Pertumbuhan Embrio TINJAUAN PUSTAKA

robek internal yaitu paruh dari embrio telah memecah cangkang. Pada hari ke 28 telur pun menetas sempurna.

E. Fertilitas

Fertilitas dapat diartikan sebagai presentase telur yang memperlihatkan adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang dieramkan tanpa memperhatikan telur dapat atau tidak menetas. Telur tetas itik yang fertil dihasilkan melalui proses dari perkawinan antara itik jantan dengan itik betina dan memiliki benih embrio. Menurut Suryana 2011, rata-rata fertilitas telur tertinggi dengan sex ratio 1:10 menunjukkan nilai sebesar 97,88 dibandingkan dengan sex ratio 1:28 dengan nilai 50,21. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin baik pula kemungkinan daya tetasnya. Fertilitas dipengaruhi antara lain oleh asal telur hasil dari perkawinan atau tidak, ransum induk, umur induk, kesehatan induk, umur telur, dan kebersihan telur Septiwan, 2007. Menurut Sudaryanti 1990, fertilitas dapat mencapai 85,5 pada itik yang dipelihara intensif dan penetasannya menggunakan mesin tetas. Selanjutnya Setiadi et al. 1994 mengemukakan bahwa fertilitas telur pada itik yang dipelihara intensif berkisar 72--92 . Fertilitas dan daya tetas telur itik memegang peranan penting dalam memproduksi bibit anak itik Wibowo et al., 2005; Suryana dan Tiro, 2007 sehingga dihasilkan jumlah bibit sesuai yang diharapkan Suryana, 2011. Fertilitas telur itik juga dipengaruhi umur induk yang tepat. Induk jantan sebaiknya dikawinkan pada umur 7--15 bulan dan betina pada umur 7--12 bulan Kurtini dan Riyanti, 2011.

F. Daya Tetas

Daya tetas merupakan persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil. Daya tetas telur sangat ditentukan oleh berbagai faktor terutama nilai gizi dari induk. Nilai daya tetas ini baru dapat diketahui setelah anak ayam menetas Wibowo dan Jafendi, 1994. Banyak faktor yang memengaruhi daya tetas telur antara lain berat telur, bentuk telur, warna telur, keutuhan telur, kualitas telur, dan kebersihan kulit telur. Berat telur yang ditetaskan sebaiknya berkisar 65--75 g Srigandono, 1986. Menurut Dewanti 2014, bobot telur tidak memengaruhi fertilitas dan daya tetas tetapi memengaruhi bobot tetas. Selain bobot telur, bentuk dan warna kulit telur juga harus oval dan seragam. Keseragaman bentuk telur ditujukan untuk mengefektifkan jumlah telur dalam mesin tetas. Warna kulit telur yang seragam juga memberikan dampak posif pada penetasan. Jika warna telur tidak seragam dikhawatirkan akan terjadi ketidakseragaman waktu menetas. Kurtini 1993 melaporkan bahwa telur itik yang memiliki warna hijau tua kebiruan menetas lebih lama dibandingkan dengan warna kulit telur hijau muda kebiruan 29 hari, 29 menit dan 28 hari, 55 menit. Warna kulit telur hijau tua kebiruan juga memiliki daya tetas yang lebih rendah dibandingkan dengan telur yang berwarna hijau muda hingga sedang kebiruan 46,6 dan 78,35 dan 70,74. Faktor lain yang memengaruhi daya tetas ialah genetik, nutrisi, fertilitas, dan penyakit Sinabutar, 2009. Faktor genetik diantaranya adalah dewasa kelamin, umur, dan bangsa itik yang dapat memengaruhi bobot telur. Protein dalam pakan dapat memengaruhi umur dewasa kelamin dan bobot induk Solihat et al. 2003. Applegate et al. 1998 menyatakan bahwa bobot telur yang dihasilkan berkorelasi positif dengan bobot induk. Selain itu, menurut Wilson 1997, daya tetas sangat dipengaruhi oleh status nutrien pakan induk, sehingga keseimbangan kebutuhan nutrien untuk perkembangan embrio normal tidak terpenuhi dengan baik Kortlang, 1985. Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh cara penyimpanan, lama penyimpanan, tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas, dan pembalikan selama penetasan. Penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan kualitas dan daya tetas menurun sehingga telur sebaiknya disimpan tidak lebih dari 7 hari Raharjo, 2004. Darmanto 2014 menyatakan bahwa penyimpanan telur memiliki pengaruh sangat nyata terhadap daya tetas. Pada lama simpan 3--5 hari menunjukkan daya tetas lebih tinggi 76,67 + 1,04 dan 76,67 + 0,29 jika dibandingkan dengan dengan telur itik yang disimpan 7 hari 51,67 + 0,58. Hal ini dapat terjadi karena pada telur yang disimpan 3 dan 5 hari memiliki calon embrio yang telah terbiasa dengan suhu lingkungan dan lebih siap untuk tumbuh. Pada lama simpan 7 hari daya tetas menjadi rendah karena semakin lama telur tetas disimpan maka kualitas telur akan menurun dan akan mudah tercemari oleh mikroba patogen yang beresiko menurunkan daya tetas.