Klasifikasi Status Gizi Status Gizi Pasien Rawat Inap

penderita infeksi, kerusakan jaringan berat menyebabkan kenaikan kebutuhan kalori sebesar 10 dari kebutuhan metabolisme basal. Lain halnya pada pasien demam tinggi, kenaikan kebutuhan kalori mencapai 13 setiap kenaikan suhu tubuh 1 C Suandi, 1997. Selain asupan makanan, proses penyakit juga dapat mempengaruhi status gizi pasien. Beberapa penyakit dapat menyebabkan terjadinya anoreksia nervosa penurunan selera makan maupun malabsorbsi zat gizi. Malabsorbsi zat gizi merupakan kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah. Kelainan ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan gastroentritis.

2.1.1. Klasifikasi Status Gizi

Status gizi dibedakan menjadi gizi baik, gizi kurang dan gizi lebih. Gizi baik adalah keadaan yang seimbang antara konsumsi pangan dengan kebutuhan zat gizi. Gizi kurang under nutrition adalah kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu. Gizi lebih over nutrition adalah kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu Supariasa, 2001. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunkan kemampuan fungsional. Karena itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang seimbang baik jumlah maupun kualitasnya. Universitas Sumatera Utara Pada orang dewasa, masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan memantau perbandingan antara berat dan tinggi badan IMT. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. IMT = Berat Badan kg Tinggi Badan m x Tinggi badan m Kategori ambang batas IMT untuk masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT Kategori IMT Kurus underweight 18,5 Berat badan normal 18,5 – 24,9 Berat badan berlebih overweight 25 – 29,9 Obesitas – kelas 1 30 – 34,9 Obesitas – kelas 2 35 – 39,9 Obesitas – kelas 3 obesitas morbid ≥ 40,0 sumber: WHO, 2004

2.1.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi