Berdasarkan uraian tersebut, penting dilakukan pengkajian tentang pengaruh penyemprotan larutan vitamin B kompleks pada beberapa tingkatan dosis selama
proses penetasan terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan tingkat kematian embrio telur itik. Tingkat dosis vitamin B kompleks sebagai bahan penyemprotan
telur itik dalam proses penetasan akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan penetasan.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. mengetahui pengaruh penyemprotan larutan B kompleks terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan kematian embrio telur itik;
2. mengetahui dosis optimal larutan B kompleks sebagai bahan penyemprot terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan kematian embrio telur itik.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para pembibit DOD mengenai bahan penyemprot alternatif yang dapat
digunakan utuk menjaga kelembapan dan sumber vitamin tambahan untuk telur sehingga dapat meningkatkan fertilitas dan daya tetas serta mengurangi jumlah
kematian embrio telur itik.
D.
Kerangka Pemikiran
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang terus bertambah menyebabkan semakin meningkatnya jumlah permintaan daging dan telur. Itik merupakan salah
satu sumber protein hewani yang cukup diminati oleh masyarakat, sehingga permintaan bibit itik juga terus mengalami peningkatan. Penetasan telur itik
secara alami dirasa kurang efektif dalam pemenuhan kebutuhan bibit itik. Mesin tetas merupakan alternatif menetaskan telur secara buatan untuk memenuhi
penyediaan bibit secara komersil. Mesin penetas telur pada perinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio.
Menurut Subiharta 2010, suhu dan kelembapan pada mesin tetas untuk telur itik dianjurkan berkisar antara 38,5
o
--40
o
C dan 60--70. Kelembapan berpengaruh terhadap kecepatan hilangnya air dari dalam telur selama inkubasi Setioko,
1998. Kehilangan air yang banyak menyebabkan keringnya chario-allantoic untuk kemudian digantikan oleh gas-gas, sehingga sering terjadi kematian embrio
dan telur membusuk Baruah et al., 2001.
Kegagalan dalam proses penetasan banyak terjadi pada saat telur mulai dimasukkan ke dalam mesin tetas sampai 3 hari pertama sehingga telur tidak
boleh diusik. Pada hari ke- 4 mulai dilakukan pemutaran sampai 2 hari sebelum menetas Harianto, 2002. Pada hari ke- 4 dilakukan pemutaran telur turning
sekaligus penyemprotan telur untuk menjaga kelembabannya. Penyemprotan dilakukan untuk mengurangi hilangnya air chario-alantoic dan masuknya gas-gas
CO
2
kedalam telur yang dapat menyebabkan kematian embrio dan kebusukan telur dapat dihindari Baruah et al., 2001.
Menurut Kurtini dan Riyanti 2011, pada hari ke-4 seluruh organ tubuh mulai tampak, sistem vascular jelas, mata sudah mulai terlihat dan tampak sebagai
bintik gelap yang terletak di sebelah kanan jantung, jantung sudah membesar. Dengan mikroskop terlihat otaknya yang terbagi 3 bagian, yaitu otak depan, otak
tengah, dan otak belakang. Pada fase ini peneliti malakukan penyemprotan larutan vitamin B kompleks yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan
perkembangan embrio.
Vitamin B kompleks adalah satu kelompok vitamin B yang terdiri dari: vitamin B1 thiamine, vitamin B2 riboflavin, vitamin B3 niacin, vitamin B5
pantothenic acidasam pantotenat, vitamin B6 pyridoxamine, vitamin B9 folic acidasam folat, vitamin B12 cyanocob, vitamin B7 biotin, Kolin, dan inositol
Yuniastuti, 2007. Menurut Sandjaja dan Atmarita 2009, penyemprotan dengan larutan vitamin B kompleks yang mengandung vitamin B9 asam folat
dapat mempercepat petumbuhan janin, mempercepat regenerasi sel, pembentukan sel darah merah dan menjaga kekebalan tubuh. Selain itu, asam folat juga
berperan sebagai pembawa karbon tunggal pada pembentukan heme molekul hemoglobin. Asam folat memegang peranan penting dalam awal perkembangan
embrio, diantaranya adalah pembentukan neural tube. Neural tube inilah sebagai awal pembentukan otak dan sumsum tulang belakang Pramita, 2015.
Menurut Widianingrum 2012, penyemprotan telur menggunakan larutan vitamin B kompleks sebanyak 5 butir per liter air menunjukkan angka kematian embrio
yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan air tanpa vitamin B kompleks. Pada penyemprotan B kompleks sebanyak 5 butir per liter air menunjukkan