Aspek Pengukuran Karateristik Pasien Rawat Inap yang Mendapat Diet TKTP Di RSU

6. Jumlah protein diet TKTP adalah banyaknya protein yang terkandung pada diet TKTP yang diberikan kepada pasien.

3.7. Aspek Pengukuran

1. Status gizi pasien diperoleh dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT, yaitu berat badan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan meter, kemudian disesuaikan dengan kategori ambang batas klasifikasi IMT menurut WHO 2004, yaitu:  IMT 18,5 : Kurus underweight  IMT 18,5 – 24,9 : Berat badan normal  IMT 25 – 29,9 : Berat badan berlebih overweight  IMT 30 – 34,9 : Obesitas – kelas 1  IMT 35 – 39,9 : Obesitas – kelas 2  IMT ≥ 40,0 : Obesitas – kelas 3 obesitas morbid 2. Perubahan berat badan dilihat dari selisih antara BB awal dan BB akhir pasien, kemudian dikategorikan menjadi:  Naik : Apabila terdapat kenaikan kilogram berat badan dari awal sampai akhir pasien dirawat inap.  Tetap : Apabila tidak terdapat kenaikan dan penurunan kilogram berat badan dari awal sampai akhir pasien dirawat inap.  Turun : Apabila terdapat penurunan kilogram berat badan dari awal sampai akhir pasien dirawat inap. 3. Makanan berupa diet TKTP ditimbang dengan menggunakan alat timbang makanan dan dianalisis kandungan gizi kalori dan protein dengan menggunakan DKBM. Kesesuaian diet TKTP dapat dilihat dari kandungan gizi menurut jenis diet TKTP yang diberikan Mayasari, 2011 yaitu: Universitas Sumatera Utara TKTP I - Kalori ± 10 dari 2600 kkal 2340-2860 kkal : Sesuai - Kalori 2340 kkal dan 2860 kkal : Tidak sesuai - Protein ± 10 dari 100 g 90-110 g : Sesuai - Protein 90 g dan 110 g : Tidak sesuai 3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Data yang sudah lengkap diberi kode tertentu angka untuk lebih memudahkan dalam menganalisis data. Setelah itu, data yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam master tabel untuk dianalisis .

3.8.2. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui proses pengamatan dianalisis secara deskriptif dan diuji secara statistik. Hasil data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai dengan narasi. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum RSU Swadana Daerah Tarutung didirikan pada tahun 1918 yang berlokasi di daerah Kabupaten Tapanuli Utara tepatnya berada di pusat kota Tarutung. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pertama dan satu -satunya di daerah tersebut, sehingga rumah sakit ini menjadi pusat rujukan seluruh puskesmas di Tapanuli Utara. Selain menjadi pusat rujukan puskesmas di sekitar Tapanuli Utara, rumah sakit ini juga menjadi tujuan rujukan rumah sakit daerah yang ada di kabupaten sekitarnya. Pada awalnya, pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Tarutung dilaksanakan oleh Zending Jerman, yang merupakan pendiri rumah sakit tersebut. Keadaan ini berlangsung selama puluhan tahun hingga pada tahun 1952, pengelolaan rumah sakit ini dikelola oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pelayanan kesehatan disesuaikan dengan keadaan masyarakat yaitu pelayanan yang bersifat murni sosial. Namun pada perkembangan selanjutnya, kemampuan untuk memberikan pelayanan murni sosial tidak dapat dipertahankan lagi. Sehingga pada era 80-an, pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberikan beban target Pendapatan Asli Daerah PAD bagi RSU Tarutung, sehingga pelayanan demi pelayanan diatur dengan Peraturan Daerah Perda. Sampai dengan tahun 1983, RSU Tarutung masih berstatus kelas tipe D, dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter umum dan dokter gigi dibantu oleh paramedis perawatan dan non perawatan serta administrasi manajemen lainnya. Sejak Universitas Sumatera Utara tahun 1984, RSU Tarutung disahkan menjadi RSUD kelas tipe C dengan pelayanan diberikan oleh 4 dokter spesialis dasar, dokter umum, dokter gigi, paramedis perawatan dan non perawatan serta administrasi manajemen lainnya. Pada tanggal 26 Desember tahun 2000, RSU Tarutung disahkan menjadi rumah sakit kelas tipe B sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia No.1809 Menkes-Kessos SK XII 2000. Sesuai klasifikasi tersebut, kondisi obyektif RSU Tarutung masih jauh dari standar rumah sakit kelas B, dimana pada saat ini RSU Tarutung hanya mempunyai 165 tempat tidur dari yang seharusnya minimal 200 tempat tidur. Pada tahun 2003, melalui perda No. 07 tahun 2003 sistem pengelolaan keuangan RSU tarutung berubah dari sistem pengelolaan secara APBD menjadi sistem pengelolaan secara swadana. Dengan demikian sejak tahun 2003, nama RSU Tarutung berubah menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung. RSU Swadana Daerah Tarutung merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara yang mengadakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat umum, peserta askes, jamkesmas, jamkesda maupun jampersal. Dalam perjalanannya, disamping menjalankan fungsi pelayanan kesehatan, RSU Swadana Daerah Tarutung juga melakukan fungsi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan yang kemudian para lulusan tenaga kesehatan ini disebarkan di daerah Tapanuli dan sekitarnya bahkan ke luar Tapanuli. Universitas Sumatera Utara

4.1.1. Wilayah Cakupan

Pelayanan kesehatan RSU Swadana Daerah Tarutung dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara dan sekitarnya. Adapun 10 daerah asal pasien terbanyak di rumah sakit tersebut adalah : Tarutung, Sipoholon, Siborong-borong, Sipahutar, Lintong Nihuta, Dolok Sanggul, Pahae, Pangaribuan, Pakkat, dan Parmonangan.

4.1.2. Produk Palayanan Kesehatan

RSU Swadana Daerah Tarutung memberikan produk pelayanan kesehatan kepada pasien berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang medis, serta pelayanan rujukan. Rumah sakit ini memiliki pelayanan rawat jalan seperti IGD, poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah, poliklinik obgyn, poliklinik anak, poliklinik THT, poliklinik mata, poliklinik gigi, poloklinik saraf, serta poliklinik jiwa. Pelayanan rawat inap yang terdapat di RSU Swadana Daerah Tarutung meliputi ruang rawat inap super VIP, VIP A, VIP B, VIP C, VIP bedah, kelas III bedah, kebidanan, anak Neonati, neurologi, ruang kelas IV, kelas V, ruang ICU, serta ICCU. Pelayanan penunjang medis yang dimiliki oleh RSU Swadana Daerah Tarutung meliputi instalasi bedah sentral, farmasi, radiologi, instalasi gizi, instalasi pemulasaraan Jenazah, serta unit transfusi darah. Pelayanan rujukan spesialis yang terdapat di RSU Swadana Daerah Tarutung yaitu pelayanan spesialis obgyn, bedah, penyakit dalam, penyakit anak, dan THT. Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Gambaran Umum Instalasi Gizi RSU Swadana Daerah Tarutung

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Tujuan dari penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah menyediakan makanan yang berkualitas baik, dan dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak bagi pasien maupun karyawan rumah sakit. Bentuk penyelenggaraan makanan di RSU Swadana Daerah Tarutung menggunakan sistem swakelola dimana pengelolaan dan penyelenggaraan makanan sepenuhnya dilaksanakan oleh instalasi gizi RSU Swadana Daerah Tarutung. Di rumah sakit ini terdapat beberapa orang staf instalasi gizi yang secara bergantian bertanggung jawab dalam melaksanakan rounde ke ruangan setiap pagi dan menetapkan jenis diet pasien sesuai dengan hasil diagnosa dokter yang tercatat di kartu status pasien. Namun, adakalanya jenis diet pasien direkomendasikan oleh dokter yang menangani pasien. Pelayanan gizi rawat inap di RSU Swadana Daerah Tarutung dilaksanakan oleh 10 orang staf instalasi gizi dan 9 orang pekarya gizi yaitu 3 orang bertugas sebagai tukang masak, serta 6 orang sisanya sebagai petugas kebersihan dan pengantar makanan ke ruangan. Berikut ini adalah tabel daftar ketenagaan Instalasi Gizi RSU Swadana Daerah Tarutung Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Daftar Ketenagaan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Tahun 2012 NO Nama Pendidikan Jabatan Status 1 Lerdiana Tobing Akd. Gizi Ka. Instalasi Gizi PNS 2 Katrina L. Pakpahan Akd. Gizi Staff Instalasi Gizi PNS 3 Rebecca C. Situmeang Akd. Gizi Staff Instalasi Gizi PNS 4 Juliana Siregar Akd. Gizi Staff Instalasi Gizi CPNS 5 Lenny Simanjuntak Akd. Gizi Staff Instalasi Gizi CPNS 6 Hormida Sinurat Akd. Gizi Staff Instalasi Gizi PNS 7 Tiurmaida Naibaho SPAG Staff Instalasi Gizi PNS 8 Linda Siregar SPAG Staff Instalasi Gizi PNS 9 Pesta Lumbantoruan SPAG Staff Instalasi Gizi PNS 10 Dumaria Sianipar SPAG Staff Instalasi Gizi PNS 11 Jernih Rajagukguk SMA Pekarya Gizi Honor 12 Rusida Simanjuntak SMA Pekarya Gizi Honor 13 Mei Siahaan SMA Pekarya Gizi Honor 14 Lenni Tampubolon SMEA Pekarya Gizi Honor 15 Rosmelya Lumbantobing SMEA Pekarya Gizi Honor 16 Sinur Siahaan SMP Pekarya Gizi Honor 17 Kia Hutabarat SMP Pekarya Gizi Honor 18 Rumiris Simanjuntak SMP Pekarya Gizi Honor 19 Riris Lumbantobing SMP Pekarya Gizi Honor Sumber : Profil Instalasi Gizi RSU Swadana Daerah Tarutung, 2011

4.2. Karateristik Pasien Rawat Inap yang Mendapat Diet TKTP Di RSU

Swadana Daerah Tarutung Dari kartu status pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung pada bulan Maret hingga bulan April 2012, diketahui karateristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, penyakit, pekerjaan, sumber biaya perawatan dan lama rawat inap pasien. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Karakteristik Pasien Rawat Inap yang Mendapat Diet TKTP Di RSU Swadana Daerah Tarutung Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi pasien berdasarkan umur, terbanyak berada pada kelompok umur 18 – 39 tahun yaitu sebanyak 16 orang 50. No Karakteristik Jumlah n 1 Umur :  18-39 tahun dewasa awal 16 50,0  40-60 tahun dewasa madya  60 – 64 tahun dewasa lanjut 14 2 43,8 6,3 Total 32 100,0 2 Jenis kelamin :  Laki-laki 19 59,4  Perempuan 13 40,6 Total 32 100,0 3 Jenis penyakit :  TB Paru 10 31,3  Operasi Apendic  Demam Tifoid  Kecelakaan  Lainnya 8 4 7 3 25,0 12,5 21,9 9,4 Total 32 100,0 4 Pekerjaan :  PNS 2 6,3  Petani  Wiraswasta  Mahasiswa  Pengangguran 21 4 4 1 65,6 12,5 12,5 3,1 Total 32 100,0 5 Sumber biaya perawatan :  Gakin 22 68,8  Askes 2 6,3  Umum 8 25,0 Total 32 100,0 6 Lama rawat inap :  3 – 4 hari  5 – 6 hari  ≥ 7 hari 13 14 5 40,6 43,8 15,6 Total 32 100,0 Universitas Sumatera Utara Artinya, pasien yang mendapat diet TKTP mayoritas berada pada periode dewasa awal. Periode ini disebut juga usia kerja, saat dimana seseorang memiliki kemampuan bekerja yang sangat produktif. Dilihat dari jenis kelamin, pasien penerima diet TKTP lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 19 orang 59,4 daripada berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kebutuhan gizi akibat proses penyakit lebih banyak dialami oleh pasien laki- laki. Distribusi pasien berdasarkan jenis penyakit, sebagian besar 31,3 pasien yang mendapat diet TKTP menderita TB paru. Pada pasien penderita TB paru, diet TKTP ditujukan untuk mengimbangi kenaikan kebutuhan kalori dan protein. Sedangkan yang paling sedikit adalah kategori penyakit lainnya bedah kista, kanker paru, dan benjolan di leher berjumlah masing- masing 1 orang pasien. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum sebagian besar pasien bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 21 orang 65,6. Hal ini berarti pekerjaan rutin mereka sebelum menjalani perawatan merupakan pek erjaan dengan aktivitas berat. Distribusi pasien menurut sumber biaya perawatan yang terbanyak adalah gakin jamkesmas, jamkesda yaitu sebanyak 22 orang 68,8. Artinya pelayanan kesehatan di RSU Swadana Daerah Tarutung dimanfaatkan oleh semua golongan masyarakat terutama masyarakat miskin. Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa mayoritas 43,8 pasien yang mendapat diet TKTP menjalani perawatan selama 5-6 hari. Lama rawat inap biasanya diasumsikan sebagai kecepatan proses kesembuhan karena pada umumnya pasien Universitas Sumatera Utara dengan jenis penyakit infeksi baru diperbolehkan pulang oleh dokter setelah pasien dinyatakan sembuh. Hal ini berarti mayoritas pasien sembuh dalam waktu 5-6 hari.

4.3. Status Gizi Awal Pasien Rawat Inap yang Mendapat Diet TKTP di RSU