4. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas dan tebal lemak bawah kulit. Cara penilaian status gizi adalah yang paling sering digunakan adalah metode
antropometri. Penilaian status gizi dengan cara antropometri banyak digunakan dalam berbagai penelitian atau survei. Pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang
baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara berkembang. Pengukuran
ini merupakan
cara pengukuran
yang sederhana,
sehingga pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat dilakukan di
posyandu atau rumah penduduk Pudjiadi, 2000. Pengukuran status gizi orang dewasa menggunakan Indeks Massa Tubuh
IMT . IMT merupakan hasil hitung dari berat badan dalam kg dibagi kuadrat tinggi badan dalam cm. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
2.2.2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Survei konsumsi makanan
dimaksudkan untuk melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Salah satu
Universitas Sumatera Utara
metode pengukuran konsumsi makanan tingkat individu atau perorangan adalah
metode penimbangan makanan food weighing Supariasa, 2001.
Pada metode penimbangan makanan food weighing, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu
hari. Kemudian, jumlah makanan yang dikonsumsi sehari dianalisis dengan menggunakan Daftar komposisi Bahan Makanan DKBM atau Daftar Kandungan
Zat Gizi Makanan Jajanan DKGJ. Setelah itu, hasilnya dibandingkan dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan AKG. 2.3.
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
Diet adalah makanan ditentukan dan dikendalikan untuk tujuan tertentu. Dalam diet jenis dan banyaknya suatu makanan ditentukan Budiyanto, 2001.
Makanan adalah bahan yang jika dimakan, dicerna dan diserap akan menghasilkan paling sedikit satu macam nutrien. Nutrien adalah istilah yang dipakai secara umum
pada setiap zat yang dicerna, diserap dan digunakan untuk mendorong kelangsungan faal tubuh Beck, 1995. Zat-zat nutrien ini dibagi dalam dua golongan besar yakni
ma kronutrien zat gizi makro dan mikronutrien zat gizi mikroPaath dkk, 2005.
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet yang mengandung kalori dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging,formula komersial dan gula pasir. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu
makan dan dapat menerima makanan lengkap Almatsier, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari Bahan Makanan
Berat URT
Beras Daging
Telur ayam Tempe
Kacang hijau Sayuran
Buah pepaya Gula pasir
Minyak 300
100
50 100
25 200
200 25
30
4 ½ gls nasi 2 ptg sdg
1 btr 4 ptg sdg
2 ½ sdm 2 gls
2 ptg sdg 2 ½ sdm
3 sdm
Sumber: Alma tsier, 2004 Selanjutnya, untuk bahan makanan TKTP adalah bahan makanan biasa seperti
yang terdapat pada Tabel 2.2. ditambahkan dengan bahan makanan seperti pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Bahan Makanan untuk Diet TKTP yang Ditambahkan pada Makanan Biasa
Bahan Makanan TKTP I
TKTP II Berat g
URT Berat g
URT Susu
Telur ayam Daging
Formula komersial Gula pasir
200 50
50 200
30 1 gls
1 btr 1 ptg sdg
1 gls 3 sdm
400 100
100 200
30 2 gls
2 btr 2 ptg sdg
1 gls 3 sdm
Sumber: Alma tsier, 2004
Menurut Almatsier 2004, ada beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan berdasarkan golongan bahan makanan dalam diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein TKTP. Adapun bahan makanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan dalam Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein TKTP
Golongan Bahan Makanan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Sumber Protein
Hewani Sumber Protein
Nabati Sayuran
Buah-buahan Lemak dan Minyak
Minuman Bumbu
Nasi, roti, mi, makaroni, dan hasil olah tepung-tepungan
lain, seperti cake, tarcis, puding, dan pastry; dodol; ubi;
karbohidrat sederhana seperti gula pasir.
Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan hasil olah seperti
keju dan yoghurt custard dan es krim
Semua jenis kacang-kacangan dan hasil olahnya, seperti tahu,
tempe, dan pindakas Semua jenis sayuran, terutama
jenis B, seperti bayam, buncis, daun singkong, kacang
panjang, labu siam, dan wortel direbus, dikukus, dan ditumis
Semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering, dan jus
buah Minyak goreng, mentega,
margarin, santan encer Soft drink
, madu, sirup, teh, kopi encer
Bumbu tidak tajam seperti bawang merah, bawang putih,
laos, salam, dan kecap Dimasak dengan
banyak minyak atau kelapa santan kental
Dimasak dengan banyak minyak atau
kelapa santan kental Dimasak dengan
banyak minyak atau kelapa santan kental
Santan kental Minuman rendah energi
Bumbu yang tajam seperti cabe dan merica
Sumber: Alma tsier, 2004
Universitas Sumatera Utara
Dalam upaya pemenuhan zat gizi yang optimal pada pelaksanaan asuhan gizi diperlukan keterlibatan dan kerjasama yang erat antar berbagai profesi terkait yang
bergabung dalam tim asuhan gizi. Profesi yang terlibat adalah dokter, perawat, dietisien, dan profesi kesehatan lainnya sebagai pendukung seperti farmakolog, ahli
patologi klinik, radiologi rekam medik dan administrasi. tiap anggota tim memberikan sumbangan spesifik sesuai dengan keahliannya yang diharapkan saling
mengisi dalam upaya memberikan asuhan gizi yang optimal. Agar efektif diperlukan koordinasi yang baik melalui komunikasi secara teratur, baik secara tertulis melalui
rekam medik, secara lisan melalui diskusi sewaktu-waktu, atau melalui kunjungan keliling rounde bersama yang dilakukan secara periodik. Tim asuhan gizi ini
dibentuk di setiap unit rawat inap Budiningsari, 2004 Upaya pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap dilakukan melalui
pelayanan gizi dengan penyediaan makanan atau diet. Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat critically ill patients upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat
dilaksanakan, karena berbagai keterbatasan pada penerimaan, pencernaan, dan penyerapan berbagai makanan zat gizi. Untuk pasien demikian, diperlukan
pelayanan gizi dengan pemberian makan enteral enteral feeding atau makanan parenteral parenteral feeding yang dikenal sebagai pemberian zat gizi pendukung
nutritional support. selain itu mungkin diperlukan pemberian zat gizi pelengkap suplemen dalam bentuk beraneka jenis vitamin dan mineral Almatsier, 2004.
2.3.1. Tujuan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein