dari penyakit dengan panas tinggi, pasien yang sedang hamil dan post partumnifas dimana dalam keadaan tersebut kebutuhan akan kalori dan protein meningkat. Diet
ini diberikan dengan tujuan agar dapat mencegah, mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta menambah berat badan pasien hingga mencapai berat
badan normal, untuk itu diharapkan agar pemberiannya sesuai dengan anjuran agar mencapai hasil yang optimal Almatsier, 2004.
2.3.4.1. Pasien Sebelum dan Sesudah Operasi
Bagi pasien yang akan menjalankan pembedahan maupun yang sudah dilakukan pembedahan, diet merupakan faktor yang pening baik untuk mengurangi
resiko pembedahan maupun untuk mempercepat waktu rekonvalesensinya. Jika tindakan pembedahan merupakan pengobatan kausal, maka diet merupakan
pengobatan penunjangnya Suandi, 1997. Pada pembedahan yang harus dilakukan secara darurat seperti pada
a pendisitis a kuta radang usus buntu, hernia inkarserata penonjolan rongga perut,
stra ngula si usus penyumbatan usus, dan sebagainya, kesempatan untuk
memperbaiki keadaan umum penderita tidak ada. Akan tetapi banyak kasus yang dapat ditunda pembedahannya seperti bibir sumbing, tonsilektomia amandel, dan
sebagainya. Untuk mengurangi resiko pembedahan, keadaan gizi penderita harus diperbaiki dulu. Penderita yang sedang menderita gizi buruk atau kurang gizi maupun
obesitas mempertinggi resiko pembedahan. Pada mereka harus diberikan diet untuk memperbaiki status gizinya. Penderita gizi kurang atau buruk harus diberi makanan
yang mengandung cukup kalori, banyak karbohidrat dan cukup protein. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
karbohidrat yang tinggi dapat mengurangi kebutuhan protein dan memberi kesempatan bagi hepar hati untuk menimbun glukosa dan glikogen.
Proses pembedahan mengakibatkan hilangnya protein tubuh yang kadang- kadang tidak sedikit. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena tubuh berusaha untuk
memenuhi kebutuhan bagi penyembuhan luka-lukanya. Pada penderita pasca bedah harus diberi makanan yang mengandung cukup kalori dan protein. Jika jumlah kalori
yang didapati dari karbohidrat dan lemak tidak cukup, maka tubuh memakai protein yang sudah terdapat dalam tubuh sebagai gantinya.
2.3.4.2. Pasien Baru Sembuh dari Penyakit dengan Panas Tinggi
Panas tinggi atau demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh diatas batas normal. Pada keadaan demam diatas 37
C, terjadi peningkatan kebutuhan kalori sebesar 12 untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1
C Suandi, 1997. Panas tinggi merupakan gejala penting pada penyakit infeksi. Pada penyakit
infeksi kebutuhan kalori menjadi lebih tinggi untuk mengganti jaringan yang rusak, juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan zat anti yang semakin meningkat.
Beberapa penyakit infeksi yang paling berbahaya di Indonesia antara lain: demam berdarah, demam chikungunya, diare, filiariasis, flu burung, malaria, pneumonia ,
polio, SARS, dan tuberculosis. Menurut Satari 2004 untuk mendukung perawatan medis yang dilakukan
dokter, penderita DBD membutuhkan diet kalori dan protein tinggi serta cairan dalam jumlah yang cukup. Pada tahap gejala awal DBD, diet ditujukan untuk menjaga dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Sedangkan pada tahap lanjut, terjadi mual, nyeri perut, muntah, sakit kepala hebat, dan terjadi kebocoran plasma. Keadaan ini
Universitas Sumatera Utara
diantisipasi dengan pemberian cairan yang cukup melalui oral dan infus, serta makanan yang berkalori dan berprotein tinggi.
Penderita penyakit infeksi akut seperti influenza , cacar air, campak, bronkitis a kut
disertai kenaikan suhu tubuh membutuhkan tambahan kalori, protein, air dan elektrolit. Protein yang cukup harus diasup guna mengimbangi kehilangan protein
yang berlebihan dikarenakan destruksi perusakan protein sel. Kerusakan jaringan berat menyebabkan kenaikan kebutuhan kalori sebesar 10 dari kebutuhan
metabolisme basal.
2.3.4.3. Pasien Hamil dan Post Partum Nifas