Status Gizi Pasien Rawat Inap yang Mendapat Diet TKTP di RSU

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Status Gizi Pasien Rawat Inap yang Mendapat Diet TKTP di RSU

Swadana Daerah Tarutung Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan konsumsi, penyerapan absorpsi dan penggunaan utilitas zat gizi makanan Riyadi, 2004. Menurut Suhardjo 1996, status gizi seseorang dipengaruhi jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi atau investasi penyakit parasit. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur status gizi adalah Indeks Massa Tubuh IMT. Salah satu indeks antropometri yang digunakan adalah IMT yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan. Pada penelitian ini, berat dan tinggi badan pasien diukur secara langsung, dan hasil penelitian terhadap pasien yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung diperoleh bahwa sebagian besar pasien 56,3 berstatus gizi normal. Namun demikian bukan berarti tidak ada masalah, karena terdapat 18,8 pasien kurus, dan sebanyak 25 memiliki berat badan berlebih. Pada orang dewasa, masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan zat gizi dan ada tidaknya penyakit infeksi. Asupan zat gizi harus disesuaikan dengan aktivitas tubuh dan angka metabolisme basal. Disamping itu, status gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara ketersediaan pangan, perekonomian, pengetahuan gizi, dan sebagainya. Adanya masalah gizi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan, menurunkan produktivitas kerja serta daya tahan tubuh, dan sebagainya. Pada orang sakit, banyak hal yang berkaitan dengan status gizinya, seperti : asupan makanan pada saat sakit, proses infeksi akibat sakit, kondisi tubuh saat sakit, lamanya menjalani perawatan, dan sebagainya. Jika dilihat dari segi usia pasien yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung, proporsi pasien berstatus gizi normal lebih banyak berada pada usia dewasa awal 18-39 tahun yaitu 55,6. Usia dewasa awal merupakan saat dimana seseorang mempunyai kemampuan bekerja yang sangat produktif. Jadi, tidak mengherankan apabila usia ini disebut dengan usia kerja. Jenis pekerjaan yang dilakoni secara rutin pada usia ini biasanya merupakan aktifitas berat. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat kebutuhan gizi yang cukup tinggi pada usia ini. Namun demikian, jika asupan nutrisi tepat sesuai dengan kebutuhan gizi maka status gizi akan normal. Dalam penelitian ini, objek yang diteliti adalah orang sakit sehingga dapat dipastikan akan terjadi peningkatan kebutuhan gizi, sedangkan kandungan zat gizi dalam diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap pasien masih kurang. Sehingga dapat diasumsikan bahwa apabila semakin lama dirawat di rumah sakit, status gizi pasien akan turun drastis dari normal menjadi kurus. Sebagaimana diketahui juga bahwa faktor jenis kelamin sangat menentukan apakah jumlah dan porsi makanan yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu. Setiap individu yang berbeda jenis kelamin, maka besar porsi makanan untuk mereka juga akan berbeda. Hasil penelitian terhadap pasien yang mendapat diet Universitas Sumatera Utara TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung menunjukkan bahwa kondisi berat badan berlebih mayoritas dialami oleh pasien laki- laki yaitu sebanyak 87,5 dibandingkan dengan perempuan yaitu sebanyak 22,5. Biasanya porsi makan laki-laki lebih besar dari perempuan. Selain itu, berdasarkan data nasional di Amerika, 24 perempuan melewatkan waktu makan pagi mereka setiap harinya Lin et al dalam Pasanea, 2011. Hal ini menyebabkan rendahnya asupan zat gizi pada perempuan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa berat badan pasien laki- laki yang berlebih disebabkan porsi makan yang besar. Selain dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi, status gizi juga dipengaruhi oleh gangguan penyerapan zat gizi atau investasi penyakit parasit. Menurut Supariasa 2001, ada hubungan yang erat antara infeksi bakteri, virus dan parasit dengan malnutrisi. Orang yang mudah terserang infeksi bakteri, virus ataupun parasit adalah mereka yang kekurangan gizi dan kondisi fisiknya lemah. Di lain pihak, infeksi akan menyebabkan peningkatan kebutuhan akibat sakit. Padahal pada saat sakit, terjadi penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan serta menurunnya absorpsi. Hal ini akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan parasit. Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung, diperoleh 50 pasien yang kurus ternyata menderita TB paru. Hal ini sejalan dengan ciri-ciri penderita TB paru yang semakin hari semakin kurus. Orang dewasa yang memiliki IMT ≤ 18.5 kgm2 dapat menjadi indikator adanya defisiensi kalori kronik karena kurang makan atau penyakit kronik, Universitas Sumatera Utara sedangkan IMT17.0 kgm2 dapat berdampak pada kemampuan fisik yang berkurang serta memungkinkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit Barasi, 2009. Besarnya kebutuhan gizi pasien sebelum mengalami sakit akan dipengaruhi oleh penggunaan kalori untuk beraktivitas. Ringan atau beratnya aktifitas yang dilakukan tergantung pada jenis pekerjaan pasien. Perbedaan aktifitas yang terkait dengan pekerjaan rutin mereka akan membedakan jumlah kalori yang dibutuhkan. Hasil penelitian terhadap pasien yang mendapat diet TKTP di RSU Swadana Daerah Tarutung menunjukkan bahwa seluruh pasien yang berbadan kurus 100 bekerja sebagai petani. Hal ini berarti pekerjaan rutin mereka sebelum menjalani perawatan merupakan pekerjaan dengan aktivitas berat. Profesi petani menuntut mereka untuk melakukan aktivitas berat sehingga kebutuhan gizi mereka juga menjadi besar. Namun sayangnya, kebutuhan gizi yang besar tidak dibarengi dengan asupan gizi yang sesuai sehingga para petani tersebut mengalami kekurangan gizi.

5.2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein TKTP di RSU Swadana Daerah