandi umum di Jl. Salak ini ada 2 buah dan jamban umum ada 1 buah. Ada sebagian rumah yang permanen sudah memiliki kamar mandi meskipun masih sangat sederhana. Kamar mandi umum tersebut tidak ditutupi apa-apa sehingga yang mandi akan terlihat oleh umum.

Gambar 6: Keadaan Kamar Mandi umum di Jl. Salak yang sedang di pakai seorang warga umtuk membersihakan hasil bototnya berupa paku (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

Setiap wanita yang mandi memakai sarung sedangkan pria memakai celana yang biasanya mereka pakai celana pendek saat mandi dan cara warga memakai kamar mandi tidak mempunyai aturan sebab jikalau mau pakai silakan di pakai meskipun harus sempit-sempitan. Jamban umum ini umumnya hanya


(54)

ditutupi oleh kain plastik dan triplek yang seadanya sehingga apabila orang yang lagi buang air besar tersebut berdiri maka akan terlihat secara umum.

Tidak jarang juga anak-anak malas bung air besar di jamban ini dikarenakan lokasinya yang begitu menyeramkan bagi anak-anak dan jarak yang sedikit jauh membuat anak-anak malas untuk berjalan dari rumah dan memang kebanyakan anak-anak buang air besar diparit rumah mereka masing-masing yang bila kita lihat setiap rumah yang anaknya sudah terbiasa buang air besar di parit mempunyai persediaan air di dalam ember yang terletak di depan rumah, yang dimana ketika mereka selesai buang air besar maka tidak repot-repot lagi mengambil dari kamar mandi.

Gambar 7: Keadaan Jamban umum yang di pakai oleh warga di Jl. Salak (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)


(55)

Gambar 8: Kondisi tempat anak-anak buang air besar (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

2.3.4.4. Sarana Air Minum Umum

Air merupakan komuditi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pentingnya air bagi kehidupan manusia dapat dilihat dari hampir seluruh aktifitas kehidupan manusia memerlukan air, terutama untuk memasak maupun untuk air minum sehingga manusia perlu menggunakan air sebaik mungkin. Kebersihan air yang akan di komsumsi sangat perlu dijaga sebab apabila air yang akan dikomsumsi tidak bersih bisa menimbulkan penyakit.

Tempat air minum umumnya di Jl. Salak itu hanya 1 buah jumlahnya yang berupa fasilitas air PAM yang kadang-kadang sering mati sehingga warga mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih. Bagi anak-anak di Jl. Salak hal yang sudah biasa apabila meminum air PAM itu secara langsung tanpa dimasak.


(56)

Gambar 9: Air PAM yang di satu-satunya di pakai warga secara bergantian (doc; Minarwaty Sinaga, 2010)

Cara warga mengambil air PAM ini adalah secara bergantian dimana siapa yang duluan datang maka dia yang pertama kali mengisi tempat air yang mau diisi. Biasanya warga membawa jeregen minyak yang besar untuk tempat stok air mereka karena takut tiba-tiba mati air dan karena capek jika bolak-balik harus mengambil air sebab lokasi tempat air PAM ini di depan sekali sudah hampir dekat pasar.

2.3.4.5. Sarana Listrik

Pada dasarnya setiap manusia ingin mencari kepuasan dalam hidupnya termasuk didalam memanfaatkan listrik. Saat ini setiap waktu orang membutuhkan listrik, tidak terlepas pada malam hari, saja tetapi juga pagi hari, siang hari dan sore hari. Hal ini disebabkan listrik mempunyai multi fungsi, tidak terbatas untuk penerangan tetapi juga untuk penerangan tetapi juga untuk hal-hal


(57)

yang bersifat praktis. Dengan demikian pada prinsipnya penduduk membutuhkan pelayanan listrik yang benar-benar memuasakan.

Kehadiran PLN jelas sangat memberikan arti bagi kehidupan masyarakat tapi, sayangnya PLN tidak memberikan fasilitas ke pemukiman ini maka masyarakat di Jl. Salak ini juga tidak mau hidup di kegelapan atau hidup menggunakan semprong atau lilin. Umumnya listrik langsung ditarik dari tiang kerumah-rumah mereka. Meskipun ini membahayakan karena dapat menyebabkan kebakaran serta kerungian yang besar pada pemerintah, namun PLN tampaknya juga tutup mata terhadap situasi ini.

Dapat kita lihat rincian fasilitas umum di pemukiman Jl. Salak ini pada tabel di bawah ini :

TABEL 10

FASILITAS UMUM DI JALAN SALAK TAHUN 2010

No Fasilitas Umum Jumlah

1. TK 1 buah

2. Mushola 1 buah

3. Gereja 1 buah

4. Jamban Umum 1 buah

5. Sumur Umum 2 buah

6. Tempat Air Minum Umum 1 buah

Jumlah 7 buah

Sumber : Survei, Januari-Februari 2010

Dapat kita lihat pada tabel diatas bahwa fasilitas umum yang ada di Jl. Salak berjumlah 7 buah dengan fasilitas umum seperti TK berjumlah 1 buah, Mushola berjumlah 1 buah, Gereja berjumlah 1 buah, Jamban Umum berju,lah 1 buah, Sumur umum berjumlah 2 buah, dan tempat air minum berjumlah 1 buah


(58)

BAB III

PROFIL PEKERJA ANAK

3.1. Potret Hadirnya Pekerja Anak

Tidak ada catatan pasti tentang asal mula kehadiran pekerja anak di Jl. Salak ini. Dari informasi hasil wawancara para pekerja anak diperoleh informasi bahwa tidak tau kapan mulai munculnya pekerja anak.

Awalnya dulu anak lebih sering memulung barang bekas menemani orang tuanya, atau pergi bersama teman-teman lainnya. Menurut mereka memulung lebih banyak membuang waktu dan tenaga, sangat melelahkan karena harus berjalan disepanjang pasar maupun gang-gang rumah. Hasil memulung terkadang memuaskan dikarenakan sudah banyak pemulung yang menggunakan becak barang maka mereka yang hanya berjalan kaki kurang mendapatkan hasil yang banyak.

Bermula pada saat hari besar dan hari libur inilah dimanfaatkan untuk bekerja. Sebagian orang tua di tempat ini menganggap hari besar ini sama saja dengan hari-hari biasa dikarenakan mereka tidak punya uang untuk pulang kampung. Pekerjaan orang tua yangb awalnya memulung kini ditambah dengan menyari1

1

Sebutan yang mereka buat sendiri untuk pekerjaan pengemis di lampu merah.

. Hasil yang didapat lumayan sehingga orang tua mereka tidak jarang membawa anak-anak mereka untuk menyari juga. Untuk memperkuat bahwa mereka benar-benar menggunakan waktu libur dan hari besar untuk bekerja adalah hasil wawancara bahwa :


(59)

“Awalnya menyarinya Miss apabila hari-hari besar aja seperti Hari Raya, Hari Raya Haji, (Ita, 10 tahun).

Menurut anak-anak menyari itu lebih enak karena bisa mendapatkan uang Rp.100.000 dalam waktu 2-3 jam dibandingkan dengan memulung Rp. 75.000 /minggu. Seperti dikatakan pekerja anak yang di wawancarai :

“Enak menyari di Hari Raya banyak dapatnya, kadang di kasih uang merah atau uang biru, Cuma bilang Om…mintalahlah uangnya soalnya belum makan trus Om tersebut memberi uang 100.000 dari kaca mobilnya “(Nina, 6 tahun)

Pekerja Anak yang lain juga mengatakan

“Kalau Hari Raya orang-orang gak pelit kasih uang karena katanya amal ibadah mereka “ ( Koliza, 8 tahun)

Untuk membantu orang tua, mereka akhirnya meneruskan untuk menyari. Sebagian dari mereka menjadi pengamen, berjualan, tidak jarang kadang-kadang mereka masih mau memulung. Meihat kondisi ekonomi keluarga yang sudah membaik maka sebagian para pekerja anak yang dulunya bekerja kini tidak bekerja lagi.

Seperti penuturan mantan pekerja anak:

“Bapak dan Mamak tidak memberi izin lagi untuk menyari karena bapak sudah bekerja“ (Maslin, 10 tahun)

Kehadiran pekerja anak dari Kelurahan Pusat Pasar ini membuat wajah Kota Medan menjadi sembraut merusak pandangan mata khususnya persimpangan lampu merah tempat mereka melakukan pekerjaan dengan tubuh yang dekil itu bergerak lincah mengamen dengan suara dan alat untuk musik yang pas-pasan juga menyari dan berjualan menawarkan dagangannya. Mereka datang dan bekerja seperti itu untuk satu tujuan yaitu uang yang terutama untuk keluarga dan sekolah juga jajan.


(60)

3.1.1. Sosok Pekerja Anak

Pekerja anak dapat di lihat dari kondisi fisik pekerja anak ini yang berusia 6-15 tahun dibagi menjadi 2 golongan. Golongan yang berumur 6-10 tahun, kondisi yang seharusnya masih di manja dan di sayang oleh orang tua dan masa untuk bermain-main dengan teman-temannya. Tetapi kondisi anak yang ada di Jl. Salak yang berumur 6-10 tahun ini harus mengalami hilangnya masa-masa indah tersebut. Ini terjadi karena kondisi kehidupan keluarga yang tidak mendukung bahkan berkekurangan, dimana orang tua sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

Masa anak-anak yang menyenangkan harus di tukar dengan berkewajiban membantu orang tua. Akibatnya kondisi fisik anak buruk dan kurang sehat. Badannya kurus, kulitnya bersisik agak kehitaman terbakar matahari, berdaki, bertungkik, rambut kemerahan dan agak kasar. Sedangkan pada golongan yang berumur 11-15 tahun. Kondisi mereka sedikit berbeda, lebih bersih jika dibandingkan dengan anak-anak yang di kelompok golongan pertama tetapi tidak di pungkiri juga bukan selamanya mereka terlihat bersih.

Kesehatan itu penting bagi setiap orang karena kalau kita sakit kita tidak bisa melakukan aktivitas kita dengan baik sehingga banyak yang hal yang tidak bisa di lakukukan. Melihat kondisi fisik anak yang tidak seharusnya berkeliaran dari pagi bahkan sampai tengah malam di jalanan berjuang untuk mendapatkan uang tanpa memikirkan bahayanya polusi udara yang setiap saat mereka hirup dan bahaya teriknya sinar matahari dan angin malam ditambah lagi dengan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka yang tidak mendukung baik dari segi kesehatan


(1)

hidup untuk memenuhi kebutuhan hari ini dan kebutuhan hari esok ya dicari kembali.

5.2. SARAN

Saran penulis di dalam hasil penelitian ini di tujukan kepada empat orang yaitu : Orang tua, Pemerintah, Pekerja anak, dan masyarakat umum. Paparan saran Penulis untuk ke keempat orang tersebut.

1. Orang tua

Bagi orang tua janganlah ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga membuat orang tua melibatkan anak yang seharusnya tidak layak dan belum pantas untuk menanggung beban yang seharusnya di cukupkan. Hal ini dapat menyebabkan pada saat anak memasuki dunia kerja tidak mempunyai kompetensi seperti yang diharapakan. Akhinya mereka akan bekerja dan berpenghasilan tidak jauh berbeda dengan orang tuanya. Sehingga kemiskinan tersebut akan bersifat turun-temurun. Sebab peran orang tua dalam proses perkembangan anak adalah memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, merawat, mengasuh, memberikan kasih sayang dan mencukupkan segala kebutuhan anak.

2. Pemerintah

Bagi pemerintah dalam mengembalikan pekerja anak kepada kedudukannya sebagai anak dalam keluarga dan Negara serta pemberdayaan dan peningkatan pendapatan keluarga, pemerintah hendaklah melakukan program pembangunan mendahulukan masyarakat lapisan bawah. Pembangunan


(2)

dilakukakan haruslah diutamakan dan di dahulukan dari bawah, dimana jumlah penduduk miskin semakin meningkat.

3. Pekerja anak

Bagi pekerja anak, berbahagialah ketika kalian bisa menjadi anak yang patuh terhadap orang tua dan menghasilkan sesuatu buat keluarga karena banyak anak-anak yang hanya membuang-buang waktu mereka dengan bermain dan menghabiskan uang orang tua mereka, mekipun kalian harus memikul beban yang seharusnya tidak kalian tanggung. Ingatlah setiap kondisi hidup yang kalian alami sekarang tidak akan terus kalian alami jikalau kalian benar-benar tidak menomor duakan sekolah daripada bekerja. Karena dengan bersekolah kalian bisa mendapatkan Ilmu Pengetahuansebagai bekal hidup untuk mencapai cita-cita kalian. Jangan lupa juga selalu berserah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

4. Masyarakat Umum

Bagi masyarakat umum janganlah menganggap dan memandang pekerja anak dengan stigma negatif sebab mereka hanyalah orang-orang yang terlahir dengan keadaan yang kurang beruntung. Oleh sebab itu jaganlah menambah beban yang sudah berat mereka pikul karena apabila kita dihadapkan dengan posisi mereka belum tentu kita bisa bertahan untuk melakukannya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bilman, Nainggolan

2009 Bahan Seminar : Perlindungan Anak, Medan

Dinas Tenaga Kerja

2009 Bahan Seminar : Pengenalan Pekerja Anak, Medan

Joni, M & Tanamas

1999 Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Koentjaranigrat

1982 Masalah-masalah Pembangunan: Bunga Rampai Antropologi Terapan, Jakarta : LP3ES

1989 Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta : Universitas Indonesia

Mardimin, Yohannes

1996 Kritis Proses Pembangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius Yogyakarta

Menno, dkk


(4)

Ranjakar, Jacobus

2006 Suatu Pengantar Sistem Sosial Indonesia, Bandung : Ghalia Indonesia

Sairin, Sjafri dkk

2000 Pengantar Antropologi Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Silaban, Farida

2009 Pola Pemukiman Nelayan ( Studi Deskriptif Kampung Nelayan Lingkungan XII Klurahan Belawan I ). Skripsi S1 Antropologi Fisip USU, tidak diterbitkan

Suparlan, Parsudi

1986 Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta :Rajawali PRES

Tjandraningsih, Indrasari

1995 Pemberdayaan Pekerja Anak (Studi Mengenai Pendampingan Pekerja Anak), Bandung : Yayasan AKATIGA

Usman & Nachrowi

2004 Pekerja Anak di Indonesia. Kondisi, Determinan dan Eksploitasi

(Kajian Kuantitatif), Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

White, Benyamin

1983 Partisipasi Anak Dalam Ekonomi Rumah Tangga di desa Jawa, dalam Koentjaraningrat ”Masalah-masalah

Pembangunan ”, Jakarta: LP3ES.

Zulkarnaen, wan

2005 Permukiman Kumuh di Perkotaan (Studi Kasus di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan). Medan :USUpres


(5)

Harian Seputar Indonesia, 6 April 2007 Media massa di Jakarta, tahun 2002 (http://id.Wikipedia.org/Wiki/Ekonomi)

http://www.uksw.edu/archives/docs/pskti/2008-11-06_-_Prosiding_Diskusi_PSKTI_Tentang_ANAK_JALANAN.pdf. http://rezaantonius.multiply.com/journal/item/

Lampiran

Daftar Informan

1. Nama : Ita Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 2. Nama : Kiki

Umur : 8 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Nama : Koliza

Umur : 8 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 4. Nama : Siti

Umur : 8 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 5. Nama : Aldi

Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Nama : Endang

Umur : 7 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 7. Nama : Nina

Umur : 6 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 8. Nama : Dio


(6)

Umur : 7 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki 9. Nama : Fitri

Umur : 12 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 10. Nama : Madan

Umur : 13 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

11. Nama : Markus Umur : 8 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki 12. Nama : Dosri. S.sos

Umur : 29 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 13. Nama : Bujing

Umur : 46 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 14. Nama : Ende Siahaan

Umur : 59 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 15. Nama : Dewi

Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 16. Nama : Borpas

Umur : 44 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 17. Nama : M. Pasaribu

Umur : 31 tahun Jenis Kelamin : Perempuan 18. Nama : Pak Abraham

Umur : 44 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki