Pada orang dewasa, masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga
dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
memantau perbandingan antara berat dan tinggi badan IMT. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. IMT =
Berat Badan kg Tinggi Badan m x Tinggi badan m
Kategori ambang batas IMT untuk masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT Kategori
IMT
Kurus underweight 18,5
Berat badan normal 18,5
– 24,9 Berat badan berlebih overweight
25 – 29,9
Obesitas – kelas 1
30 – 34,9
Obesitas – kelas 2
35 – 39,9
Obesitas – kelas 3 obesitas morbid
≥ 40,0
sumber: WHO, 2004
2.1.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung adalah tingkat konsumsi dan tingkat kesehatan penyakit infeksi Depkes, 2003.
1. Faktor Tingkat Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang, keluarga dan masyarakat. Untuk
mendapatkan status gizi yang baik diperlukan keseimbangan antara asupan zat gizi
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Rendahnya konsumsi pangan atau kurang seimbangnya masukan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi
mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, terjadinya penyakit dan atau lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta
menurunnya kemampuan kerja Marsetyo, 1991. Menurut Marsetyo 1991, konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan,
tersedianya bahan makanan, pendidikan, dan pengetahuan gizi. Terjadinya masalah gizi disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang
diperoleh dari makanan. Oleh karena itu pangan dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat.
Keadaan ekonomi keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Pada golongan miskin, mereka
menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan makanan. Faktor ekonomi yang paling berperan adalah pendapatan keluarga dan harga baik harga
pangan maupun harga komoditas kebutuhan dasar. Bila pendapatan keluarga berubah maka secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan
keluarga. Pendapatan meningkat berarti peluang untuk membeli bahan pangan dengan kuantitas dan kualitas yang baik menjadi lebih besar, namun bila pendapatan
menurun akan terjadi sebaliknya. Pengetahuan keluarga terhadap bahan makanan yang bergizi, yang banyak
ragamnya, dan yang dapat diperoleh dengan kemampuannya akan berpengaruh baik terhadap tingkat konsumsi pangan keluarga. Dengan demikian, maka setiap keluarga
dapat menyusun suatu hidangan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup
Universitas Sumatera Utara
setiap harinya, sehingga kebutuhan tubuh masing- masing anggota keluarga akan zat gizi dapat terpenuhi.
2. Faktor Tingkat Kesehatan Penyakit infeksi
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan
gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunkan kemampuan fungsional misalnya menyebabkan badan cepat merasa lelah, menurunnya prestasi kerja dan
prestasi belajar, serta menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada orang sehat, absorbsi zat gizi akan berlangsung secara optimal dan
proses metabolisme tubuh pun normal. Sebaliknya pada orang sakit, akan terjadi gangguan proses metabolisme sehingga menyebabkan malabsorbsi gizi dan
penurunan persediaan gizi dalam tubuh. Terjadinya peningkatan kebutuhan kalori selama sakit dikarenakan terjadinya kerusakan jaringan, meningkatnya pembentukan
zat anti, dan meningkatnya metabolisme juga sangat mempengaruhi pemakaian zat gizi dalam tubuh. Apabila orang sakit mengalami penurunan nafsu makan sehingga
asupan makanan tidak adekuat, maka kondisi ini akan memperburuk status gizi mereka Marsetyo, 1991.
2.2. Penilaian Status Gizi