Susut Tetas TINJAUAN PUSTAKA

embrio saat didalam cangkang atau belum menatas. Hal ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyimpanan telur lebih dari 7 hari, telur dalam kondisi kotor sehingga mudah terkontaminasi oleh bakteri yang masuk melaluli pori-pori Rasyaf, 1990. Kematian embrio dapat terjadi karena pakan induk mengalami defisiensi zat gizi seperti vitamin dan mineral, sehingga metabolisme dan perkembangan embrio menjadi tidak optimal. Untuk mengatasi hal ini, pada ransum induk perlu ditambahkan suplemen vitamin dan mineral yang banyak dijual di pasaran Supriyanto, 2004. Selain penambahan suplemen pada ransum, menurut Widyaningrum 2012, penyemprotan dengan larutan vitamin B kompleks sebanyak 5 butir per liter dapat mengoptimalkan perkembangan embrio selama proses penetasan sehingga nilai kematian embrio menjadi berkurang. Telur yang kotor juga merupakan salah satu faktor kematian embrio. Para ahli melaporkan bahwa sekitar 0,5-- 6 telur yang berasal dari ayam sehat mengandung Escherichia coli dan sekitar 1,75 dari embrio yang mati mengandung Escherichia coli serotype patogen. Sumber kematian embrio yang terpenting adalah akibat pencemaran feses pada telur. Telur tetas yang berasal dari lingkungan yang kotor dengan kualitas kerabang yang tipis akan mudah kemasukan Escherichia coli dan dapat mencapai yolk sac Sayib, 2013. Faktor lingkungan antara lain suhu, kelembapan dan konsentrasi gas yang terdapat di dalam telur Kortlang, 1985. Kelembapan berpengaruh terhadap kecepatan hilangnya air dari dalam telur selama inkubasi Setioko, 1998. Kehilangan air yang banyak menyebabkan keringnya chario-allantoic untuk kemudian digantikan oleh gas-gas, sehingga sering terjadi kematian embrio dan telur membusuk Baruah et al., 2001. Kematian embrio dapat juga terjadi karena prosedur penetasan yang tidak sesuai seperti, suhu inkubator terlalu tinggi atau terlalu rendah, penyimpanan telur yang terlalu lama, telur tidak diputar. Akibatnya, embrio tidak dapat tumbuh normal dan akhirnya mati Putri, 2009. Menurut Sudaryani 1999, beberapa penyebab kegagalan embrio saat penetasan: 1 Telur infertil, disebabkan oleh : a perbandingan induk jantan dan betina tidak memenuhi persyaratan induk jantanbetina sudah terlalu tua; b induk betina terlalu gemuk; c kebersihan kerabang telur tetas; d telur tetas disimpan terlalu lama pada kondisi yang tidak sesuai sebelum dimasukan ke dalam mesin tetas; e pakan induk parent stock kekurangan vitamin A, B, C atau E dan; f parent stock mengalami sakitstres. 2 Embrio mati pada awal penetasan disebabkan oleh: a suhu mesin tetas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah; b faktor genetik parent stock; c kesalahan dalam proses fumigasi pengasapan; d kesalahan pada pemutaran telur; e strespenyakit pada parent stock.