Keluarga Siti Kontribusi Pekerja Anak Dalam Ekonomi Keluarga

99

4.4.2. Keluarga Siti

Lokasi tempat tidur yang harus Siti alami selama 1 bulan ini selalu tidak tetap terkadang di teras kantor Pemuda Pancasila dan sekarang tidur di gereja dimana menjadi tempat untuk melepaskan lelah yang harus Siti, mamak dan adik- adiknya lakukan pada siang maupun malam. Hanya beralaskan kain sarung dan juga karton mereka tidur di tambah lagi kondisi malam yang begitu dingin dan nyamuk yang selalu tidak hentinya menggingit tubuh mereka membuat Siti semakin membenci Bapak tirinya tersebut karena mengusir mereka dari rumah. Kulit hitam manis, rambut sebahu, bentuk wajah yang oriental, mudah disuruh dan pakainya yang selalu lumayan bersih dan tidak kusam dari teman- temannya ini membuatnya tampak manis bila di lihat memiliki nama siti yang sekarang sedang duduk di kelas 4 SD NEG 060801 Thamrin. Siti adalah anak yang tidak jarang tinggal di rumah dan pernah absen setiap harinya datang ke Yayasan Dian Bersinar sehabis pulang sekolah bahkan sampai makanpun lebih sering di Yayasan Dian Bersinar. Hal ini di sebabkan karena mamaknya menyuruhnya supaya jangan sekali-kali untuk tinggal di rumah jikalau mamak tidak di rumah sebab mamaknya ini tersebut takut kalau-kalau suaminya keduanya ini yaitu bapak tiri Siti sekarang silap mata lalu memperkosanya. Universitas Sumatera Utara 100 Siti adalah anak hasil pernikahan Ibu Pasaribu tersebut dengan suaminya yang bermarga Batu-bara, dimana Siti terlahir sebagai anak nomor 5 dari 5 bersaudara tetapi abangnya 2 orang yang nomor 2 dan 4 telah meninggal dunia di karenakan sakit dan terkontak listrik di Tirtanadi ketika ingin pulang kerumah selesai mengamen bersama dengan Siti dimana hujan turun dengan lebatnya. Abangnya yang nomor 1 yang berumur 20 tahun sekarang sedang berada di penjara karena ikut berkelahi dengan teman-temannya sehingga mengakibatkan tewasnya lawan mereka, sedangkan kakaknya yang bernama Inur yang berumur 14 tahun dan tamatan kelas 4 SD ini bulan 8 kemarin berangkat ke Jakarta ke tempat tulangnya sama seperti alasan Siti tidak di bolehkan berada di rumah apabila mamak tidak di rumah dan sekarang sudah bekerja sebagai baby sister. Seperti yang diceritakan mamak Siti yang sering disebut tetangganya dengan sebutan Borpas atau Boru Pasaribu adapun perpisahan antara Ibu Pasaribu ini dengan suaminya dulu di karenakan oleh mertuanya sendiri dimana memang dari dulu sebelum menikahpun orang tua pihak laki-laki sudah tidak setuju dengan hubungan kami tetapi karena mantan suami saya itu sudah tekad mau menikahi saya akhirnya orang tuanya setuju dan kami menikah dan sampai mempunyai 5 anak. Saya dan mantan suami dulunya hidup rukun bahagia tidak seperti sekarang ini terlantar dan sangat susah karena kerja saya dulu adalah cuma mengurus keperluan rumah tangga dan anak sebab mantan suami saya ini kerja di kantor. Tetapi tidak tau mengapa mungkin karena memang sudah dari awal mertua saya tidak menyukai hubungan kami akhirnya mertua saya tersebut membuat dan mengobat-obati mantan suami saya tersebut agar benci kepada saya Universitas Sumatera Utara 101 dan pisah dari saya akhirnya mereka berhasil memisahkan saya dengan suami saya. Maka anak-anak semua saya bawa dan tidak lama menjelang kejadian tersebut saya mendengar mantan suami saya tersebut menikah dengan paribannya atas perjodohan. Mempunyai teman yang ada di Medan maka Ibu borpas ini membawa semua anaknya ke Medan dan tinggal bersempit-sempitan di rumah temannya itu di jalan Chalianda sambil bekerja berjualan membantu temanya tersebut di pajak Sambu. Akhirnya ketika sudah memiliki tabungan Ibu Borpas ini menyewa rumah di Jalan Salak dan tidak lagi membantu temannya tersebut berjualan. Di lokasi inilah Ibu Borpas ini bertemu dan berkenalan dengan Bapak Mulia Tambunan yang menjadi suaminya sekarang meskipun terpaut usia yang jauh berbeda sebab Bapak Tambunan ini dulunya masih lajang sedangkan Ibu Borpas ini Janda beranak 3 sebab pada saat itu anaknya 2 orang tersebut sudah meninggal. Sebenarnya Ibu Borpas ini tidak mau menikah dengan Pak Mulia Tambunan karena tidak mencintainya tetapi supaya mertuanya dan suaminya tau bahwa meskipun sudah janda beranak 3 dia dapat mencari pengganti mantan suaminya tersebut. Akhirnya Ibu Borpas dan Pak Tambunan ini pun menikah dimana atas hubungan pernikahan kumpul kebo dari hubungan ini mereka mempunyai 2 anak perempuan dan laki-laki yang di beri nama yaitu Azizah dan galang. Azizah ini mirip sekali dengan bapaknya dan lebih suka bersama bapaknya kalau bisa kemana bapaknya pergi dia minta ikut. Azizah ini dulunya sekolah di play group di Yayasan Dian Bersinar tetapi sekarang tidak lagi karena dia selalu menangis bila diantar ke Yayasan Dian Bersinar karena ingin bersama kemana mamak dan Universitas Sumatera Utara 102 bapaknya pergi. Terkadang Azizah karena sudah terbiasa minta ikut kemana mamak dan bapaknya ini pergi membuat mamaknya ini emosional sehingga memukulnya ketika minta ikut dan terakhir membiarkan anaknya ini menangis direl, padahal ada kakaknya Siti yang mau menjaganya tetapi dia tidak mau. Memasuki hubungan kumpul kebo selama 5 bulan Pak Tambunan ini mengurangi kesedihannya dan memberikan uang bulanan untuk di belanjakan keperluan sehari-hari tetapi setelah bulan berikutnya suaminya tersebut tidak memberikan uang untuk di belanjakan maka terjadilah pertengkaran antara mereka berdua yang mengakibatkan sampai sekarang tidak akur dan di luar pun seperti orang tidak saling mengenal satu sama lain tetapi tetap tinggal satu rumah dengan kondisi suaminya tersebut tidur di luar rumah yang telah di bangun seperti kamar kecil dari triplek sisa-sisa pulungan tetangganya. Dengan kondisi seperti inilah dan tidak mempunyai kahlian apa-apa maka Ibu Borpas ini mengikut i tetangga-tetangganya yang bekerja di lampu merah yaitu menyari demi untuk biaya hidup sehari-hari. Meskipun demikian keadaan hubungan antara Ibu Borpas suaminya ini tidak melakukan hal yang sama terhadap anak-anaknya. Kadang- kadang dia masih mau membelikan jajanan dan makan siang jikalau anaknya tersebut belum makan. Hubungan Siti dengan bapaknya sekarang sangat tidak baik sebab seperti yang di ungkapkan Siti : “Bapakku bukan dia tetapi yang ada di Batu-bara dan aku tidak pernah menganggapnya bapak karena dia tidak pernah sayang sama mamak dan adek-adekku dia hanya memperdulikan dirinya sendiri” Universitas Sumatera Utara 103 Hubungan Siti dengan mamaknya sangat dekat dan Siti sangat pengertian dan sayang sama mamaknya, Siti sangat kasihan dengan kondisi yang menimpa mamaknya akibat perpisahan dengan bapak kandungnya tersebut dimana bersama dengan bapak tirinya sekarang Siti melihat penderitaan mamaknya tersebut bertambah sebab harus mencari nafkah sendiri dan sering terjadi perkelahian antara bapak tirinya dan mamak. Sangat sayangnya Siti kepada mamaknya maka dia ikut membantu mamaknya tersebut menyari di lampu merah yaitu Siti selalu ikut menyari bersama mamaknya dimana Siti mengamen bersama teman- temannya yang bekerja sebagai pengamen dari pemukiman mereka tersebut. Siti ini sangat rajin mengikuti bimbingan belajar di Yayasan Dian Bersinar terutama yang berkaitan dengan pelajaran mate-matika sampai-sampai tidak untuk kelasnya yang diajari les dia selalu mengikutinya sebab katanya: “Cita-citaku ingin jadi guru seperti orang Miss dimana mengajari orang yang tidak mampu seperti aku sekarang” Sehabis pulang les jam 4 Siti pergi menyusul mamaknya yang sedang menyari dan baru pulang kembali ke rumah jam 8 malam. Bagi Siti menjadi pengamen itu tidak enak soalnya mengganggu pelajaran karena tidak sempat belajar malamnya karena sudah letih, bahkan kalau memang Siti lagi butuh uang untuk membeli keperluan sekolah atau untuk mebanyar setoran mamaknya mereka tidak pulang jam 8 malam tapi jam 10 bahkan jam 11 malam yang dimana penghasilan Siti ini tiap harinya juga tidak tentu bisa Rp.25.000- Rp.30.000. Sekali-kali terkadang Siti malas untuk bersama mamaknya mencari tetapi ketika dia teringat perkataan mamaknya tersebut yang bunyinya: Universitas Sumatera Utara 104 “Ayoklah nang kita menyari soalnya mamak mau banyar hutang, jula- jula dan angsuran baju hari ini. Akhirnya luluhlah hatinya dan ikut bersama mamaknya.” Di sela-sela waktu kosong sewaktu mengamen di lakukan Siti untuk bermain dengan kedua adik tirinya tersebut yang di bawa oleh mamak untuk menyari sebab tidak ada yang menjaga di rumah. Kalaupun Siti melihat mamaknya tersebut lagi sibuk menyari maka dia berhenti mengamen untuk menjaga adiknya. Bagi Siti kedua adik tirinya ini sudah dianggapnya sebagai adik kandungnya meskipun perlakuan bapak tirinya tersebut sangat tidak bertanggung- jawab terhadap keluarga. Meskipun sekali-kali Siti mau memukul dan memarahi adiknya itu di karenakan tidak mau mendengarkan apa yang di katakannya tapi tetap rasa sayangnya terhadap adiknya ini besar dimana ketika ada teman-teman yang mengganggui adik-adiknya ini mau dia akan membelanya. Dengan kondisi yang sudah satu bulan tidak tidur di rumah akibat pertengkaran besar yang terjadi pada Ibu Pasaribu dan Bapak Mulia Tambunan dimana Bapak tiri Siti ini mengusir mereka semua dari rumah. Melihat kondisi setiap rumah dengan ukuran yang kecil dan tidak adanya lagi rumah yang bisa di sewa membuat mereka mau tidak mau harus tidur di lokasi tersebut. Meskipun di usir dari rumah mereka tetap boleh mengambil keperluan yang masih tertinggal di dalam rumah jikalau rumah mereka tersebut belum terkunci yang dimana kuncinya dibawa Bapak tirinya tersebut. Dengan kondisi yang dialami oleh Siti sekarang sangat berdampak pada dirinya baik dari cari berbicara dimana cepat tersinggung. Jikalau sedang bermain dengan teman-teman sekarang lebih sering bekerja. Cara berpakaian juga Siti Universitas Sumatera Utara 105 tidak sebersih yang dulu dimana biasanya kalau Siti tidak pergi mengamen dan mau les maka dia akan mandi dan menggunakan baju yang lumanyan cantik. Sekarang Siti sudah sangat jarang les meskipun dia masih tetap terus setiap pulang sekolah lebih sering ke TK daripada ke rumahnya tetapi jikalau mamanya memanggilnya untuk pergi bekerja maka dia harus pergi dan tidak les. Terkadang Siti sampai menangis mengatakan tidak mau ikut bekerja dan keluar dari mulutnya berkata : “Entah sampai kapan terus menyari tidak pernah tidak bekerja, sambil menggaruk kepala dan menuju pergi bersama mamaknya” Sekali-kali jikalau Siti malas untuk mengamen maka orang tuanya membiarkanya beristirahat ketika setelah selesai beristirahat maka mereka pergi bekerja. Jikalau Siti tetap tidak mau pergi maka suara Ibu Pasaribu akan semakin kuat memanggil namanya dan jikalau Siti tetap tidak mau maka Ibu Pasaribu ini akan menjumpainya dan berkata : “Ayolah nang,,apa besok untuk makan kita dan untuk biaya sekolah juga bayar utang mamak dan untuk mengeluarkan abang dari penjara” Maka karena rasa sayang dan untuk keperluan besok untuk pergi kesekolah akhirnya Siti pergi ikut bersama mamaknya dengan membawa adiknya yang dua orang tersebut. Sesampainya di lokasi tempat bekerja terkadang Siti tidak langsung bekerja tetapi dia belajar sambil menjaga adiknya dimana Ibu Pasaribu sedang menyiapkan keperluan untuk menyari di lokasi tempat biasa mereka. Sambil belajar dan serta menjagai adaiknya yang dua orang tersebut lagi bermain sampai akhirnya adiknya yang dua orang tersebut mulai mengantuk maka Ibu Pasaribu memanfaatkan waktu untuk menyari dari kenderaan yang satu Universitas Sumatera Utara 106 dengan kenderaan yang lain setelah adiknya yang dua orang tersebut mengantuk maka Siti memanggil mamanya tersebut. Dengan keperluan yang sudah disiapkan Ibu Pasaribu untuk menyari maka ditidurkanlah anaknya yang dua orang tersebut ditanah yang beralaskan sarung dan kain panjang dan Ibu Pasaribu duduk menemani kedua anak mereka tersebut menghadap jalan dimana mengharapakan belas kasihan orang-orang yang melewati tempat tersebut dengan kenderaan. Siti akhirnya pergi mengamen ketika kedua adiknya sudah dijaga mamaknya, maka dengan peralatan ngamen yang hanya terbuat dari kayu sepanjang telapak tangan dan di paku dengan tiga tutup botol minuman maka Siti menuju kenderaan yang satu dengan kenderaan yang lainnya dengan melantunkan lagu yang popular sekarang maupun lagu karangan mereka yang sering mengamen. Setiap harinya Siti harus bergelut dengan namanya kejamnya kehidupan yang seharusnya tidak dia kerjakan dan rasakan tetapi karena keadaan yang memaksa maka mau tidak mau panasnya terik matahari yang membakar kulit juga rambutnya dan asap kenderaan yang berlalu lalang bahkan hujan baginya sudah hal yang biasa dan makanan sehari-hari didalam kisah hidupnya setiap hari. Baginya bagaimana bisa mendapatkan uang yang sebayak-banyaknya dalam bekerja untuk membantu mamaknya yang sendiri untuk menghidupi adiknya dua orang dan juga dirinya. Universitas Sumatera Utara 107 TABEL 12 DISTRIBUSI PENGELUARAN PERBULAN KELUARGA SITI No Distribusi Pengeluaran Jumlah Rp 1. Sewa Rumah Rp. 100.000 2. Dapur Makan Rp. 720.000 3. Pendidikan Anak Rp. 75.000 4. Ongkos kesekolah Rp. 60.000 5. Jajan Anak-anak Rp. 60.000 6. Kesehatan Rp. 40.000 7. Kredit dan jula-jula Rp. 600.000 8 Dll Rp. 50.000 Jumlah Rp.1.705.000 Sumber : Survei, Januari-Februari 2010

4.4.3. Keluarga Kiki