Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

7 masuk menuju Sekolah Dasar mereka tidak begitu sulit lagi mengikuti pelajaran. Kedua, antara manejemen waktu anak bersekolah, bermain dan bekerja sudah cukup baik.

1.2. Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah menguraikan bagaimana sosial kehidupan keluarga pekerja anak terlebih bagaimana orang tua memperlakukan pekerja anak sebagaimana anak seharusnya dan bagaimana anak-anak tersebut memerankan diri mereka sebagai pekerja sampai seberapa besarkah kontribusi pekerja anak untuk keluarga. Lokasi enelitian ini di pemukiman kumuh pinggiran rel Jl. Salak, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota. Maka ruang lingkup masalah yang di teliti akan di fokuskan kepada: 1. Untuk apa saja kontribusi tersebut di gunakan ? 2. Faktor apa saja anak menjadi pekerja ? 3. Apa yang menjadi strategi pekerja anak dalam mempertahankan pekerjaan? 4. Dimana saja lokasi tempat pekerja anak ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Ketika penulis menjelaskan kontribusi pekerja anak kepada keluarga maka penelitian ini akan melihat sisi kehidupan pekerja anak sesuai dengan realitas yang ada dan bangaimana hasil kontribusi yang diberikan anak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tujuannya untuk menjelaskan Negara-negara pada miskin Universitas Sumatera Utara 8 perkotaan khususnya Negara Indonesia yang kenyataannya banyak anak-anak yang seharusnya tidak bekerja tetapi karena keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga harus bekerja. Manfaat penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan khasanah pengetahuan budaya yang dikaitkan dengan masalah perkotaan khususnya masalah pekerja anak. Akibat adanya fenomena keterbatasan ekonomi, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengulas tentang budaya yang dihubungkan dengan masalah-masalah perkotaan yang ada di Indonesia.

1.4. Tinjauan Pustaka

Pekerja anak merupakan salah satu pekerjaan sektor informal yang dilakukan oleh masyarakat miskin kota. Pemulung, tukang becak, pedagang kaki lima, pembantu rumah tangga juga adalah pekerjaan di sektor informal. Tidak tersedianya lapangan kerja pada sektor informal menjadikan mereka harus melakoni pekerjaan tersebut. Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan yang rutin untuk orang tua atau orang lain, yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak. Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil yang belum dewasa usia paling sedikitnya 14 tahun. Adapun ciri-ciri pekerja anak yaitu : 1. Bekerja setiap hari; 2. Tereksploitasi; 3. Terganggu waktu sekolah atau tidak sekolah lagi; 4. Terganggu kesehatan; 5. Bekerja dalam waktu yang panjang; 6. Bekerja untuk ikut memenuhi Universitas Sumatera Utara 9 kebutuhan keluarga Bahan Seminar Pengenalan Pekerja Anak Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Profinsi Sumatera Utara, 2009. Pekerjaan sebagai pedagang, pengamen, pemulung, pengemis ini merupakan sektor informal yang dilakoni pekerja anak, bukan hanya anak saja yang melakukan pekerjaan itu tetapi orang tua yang ada di pemukiman kumuh tersebut. Suparlan, 1984 mengatakan memang seperti itulah sebagian besar mata pencaharian penghuni pemukiman kumuh, dimana mereka tergolong memiliki penghasilan rendah. Rendahnya tingkat penghasilan yang diperoleh orang tua dari pekerjaan tersebut mengakibatkan mereka hidup dalam kemiskinan karena tidak mampu untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Akibat dari kemiskinan itu untuk membantu mencukupkan kebutuhan hidup anak ikut memberikan kontribusi kepada kepada keluarga. Kontribusi berasal dari bahasa inggris contribute, contribution, maknanya keikutsertaan, keterlibatan atau melibatkan diri http: id.answers.yahoo.com question index?qid 20080526075812AAueg8t. Secara sederhana kontribusi anak dalam bekerja dapat diartikan sebagai keikut sertaan anak memberikan penghasilan dalm bentuk uang dari pekerjaan anak tersebut. Parsudi Suparlan dalam AW. Widjaja, 1986 berpandapat bahwa para ahli Antropologi melihat keluarga sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk sosial. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah satu kesatuan kekerabatan yang juga merupakan satu tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerja sama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk berkembangbiak, mensosialisasikan atau mendidik anak Universitas Sumatera Utara 10 dan menolong serta melindungi yang lemah, khususnya merawat orang tua mereka yang telah jompo. Keluarga miskin adalah keluarga yang berpenghasilan rendah yang berdiam disuatu tempat, daerah atau negara yang mendapat penghasilan lebih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan minimal mereka yang seharusnya dipenuhi. Apa yang disebut penghasilan disini adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah uang atas harga yang berlaku pada saat itu. Keluarga pekerja anak ini tinggal di pemukiman kumuh. Menurut Sri Soewasti 1974, pemukiman kumuh slum, pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim dipemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik. Tumbuhnya kawasan kumuh terjadi karena tidak terbendung arus urbanisasi. Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta Universitas Sumatera Utara 11 sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia human. Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan http:rezaantonius.multiply.comjournalitem Berdasarkan ciri fisiknya maka pemukiman kumuh dapat dibagi menjadi Slum dan Squater. Slum areas kawasan kumuh adalah daerah pemukiman yang kondisinya sangat buruk yang merupakan hunian yang tidak resmi dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak dihuni oleh penduduk miskin yang padat seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong disekitar kota dan di bawah jembatan namun kondisinya sudah sangat merosot. Sedangkan Squater adalah daerah atau lahan yang diduduk i secara liar, yang dibangun di lahan orang lain atau diatas tanah yang tidak jelas kepemilikannya atau tanah negara Herlianto 1986:45. Slum diartikan sebagai permukiman yang kumuh, tidak mempunyai akses yang baik pada air bersih dan sanitasi, padat dan tidak teratur, walaupun sebagian besar penduduknya mampu menunjukkan legalitas kepemilikan lahan dan rumahnya. Squatter mengacu pada ilegalitas kepemilikan lahannya, di negara berkembang, squatter identik dengan slum dalam arti kekumuhannya, sementara di negara maju squatter tidak mesti merupakan pemukiman kumuh http:rezaantonius.multiply.comjournalitem. Ciri-ciri dari pemukiman kumuh Universitas Sumatera Utara 12 menurut Parsudi Suparlan,1991 dalam artikel Segi Sosial dan Ekonomi Pemukiman Kumuh adalah: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. 2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidak berdayaan ekonomi penghuninya. 4. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal 5. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai: Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar http:geografi.ums.ac.idebookSocial_EducationSOS_NOMI_KUMUH. pd Universitas Sumatera Utara 13

1.5. Metode Penelitian