Keluarga Aldi Kontribusi Pekerja Anak Dalam Ekonomi Keluarga

91 Dapat kita lihat deskripsi kehidupan empat keluarga pekerja anak dengan profesi kerja yang berbeda-beda dalam memberikan kontribusi kepada keluarga.

4.4.1 Keluarga Aldi

“Jagung-jagung, kue-kue itulah kata yang keluar dari mulut seorang bocah laki-laki bertubuh kecil dengan lincah untuk menawarkan jualannya yang disiapkan oleh ibunya” Dengan tangannya sebelah kanan membawa termos berisikan jagung dan disebelah kirinya membawa plastik yang berisikan keranjang maupun baskom untuk tempat kue mulai turun ke jalanan dari pukul 10.00 pagi sampai jam 12.00 di sekitar rel Jalan Salak sampai ke Jalan Chalianda mencari namanya uang baik berupa Rp. 500, Rp. 1000 perak disesuaikan dengan harga jualannya. Ketika kita ingin mengetahui bangaimana sosok anak yang setiap paginya berjualan jagung ini, kita bertanya saja pada masyarakat dan anak-anak di pemukiman kumuh ini maka mereka semua akan menyebut namanya Aldi sebab memang hanya dialah pekerja anak yang berjualan jagung di pemukiman tempat mereka tinggal tersebut. Bukan hanya masyarakat dan teman-temannya saja yang akrab memanggil nama itu tetapi di keluarganya juga nama itulah yang di panggil sehari-harinya oleh orang tua mereka maupun kakaknya tersebut. Keluarga Ali baru 2 tahun tinggal di pemukiman kumuh ini dan sama halnya juga Aldi sudah 2 tahun menjadi Pekerja anak. Dulunya mereka tinggal menyewa di Jalan Gaparis tetapi karena ada masalah yang sedang menimpa Bapaknya dan keuangan keluarga mereka akhirnya mereka pindah ke pemukiman kumuh ini, itu pun mereka dapat tempat di pemukiman ini dikarenakan adanya opung yaitu Orang tua Ibunya Aldi tinggal di Jalan Chalianda dekat dengan Universitas Sumatera Utara 92 mereka dan rumah yang mereka tempati sekarang adalah rumah opungnya Aldi. Dahulunya sewaktu Aldi tinggal di Jalan Gaparis kondisinya tidak seperti sekarang dia selalu mempunyai waktu yang banyak untuk bermain dengan teman- temannya. Aldi tidak sempat menikmati fasilitas sekolah yang ada di pemukiman kumuh ini di karenakan Aldi sudah menginjak tingkat pendidikan kelas 2 SD, sedangkan fasilitas yang ada di Yayasan Dian Bersinar Foundation ini adalah untuk anak-anak dari play group dan TK yaitu umur 4 tahun sampai 6 tahun bahkan kalau memang belum pantas untuk dilepaskan ke Sekolah Dasar sebagian anak-anak di Yayasan Dian Bersinar ditamatkan umur 7 tahun. Meskipun ada Bimbel tetap saja Aldi tidak bisa menikmatinya di karenakan dia sekolah siang dan pulang sekolah sampai di rumah jam 5 sore. Tapi sepupu Aldi yang bernama Rizki menikmati fasilitas tersebut yaitu menjadi murid di Yayasan Dian Bersinar. Ketika tinggal di lokasi pemukiman ini, orang tua Aldi memasukkannya ke sekolah ngaji didekat sekolah dasarnya. Memang 2 kali sekolah setiap harinya Aldi yaitu jam 8 pagi sampai jam 10 sekolah ngaji dimana sekarang Aldi sudah kelas 2 sedangkan jam 12.30 Aldi bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 16 kelas IV dan pulang sekolah sampai di rumah jam 5 sore. Pagi-pagi sekitar jam 7 Aldi pergi mandi kerumah opungnya di Jalan Chalianda dimana memang setiap harinya mereka satu keluarga selalu mandi di tempat opungnya tersebut dikarenakan mereka sudah terbiasa dulunya mandi di tempat yang tertutup dan memakai air PAM sedangkan lokasi kamar mandi umum di pemukiman Jl. Salak ini terbuka secara umum sehingga siapa saja mandi dapat di lihat dan memakai Universitas Sumatera Utara 93 sumur yang harus ditimba untuk mendapatkan air. Sehabis mandi dari tempat opung Aldi pulang ke rumah lalu beres-beres dan sarapan pagi terus permisi untuk berangkat sekolah. Aldi pergi sekolah ngaji dengan naik angkot pulang perginya maka setiap harinya Ibu memberikan uang kepada Aldi Rp. 3.000,- dimana ongkos pulang pergi Rp.2.000,- dan jajan Rp. 1.000,- Di sela-sela waktu Aldi sekolah ngaji inilah Ibu Aldi memasak jagung dan gorengan untuk di jual Aldi sepulang sekolah seitar jam 10.00 pagi. Sepulang dari berjualan jagung dan kue Aldi memberikan semua hasil jualan kepada Ibu hampir setiap hari penghasilan Aldi Rp. 20.000,- dimana perbulannya bisa mencapai Rp. 600.000,- setelah siap berjualan jagung dan kue memang selalu Aldi pulang kerumah jam 11.30 yaitu bersamaan dengan pulangnya anak Yayasan Dian Bersinar di pemukiman tersebut. Sesampainya di rumah Aldi pergi lagi mandi tempat opung, jikalau dia sudah lapar betul maka Aldi akan makan dan menunda mandinya. Ibu Pasaribu selalu memasak setiap paginya dikarenakan kedua anak harus pergi sekolah dan suami pergi ke kantor setiap paginya maka harus menyediakan sarapan pagi. Ketika anak dan suami sudah pergi maka Ibu Pasaribu ini memasak kebutuhan untuk satu harinya sekaligus memasak untuk jualan yang akan di jual oleh anaknya sepulang sekolah. Ketika jam menunjukkan jarum panjang dan pendek ke angka 12.00 Wib maka Aldi pergi kesekolahnya Neg 16 yang masuk sekolahnya jam 12.30 Wib Aldi pergi kesekolah naik angkot dan pulangnya juga naik anggot. Jumlah uang yang di berikan Ibu Pasaribu berbeda dengan jumlah uang Aldi pergi sekolah ngaji yaitu berjumlah Rp. 4.000,- dengan perincian uang angkot pulang pergi Rp. Universitas Sumatera Utara 94 2.000,- sedangkan uang jajanya Rp. 2.000,-. Tidak jarang ketika Aldi mau pergi kesekolah maka setengah jam nya kakanya sudah pulang dari sekolah. Bukan hanya Aldi saja yang berjualan di suruh oleh orang tuanya tetapi kakaknya pun ikut berjualan tidak jauh berbeda dengan jualan Aldi yaitu kue dan gorengan yang dibuat oleh Ibu Pasaribu sendiri. Sewaktu Lina tidur siang untuk sehabis pulang sekolah maka Ibu Pasaribu akan menyiapkan jualan yang bila sudah tiba waktunya menunjukkan jam 15.00 Wib maka Lina akan pergi membawa barang jualannya untuk di jual di tempat yang sama lokasi Aldi berjualan. Jam 17.00 Wib Lina selalu sudah pulang kerumah. Lina ini berbeda dengan anak-anak remaja seusianya di pemukiman tempat dia tinggal sebab Lina tidak begitu suka bergaul dan berteman dengan teman-teman sebayanya tersebut di karenakan banyak teman-teman sebayanya tersebut tidak sekolah lagi dan memiliki pergaulan yang mengarahkan terhadap hal negatif seperti sering mengeluarkan kata-kata kotor dari mulutnya baik kepada teman sebaya, orang tua maupun tetangganya apabila terjadi perkelahian. Lina bukan tidak mempunyai waktu bermain yang cukup tetapi karena pertimbangan tersebut membuat Lina tidak mau berteman dengan mereka karena Lina takut dia akan terpengaruh seperti teman-teman sebayanya tersebut karena Lina ingin terus melanjutkan cita-cita dan sekolahnya sampai tinggi. “Saya lebih sering memanfaatkan waktu kosong untuk menonton TV di rumah, belajar maupun tidur siang dan berjualan. Apalagi sekarang saya sudah menginjak kelas 2 SMP dan bulan 7 tahun ini saya akan kelas 3 SMP maka saya mau benar-benar konsentrasi dengan belajarnya” Universitas Sumatera Utara 95 Ketika Lina pulang dari jualan maka Aldi sudah didapati Lina berada di rumah sambil menonton TV. Lina meletaknya keranjang tempat jualannya tersebut lalu pergi mandi untuk mempersiapkan diri melakukan Sholat Magrib. Apabila acara TV tidak mengasikkan dan waktu belum menunjukkan jam 17.30 Wib maka Aldi pergi keluar untuk bermain dengan teman-teman sebayanya karena pada waktu sore hari tersebut teman-temannya sudah banyak yang pulang menyari, ngamen maupun mulung di sebabkan karena mau mandi dan makan malam setelah itu bila ingin melanjutkan untuk bekerja lagi mereka akan pergi lagi sekitar jam 8 malam. Meskipun waktu bermain Aldi terasa belum puas, Aldi tetap pulang ke rumah untuk mengambil barang jualannya dan pergi menjualnya sebagai tanggung-jawab yang harus di kerjakannya setiap harinya kepada keluarga. Kata-kata yang keluar dari mulut Aldi untuk menjajakan jualannya untuk sore hari ini berbeda dengan pagi hari yaitu: “Agar-agar,,,,,agar-agar kata-kata inilah yang selalu saya teriakkan dengan nada yang pelan. Kalau lagi rezeki jualan saya habis semua Miss tetapi terkadang tidak habis ya di masukin di kulkas di rumah dan besok pasti akan laku kok terjual” Aldi sore harinya hanya berjualan sebentar saja yaitu kira-kira 1 jam karena malam harinya Aldi harus belajar dua pelajaran sekaligus yaitu baik dari sekolah ngaji maupun dari sekolahnya Negeri 16 tersebut. Hubungan Bapak dan Ibu Aldi dapat di katakan harmonis meskipun jarak umur Bapak dan Ibu hanya 1 tahun dimana umur Bapak 32 tahun sedangkan Ibu 31 tahun. Dengan jarang umur yang beda tipis tersebut Ibu Pasaribu ini kurang memiliki rasa homat terhadap suami dengan gaya bicaranya seperti kepada teman- Universitas Sumatera Utara 96 teman sebayanya saja dengan sering memanggil namanya dan mengatakan sebutan kau apabila berbicara dengan suaminya tersebut sehari-harinya. Mereka berumah tangga sudah 14 tahun dimana dulunya pertemuan kedua insan ini di kenalkan oleh kedua belah pihak baik teman dari Ibu Pasaribu maupun Bapak Padang maka ketika ada kecocokan kedua insan ini berpacaran dan selama masa pacaran yang hanya dilakukan selama 1 tahun akhirnya kedua insan ini memutuskan untuk menuju jenjang pernikahan dimana. Pada masa itu umur Ibu Pasaribu adalah 17 tahun dan Bapak Padang 18 tahun. Seperti yang di katakan oleh Ibu Pasaribu atas hubungan suami istri yang telah mereka bina selama 14 tahun ini: “Tidak bisa saya bilang saya tidak pernah tidak bertengkar dengan suami saya sebab pertengkaran itu bukan hanya terjadi pada masalah yang besar saja apalagi dengan tipisnya perbedaan umur kami membuat kami sering berdebat. Tetapi pertengkaran ini hanya sebatas beda pendapat dan tidak sampai mengakibatkan suami saya sampai main tangan seperti yang sering dilakukan oleh tetangga-tetanga saya di pemukiman ini” Hubungan Aldi dan kakaknya pun terbilang baik tetapi terkadang mereka bertengkar kecil-kecilan akibat ketika berebut siaran TV paforit mereka masing- masing sebab TV yang ada di rumah cuma satu. Hubungan Aldi dan kakaknya terhadap orang tuanya bisa di bilang adalah anak yang patuh terhadap orang tua dan tidak sulit untuk mengatakan sesuatu apabila orang tua nya tersebut mau menyuruh atau menasehati mereka ketika melakukan kesalahan. Sebenarnya dulu sewaktu keluarga Aldi pindah ke pemukiman ini Aldi belum langsung berjualan tetapi kedua orang tua mereka takut kalau Aldi ikut- ikutan dengan teman-teman sebayanya tersebut. Perkiraan orang tua mereka Universitas Sumatera Utara 97 tersebut tidak meleset sewaktu Aldi bermain dengan teman-temannya mereka mengajak Aldi menyari bersama mereka dan ketika sampai di rumah orang tua mereka heran dari mana Aldi jajan memiliki uang tidak seperti biasanya sebab Ibu Pasaribu tidak memberikan banyak uang kepadanya. Maka Ibu Aldi bertanya kepadanya dari mana uang mu untuk jajan lalu Aldi menjawabnya dengan berbohong dari Tulang yaitu Adik Ibu Pasaribu yang tinggal dirumah opungnya tersebut dengan tidak menaruh curiga maka Ibunya tidak mengambil pusing. Tapi sepulang dari kerja Bapak Aldi langsung memukul Aldi tanpa memperhatikan istrinya tersebut, karena tetangga-tetangga melihat Aldi tadi sedang menyari di lampu merah dan mengatakan kepada Pak Padang. Akhirnya Aldi pun mengaku memang dia tadi menyari dengan teman-teman di lampu merah dan Aldi meminta maaf kepada Ibu nya karena sudah membohonginya. Ibu Pasaribu lalu menjelaskan bahwa Aldi itu berbeda dengan mereka dimana pekerjaan mereka setiap harinya adalah itu sedangkan Aldi tidak. Maka mulai dari saat itu apabila teman-temannya mengajak Aldi untuk menyari dia tidak mau lagi. Dari kejadian tersebut maka orang tua Aldi memasukkan Aldi ke sekolah ngaji dan untuk membiayai uang sekolah ngaji juga keperluan sekolah ngajinya tersebut orang tua Aldi membuat membuat ide berjualan kue dan jagung sekaligus supaya waktu yang dimiliki Aldi tidak sempat untuk bermain dengan teman- teman sebayanya yang akan memberikan pengaruh yang tidak baik kelak kepada Aldi sebab Aldi adalah anak yang masih cepat mau mengikuti apa yang di ajak oleh teman-teman sebayanya. Universitas Sumatera Utara 98 Adapun hasil penjualan Aldi dan kakaknya tersebut habis untuk membiayai keperluan sekolah mereka setiap harinya sehingga dengan gaji yang dimiliki bapaknya sekarang sekitar Rp. 750.000,- itu adalah untuk keperluan mereka sehari-harinya. Saya bertanya kepada Ibu Pasaribu, apakah kelak akan tinggal di pemukiman ini seterusnya? Maka jawaban Ibu Pasaribu : “Tidak, apabila si Lina sudah tamat dari SMP maka kami akan pindah dari tempat ini sebab tidak baik buat pertumbuhan dan pergaulan Lina yang sudah mulai gadis. Tempat ini tidak bisa menjanjikan apa-apa apalagi orang-orang yang ada di lokasi ini kurang bermasyarakat dan mempunyai pemikiran yang tidak mau maju” TABEL 11 DISTRIBUSI PENGELUARAN PERBULAN KELUARGA ALDI No Distribusi Pengeluaran Jumlah Rp 1. Dapur Makan Rp. 750.000 2. Pendidikan Anak Rp. 150.000 3. Ongkos + uang jajan disekolah Rp. 400.000 4. Jajan Anak-anak di rumah Rp. 60.000 5. Kesehatan Rp. 50.000 6. Dll Rp. 50.000 Jumlah Rp.1.460.000 Sumber : Survei, Januari-Februari 2010 Universitas Sumatera Utara 99

4.4.2. Keluarga Siti