Lembar pengesahan skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan.
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Oktober 2009
Fakultas Sastra USU Dekan
Prof. Syaifuddin, M.A., Ph. D Nip 196509091994031004
Panitia Ujian. No.
Nama Tanda
Tangan
1. Dra. Fitriaty Harahap S.U
2. Dra. Nurhabsyah, M.Si
3. Drs. Edi Sumarno, M.Hum
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah SWT, yang memberikan karunia tidak terhingga berupa bimbingan, kekuatan, pertolongan, maupun hidayah, dan
taufik-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan, meskipun banyak hambatan dan tantangan. Tulisan ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan, kerja sama, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, inilah saat yang tepat bagi penulis untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
1. Ayahanda tersayang Mangsur Sinaga dan Ibunda tercinta Ida Hariani serta Ibuku Nismah Matondang, yang telah mencurahkan seluruh jiwa dan raganya dalam
mendidik, membesarkan dan merawat Ananda dari lahir sampai saat ini tanpa pernah merasa lelah, walau sering Ananda membuat kalian sedih dan kecewa.
Hanya berupa skripsi inilah yang dapat Ananda berikan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
2. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D sebagai pimpinan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang memberikan segala bantuannya selama penulis mengikuti
perkuliahan. 3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, selaku Pimpinan Departemen Ilmu Sejarah yang
telah banyak memberikan bantuan serta pelajaran yang berharga kepada penulis selama dalam perkuliahan.
4. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum. selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah begitu banyak memberikan dorongan, semangat, dan telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis.Disamping sebagai pembimbing, penulis juga menganggap bapak sebagai orangtua saya, yang telah banyak
memberikan bantuan, serta perhatian yang lebih kepada penulis pada masa kuliah sampai akhir. Budi baik yang bapak berikan akan selalu penulis ingat, tidak
Universitas Sumatera Utara
mungkin penulis dapat membalas semua budi baik bapak, hanya Tuhan yang dapat membalasnya. Amin.
5. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Administrasi pendidikan Departemen Ilmu Sejarah B’Ampera yang telah banyak membantu penulis mulai masa awal
perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak Ir. Gilzen Waldino, selaku pimpinan serta seluruh Staf Pegawai Taman
Hewan Pematang Siantar yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di lapangan.
8. Kepada adikku, Nurrozaliani Sinaga yang telah memberikan dorongan dan semangat yang besar kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Stambuk 05 terkhusus kepada, Handoko, Edy, Firman, Novy, Aisyah, Nanda, dan Jogi sebagai sahabat seperjuangan yang saling memberikan
dukungan, semangat, dan juga bantuan selama dalam perkuliahan. 10. Terima kasih khusus dan spesial penulis ucapkan kepada yang paling tersayang
Dina Yuliandari sebagai cinta pertama bagi penulis, yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan lainnya dalam mendampingi, menemani, dan
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi. Akhirnya, untuk semua pihak yang telah membantu penulisan dan tidak sempat
seluruhnya disebutkan dalam skripsi ini, penulis mengucapkan beribu terima kasih. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan balasan
yang berlipat ganda. Penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Oktober
2009 Penulis,
M Rasyid Sinaga
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu tempat rekreasi yang memiliki arti sejarah yang sangat penting. Taman Hewan ini didirikan oleh seseorang
berkebangsaan Belanda pada tahun 1936. Tujuan dari pembukaan taman hewan ini awalnya terinspirasi dari hobi semata. Selanjutnya taman hewan pematang siantar
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Walapun dihadapkan oleh situasi yang tidak tenang, dimana perjuangan sedang berlangsung, serta kedatangan Jepang di
Indonesia yang membawa dampak yang buruk bagi sektor pariwisata di Indonesia kususnya Taman Hewan Pematang Siantar.
Berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia praktis pemerintahan dipegang oleh bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Taman Hewan Pematang Siantar yang dahulu
dikelola oleh Belanda selanjutnya pengelolaannya dipegang oleh pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar. Dalam perkembangan selanjutnya, pengelolaan
taman hewan dikelola oleh Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar.
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar melalui dinas taman hewan telah turun tangan dalam membenahi dan mengelola fungsi serta manfaat taman
hewan tersebut karena kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan atau alam sekitar. Hal ini dapat kita ketahui dari program-program pemerintah dalam
pengembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Banyak perubahan yang terjadi pada saat Taman Hewan Pematang Siantar ketika dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Derah
Tingkat II Pematang Siantar. Tidak hanya pertambahan jenis koleksi satwa, namun bertambahnya sarana dan prasarana lain dinataranya taman bermain, museum taman
hewan serta penambahan jumlah bangunan yang ada di taman hewan tersebut.
Demikianlah penulis mencoba menggambarkan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990. Penulis berkeyakinan bahwa peranan Taman
Hewan Pematang Siantar sangat penting karena menyangkut kehidupan manusia dalam kaitannya pengembangan budaya bangsa dalam rangka memelihara lingkungan hidup
masyarakat di era teknologi modern ini. Maka sudah sesegera mungkin kita berbenah diri dalam memikirkan pengembangan taman hewan pematang siantar untuk diwariskan
kepada generasi yang akan datang dan mengikutsertakan masyarakat agar tercapai tujuan dan cita-cita taman hewan itu sendiri.
DAFTAR ISI
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………………… i ABSTRAK……………………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. iv DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………………………………….. 5
1.4 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………... 6
1.5 Metode Penelitian…………………………………………………………. 9
BAB II TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR SEBELUM TAHUN 1978…………………………………………………………………. 12
2.1 Awal Berdirinya Taman Hewan….……………………………………….. .12 2.2 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1936-1960………….…………… 14
2.3 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1960-1978.……………………… 20
BAB III TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR TAHUN 1978-1990 ……..…………………………………………………… 24
3.1 Tatanan Organisasi……………………………………………………….. 27 3.2 Pengelolaan……………………………………………………………….. 31
3.3 Dana Pengelolaan………………….……………………………………… 32 3.4 Pengembangan………………..…………………………………………… 32
3.5 Koleksi Hewan.……………….…………………………………………… 36 3.6
Pengunjung………………………………...……………………………… 38
Universitas Sumatera Utara
3.7 Perkembangan Pameran Taman Hewan Pematang Siantar……………….. 39 3.8 Perubahan Fungsi……………………...…………………………………... 40
3.8.1 Pariwisata Berbasis Kekayaan Satwa……………………………. 42 3.8.2 Sebagai Hutan Kota……………………………………………… 45
BAB IV FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR……………….…………………………………………………….. 49
4.1 Faktor Intern…………………………...………………………………...… 50 4.1.1 Peran Pemerintah……………………………………………….... 51
4.1.2 Peningkatan dan Pengelolaan……………………………………. 52 4.1.3
Promosi…………………………………………………………... 52
4.1.4 Faktor Spesies……………………………………………………. 56 4.2 Faktor Ekstern…..………………………………………………………….. 57
4.2.1 Perkembangan Sarana dan Prasarana Transportasi………………. 58 4.2.2 Akomodasi……………………………………………………….. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 62
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 62 5.2
Saran………………………………………………………………………... 63
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 66 DAFTAR INFORMAN………………………………………………………………. 68
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Hewan Yang Dipelihara Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1936.
Tabel 2. Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Sebelum Tahun 1978. Tabel 3. Jenis dan Jumlah Koleksi Satwa Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1980-
1990. Tabel 4. Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1978-1990.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu tempat rekreasi yang memiliki arti sejarah yang sangat penting. Taman Hewan ini didirikan oleh seseorang
berkebangsaan Belanda pada tahun 1936. Tujuan dari pembukaan taman hewan ini awalnya terinspirasi dari hobi semata. Selanjutnya taman hewan pematang siantar
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Walapun dihadapkan oleh situasi yang tidak tenang, dimana perjuangan sedang berlangsung, serta kedatangan Jepang di
Indonesia yang membawa dampak yang buruk bagi sektor pariwisata di Indonesia kususnya Taman Hewan Pematang Siantar.
Berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia praktis pemerintahan dipegang oleh bangsa Indonesia. Begitu juga dengan Taman Hewan Pematang Siantar yang dahulu
dikelola oleh Belanda selanjutnya pengelolaannya dipegang oleh pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar. Dalam perkembangan selanjutnya, pengelolaan
taman hewan dikelola oleh Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar.
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar melalui dinas taman hewan telah turun tangan dalam membenahi dan mengelola fungsi serta manfaat taman
hewan tersebut karena kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan atau alam sekitar. Hal ini dapat kita ketahui dari program-program pemerintah dalam
pengembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Banyak perubahan yang terjadi pada saat Taman Hewan Pematang Siantar ketika dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Derah
Tingkat II Pematang Siantar. Tidak hanya pertambahan jenis koleksi satwa, namun bertambahnya sarana dan prasarana lain dinataranya taman bermain, museum taman
hewan serta penambahan jumlah bangunan yang ada di taman hewan tersebut.
Demikianlah penulis mencoba menggambarkan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990. Penulis berkeyakinan bahwa peranan Taman
Hewan Pematang Siantar sangat penting karena menyangkut kehidupan manusia dalam kaitannya pengembangan budaya bangsa dalam rangka memelihara lingkungan hidup
masyarakat di era teknologi modern ini. Maka sudah sesegera mungkin kita berbenah diri dalam memikirkan pengembangan taman hewan pematang siantar untuk diwariskan
kepada generasi yang akan datang dan mengikutsertakan masyarakat agar tercapai tujuan dan cita-cita taman hewan itu sendiri.
DAFTAR ISI
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di awal abad ke-20 Pematang Siantar merupakan kota kedua yang terpenting dan terbesar di kawasan Sumatera Timur setelah Medan. Sebelum Belanda masuk ke
Sumatera Timur, Pematang Siantar merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Siantar, yang berkedudukan di Pulau Holing. Raja terakhir dari kerajaan Siantar adalah keturunan
marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasaan sebagai raja hingga tahun 1906. Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, Simalungun
menjadi daerah kekuasaan Belanda dan di tahun 1907 praktis berakhirlah kekuasaan raja. Pada masa penjajahan Belanda, Pematang Siantar termasuk wilayah Afdeling
Simalungun dan Tanah Karo. Afdeling ini merupakan bagian dari keresidenan Sumatera Timur yang diperintah oleh seorang residen yang berkedudukan di kota Medan.
Simalungun dan Tanah Karo digabung ke dalam satu daerah pemerintahan yang disebut Afdeling Simalungun en Karo Landen dipimpin oleh Asisten Residen yang berkedudukan
di Pematang Siantar. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematang Siantar. Selanjutnya berdasarkan Besluit
Gouvernement Hindia Belanda pada tanggal 27 Desember 1913 No. 4 Pematang Siantar merupakan ibu kota Onder-afdeling Simalungun.
1
Dengan dibukanya perkebunan di wilayah ini, Pematang Siantar kemudian berkembang pesat, ditandai dengan pertambahan jumlah penduduk akibat banyaknya
1
Rosida Saragih, “Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang di Simalungun 1942-1945”, Skripsi S-1, Medan: USU, 1978, hal. 7-8.
Universitas Sumatera Utara
pendatang baru yang datang dari luar untuk mendukung industri perkebunan. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematang Siantar. Selanjutnya pada tanggal 1 Juli
1917, berdasarkan Staatsblad No. 285, Pematang Siantar berubah menjadi Gemeente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Staatsblad No. 117
Pematang Siantar berubah menjadi Gemeente yang mempunyai dewan. Pada zaman Jepang, Gemeente Pematang Siantar berubah nama menjadi Siantar
Estate dan dewan dihapus. Kemudian, setelah proklamasi kemerdekaan. Pematang Siantar berubah kembali menjadi daerah otonomi. Selanjutnya, berdasarkan UU
No.221948 status Gemeente berubah menjadi Kota Kabupaten Simalungun, dan jabatan Walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957. Berdasarkan UU No. 11957
Pematang Siantar berubah menjadi Kota Praja Penuh, untuk kemudian dengan keluarnya UU No. 181965 berubah menjadi Kotamadya. Akhirnya, dengan keluarnya UU No.
51974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Di Daerah Kotamadya Pematang Siantar berubah menjadi Daerah Tingkat II Pematang Siantar.
Kota Pematang Siantar memiliki beberapa keunikan yang merupakan ciri khas dari kota tersebut. Paling tidak ada dua hal yang khas dari kota Pematang Siantar yaitu,
becak Siantar dan Taman Hewan Pematang Siantar
2
. Taman hewan ini merupakan satu dari dua taman hewan yang ada di Propinsi Sumatera Utara selain Kebun Binatang
Medan. Taman Hewan Pematang Siantar merupakan peninggalan dari zaman Kolonial
Belanda, dan didirikan pada tanggal 27 Nopember 1936. Setelah berakhirnya kekuasaan
2
Taman Hewan Pematang Siantar sering juga disebut Kebun Binatang Pematang Siantar, dalam skripsi ini penulis menggunakan istilah Taman Hewan Pematang Siantar sesuai dengan nama resminya.
Universitas Sumatera Utara
Kolonial Belanda selanjutnya Taman Hewan Pematang Siantar dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Pematang Siantar.
Taman hewan merupakan tempat berbagai jenis satwa dikumpulkan, dipelihara, dan diperagakan untuk umum dan berfungsi sebagai sarana rekreasi alam sehat, dalam
mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat untuk memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
3
Taman Hewan Pematang Siantar termasuk ke dalam taman rekreasi. Taman rekreasi dapat diartikan sebagai kawasan khusus, biasanya tertutup sehingga untuk
memasukinya perlu membayar tanda masuk, tempat para pengunjung bisa bersantai dan menghibur diri dengan memanfaatkan beranekaragam fasilitas: hiburan, perunjukan,
pameran, permainan, restoran, dan toko-toko cendera mata. Kelengkapan taman ini bisa berwujud gejala-gejala alam hutan, kawasan gunung, kebun binatang dapat pula hasil-
hasil ciptaan manusia dalam berbagai bentuk yang memberikan kesegaran jasmani dan rohani para pengunjungnya.
4
Taman Hewan Pematang Siantar terletak di Jalan Gunung Simanuk-manuk kelurahan Timbang Galung dan terletak di pusat kota. Jika, ditinjau dari sudut pandang
ekonomis, tentunya posisi ini sangat strategis, karena terletak di pusat kegiatan kota Pematang Siantar serta mudah dijangkau dari berbagai sudut kota. Ketika dikelola oleh
pemerintah setempat banyak terjadi perubahan terhadap taman hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah binatang, kondisinya yang terawat, kebersihan
yang terjaga, kenaikan jumlah pengunjung, serta mulai dilengkapinya berbagai fasilitas, seperti taman bermain. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya hubungan antara politik
3
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, hal. 266.
4
R. S. Damardiati, Istilah-Istilah Dunia Pariwisata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1992, hal.82
Universitas Sumatera Utara
dengan kebijakan yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan prasarana taman hewan. Dengan kata lain, seluruh kepentingan dalam pengelolaannya tidak dapat di
pisahkan dari kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar. Hubungan antara politik dan sektor pariwisata ini tercermin dalam kegiatan
aparatur dan organisasi pemerintah dalam keseluruhannya serta bentuk anggapan umum yang dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan, untuk pengelolaan taman hewan ini
kemudian dipercayakan kepada instansi, badan atau organisasi guna melaksanakan segala tugas yang telah dirumuskan di dalam bentuk peraturan-peraturan. yang dihasilkan serta
memberi interpretasi guna memberikan kesempatan kepada instansi yang diunjuk sehingga terwujudnya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam memajukan Taman
Hewan Pematang Siantar secara keseluruhan. Akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindakan-tindakan pemerintah dalam proses pengelolaan Taman Hewan Pematang
Siantar ada kalanya membawa dampak yang positif, terkadang juga bisa berdampak negatif terhadap perkembangan taman hewan sendiri.
Meskipun demikian, untuk sementara dapat dikatakan bahwa Taman Hewan Pematang Siantar mengalami banyak perkembangan di bawah pengelolaan Pemerintah
Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar. Penelitian ini membahas tentang perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar khususnya pada periode 1978-1990.
Selama periode 1978 sebagai awal dari penelitian ini setelah ada wacana untuk menutup taman hewan ini pada tahun 1978. Mungkin, inilah yang menjadi pemicu Pemerintah
Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar untuk meningkatkan Taman Hewan Pematang Siantar. Tahun 1990 sebagai akhir dari penulisan berdasarkan pada kenyataan
bahwa selama satu dasawarsa ini telah tampak perkembangan dari taman hewan ini. Skop
Universitas Sumatera Utara
spasial dari penelitian ini adalah Taman Hewan Pematang Siantar. Dalam penelitian ini, penulis tidak mencantumkan status Kota Pematang Siantar, karena Kota Pematang
Siantar pernah disebut sebagai Gemeente menjadi Kota Praja Penuh bahkan Kotamadya. Oleh karena itu penyebutan Kota Pematang Siantar tidak didahului kotanya cukup
Pematang Siantar saja. Atas dasar pemikiran di atas, penelitian ini diberi judul
“Perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar 1978-1990”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah tentang perkembangan Taman Hewan Pematang
Siantar pada saat dikelola oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar pada periode 1978-1990. Adapun permasalahan-permasalahan yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana sejarah Taman Hewan Pematang Siantar sebelum tahun 1978? 2.
Bagaimana perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990?
3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya perkembangan Taman
Hewan Pematang Siantar 1978-1990?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Menguraikan sejarah berdirinya Taman Hewan Pematang Siantar sebelum 1978.
Universitas Sumatera Utara
2. Mendeskripsikan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar pada
tahun 1978-1990 3.
Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar 1978-1990.
Diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat bagi Taman Hewan Pematang Siantar, pemerintah dan juga masyarakat luas. Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah: 1.
Bagi Taman Hewan Pematang Siantar, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar lebih mampu meningkatkan mutu, karena masa lalu dapat menjadi cermin
yang baik untuk tempat berbenah diri menuju perubahan-perubahan yang lebih baik di masa-masa yang akan datang.
2. Bagi Pemerintah, kiranya penelitian dapat memberikan masukan dalam
mengambil kebijakan dalam rangka pembangunan serktor pariwisata. Khususnya Pemerintah Kota Pematang Siantar untuk memperhatikan serta melestarikan
Taman Hewan Pematang Siantar menuju perubahan yang lebih baik dimasa mendatang.
3. Bagi masyarakat Pematang Siantar semoga lebih menyadari arti pentingnya
keberadaan taman hewan di tengah-tengah mereka. Dengan demikian akan terdapat rasa memiliki pada diri masyarakat untuk serta menjaga dan merwat
fasilitas-fasilitas umum yang disediakan oleh Taman Hewan Pematang Siantar untuk kepentingan bersama masyarakat itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun ditempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat
menimbulkan suatu kejenuhan pada diri manusia itu. Untuk mengatasi rasa jenuh itu, manusia berusaha melakukan kegiatan selingan untuk menghibur diri dan melupakan
sejenak kegiatan rutinnya. Dalam kehidupan yang dilakukan sebagian orang untuk menghilangkan
kejenuhan itu adalah rekreasi. Rekreasi merupakan variasi dalam kehidupan yang biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang dan bersifat sementara. Melalui
kegiatan rekreasi diperoleh suatu kepuasaan jiwa. Salah satu rekreasi yang ditawarkan adalah taman hewan atau tempat konservasi satwa.
Luchman Hakim dalam bukunya Dasar-Dasar Ekowisata menjelaskan ancaman
terhadap keberadaan keanekaragaman hayati dunia semakin lama semakin memprihatinkan, hal ini juga diikuti oleh laju kepunahan spesies yang semakin hari juga
semakin meningkat. Saat ini diyakini pula bahwa laju kepunahan tersebut sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Dengan demikian, membangun sebuah kesadaran manusia
terhadap pentingnya konservasi lingkungan hidup, di mana keanekaragaman hayati menjadi isu penting didalamnya, sangat diperlukan.
5
Dengan dikembangkannya wisata safari ataupun wisata taman hewan, pola seperti akan mampu menjawab permasalahan pembangunan dan konservasi satwa. Sejauh ini
konflik antara kehidupan liar dengan manusia banyak terjadi di belahan dunia. Konflik tersebut, terutama terjadi dalam hal penggunaan dan penguasaan habitat. Pertumbuhan
5
Luchman Hakim, Dasar-Dasar Ekowisata, Malang: Bayumedia Publishing, 2004, hal.93.
Universitas Sumatera Utara
penduduk mengakibatkan permintaan akan tempat tinggal dan fasilitas lainnya meningkat, sementara perencanaan habitat seringkali mengorbankan kehidupan liar, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sampurno, dkk. menghimpun sebuah buku yang berjudul Satu Abad Museum Zoologi Bogor 1894-1994. dalam buku dijelaskan bahwa selain ahli botani juga
diperlukan ahli zoologi. Ahli zoologi mempunyai tugas untuk meneliti hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh berbagai jenis binatang. Dalam perkembangan
selanjutnya, ahli zoology sangat diperlukan. Untuk mendukung penelitian para ahli zoologi disamping perlunya tempat konservasi satwa juga di butuhkan museum zoologi.
Selain sebagai tempat penelitian, ternyata fungsi dari museum tersebut berkembang sebagai tempat pameran satwa. Pameran yang disajikan di dalam museum ini merupakan
binatang yang sudah diawetkan. Tujuannya adalah untuk menggugah perhatian masyarakat akan keanekaragaman bentuk dan fungsi binatang.
6
Nadjamuddin Ramly dalam bukunya yang berjudul Pariwisata Berwawasan Lingkungan, menjelaskan bahwa terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, negara
memiliki hak menguasai dan mengatur pengelolaan sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Lingkungan hidup merupakan lingkungan di sekitar manusia,
tempat organisme dan anorganisme berkembang dan saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia, organisme, dan anorganisme merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan hidup. Lingkungan alami ekosistem adalah lingkungan
6
Sampurno Kadarsan, dkk., Satu Abad Museum Zoologi Bogor 1894-1994, Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, 1994, hal. 4, 18.
Universitas Sumatera Utara
yang tidak terlalu didominasi manusia sehingga makhluk hidup lainnya mempunyai kesempatan dan ruang untuk hidup wajar.
7
Keterkaitan pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar dan pembangunan pariwisata yang penekanannya pada pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Pembangunan dan pelestariannya senantiasa saling melengkapi dalam mewujudkan sebuah ekosistem yang
seimbang, serasi, dan berkesinambungan, yakni taman hewan yang memiliki daya tampung dan adaptasi yang seimbang dan proporsional untuk kepentingan kehidupan
manusia.
1.5 Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi sejarah dan menghasilkan sebuah karya sejarah yang bernilai ilmiah sehingga tahapan demi tahapan harus
dilakukan untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi: heuristik, verifikasi,
interpretasi, dan historiografi.
8
Langkah pertama yang dilakukan adalah melalui heuristik yaitu pengumpulan data atau fakta-fakta dan sumber-sumber yang sesuai dan mendukung objek yang diteliti.
Proses yang digunakan dalam hal ini adalah dengan melakukan library research penelitian kepustakaanstudi literatur yaitu mengumpulkan sejumlah sumber tertulis
baik primer maupun sekunder, yang berupa arsip, laporan, majalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang dikaji. Sumber-sumber ini diperoleh dari Pemerintah Kota
7
Nadjamuddin Ramly, Pariwisata Berwawasan Lingkungan: Belajar Dari Kawasan Wisata Ancol, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007, hal. 16-17.
8
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI-Press, 1985, hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
Pematang Siantar, Taman Hewan Pematang Siantar, berupa arsip-arsip dan laporan yang dimiliki Pemerintah Kota Pematang Siantar melalui arsip Dinas Taman Hewan,
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan Perpustakaan Sintong Binge Pematang Siantar. Melalui studi kepustakaan, diperoleh data-data yang berkaitan dengan
permasalahan serta merupakan acuan yang bersifat teoritis berupa sumber yang dapat mendukung dan memiliki relevansi dengan penelitian. Field research penelitian
lapangan studi lapangan juga dilakukan dengan menggunakan wawancara yang tidak berstruktur dan bersifat terbuka.Penulis melakukan wawancara melalui beberapa
informan yang dapat memberikan keterangan dalam penelitian ini sebagai informasi. Dalam melakukan wawancara, dipilih beberapa informan yang mengetahui tentang
masalah yang dibahas, yaitu mereka yang pernah bertugas di Taman Hewan Pematang Siantar maupun yang saat ini masih bertugas.
Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan kritik sumber. Dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul. Kritik yang dilakukan yaitu kritik
intern dan juga ekstern. Kritik intern diperlukan guna menilai kelayakan data sedangkan kritik ekstern digunakan untuk menentukan keabsahan data.
Tahapan selanjutnya adalah tahap interpretasi. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis baru yang sifatnya lebih objektif
dan ilmiah dari objek yang telah diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang
tajam agar mendapat fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data-data informasi yang dapat dipercaya dari
bahan-bahan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan terakhir adalah historiografi, yakni penulisan yang disusun berdasarkan interpretasi fakta-fakta yang ditemukan menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik
dan berarti, secara kronologis dan rasional. Dimana setelah penelitian, dituliskan kedalam skripsi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR
SEBELUM TAHUN 1978 2.1
Awal Berdirinya Taman Hewan
Taman Hewan Pematang Siantar adalah satu dari dua kebun binatang yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Taman Hewan Pematang Siantar merupakan taman hewan
tertua yang keempat di Indonesia setelah Kebun Binatang Surabaya, Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Bukit Tinggi di Propinsi Sumatera Barat.
Taman Hewan Pematang Siantar Zoological en Botanical Garden, didirikan pada tahun 1936 dan secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 27 Nopember 1936.
Dengan luas areal 4,5 ha., Taman Hewan Pematang Siantar ini didirikan oleh Dr. Coonrad berkebangsaan Belanda. Ia sekaligus menjadi pemimpin pertama sebagai
Directur Van Het Diieren Park Pematang Siantar Direktur Taman Hewan Pematang Siantar. Pembiayaan taman hewan ini awalnya dibebankan kepada Begretins van de
Gemeente Pematangsiantar ver het Dienscaar dan juga bantuan para donatur dari beberapa perkebunan di daerah Pematang Siantar.
Pada awal didirikan, taman hewan ini bertujuan membina koleksi fauna Indonesia selengkap-lengkapnya, yang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sarana tempat
rekreasi. Secara berangsur-angsur tujuan dari didirikannya taman hewan ini kemudian berkembang untuk memperluas pemahaman dan aspresiasi masyarakat tentang fungsi
utama satwa, meningkatkan kesejahteraan satwa, menciptakan konservasi yang melakukan perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk
dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam.
Universitas Sumatera Utara
Sejak pertama kali Taman Hewan Pematang Siantar dibangun, lokasinya tidak pernah dipindahkan. Luas lahannya juga tidak berubah. Taman Hewan ini beralamat di
Jalan Kapten M.H. Sitorus No.10 Pematang Siantar. Taman Hewan Pematang Siantar terletak di Kelurahan Teladan dan Timbang Galung Kecamatan Siantar Barat dengan
batas-batas sebagai berikut: -
Sebelah Timur dengan Jalan Marhaen Jalan Kapten M.H. Sitorus -
Sebelah Barat dengan Jalan Bukit barisan -
Sebelah Utara dengan Jalan Kenari -
Sebelah Selatan dengan Jalan Gunung Simanuk-manuk. Secara Geografis, Taman Hewan Pematang Siantar berada pada 2°. 50’ 29’-2°.
50’. 23” Lintang Utara dan 99°. 05’-99°. 02 Bujur Timur. Curah hujan, khusunya di kota Pematang Siantar adalah 278,9 mlm per tahun
9
. Letak dari taman hewan ini berjarak lebih kurang 500 meter dari kantor walikota, dan tidak jauh dari pusat pasar serta Hotel
Siantar. Kondisi ini sangat menguntungkan karena selain letaknya yang strategis, sehingga memudahkan akses bagi pengunjung untuk datang ke taman hewan.
Lahan yang digunakan memiliki struktur tanah yang berbukit. Di tengah dari kebun binatang ini mengalir sungai kecil yaitu Sungai Bah Kandang. Tanah yang
berbukit sengaja dipilih dengan alasan untuk menyesuaikan tempat hidup hewan di habitat aslinya. Hewan yang hidup di dataran rendah ditempatkan di bagian yang rendah.
Hewan yang habitatnya di dataran tinggi, tentunya ditempatkan di tanah yang berbukit.
9
Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, 1986,hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Purwanto, hewan sengaja ditempatkan sesuai dengan habitatnya, hal ini untuk menghindarikan hewan dari stress atau dapat mengakibatkan kematian.
10
Sungai yang mengalir tepat di tengahnya, memberikan manfaat terhadap binatang yang hidup di sana. Salah satu manfaatnya yaitu sebagai persediaan air tempat
hidup atau media hidup bagi hewan yang hidup di air, maupun di rawa. Manfaat lainnya yaitu sebagai asupan air untuk membersihkan kandang-kandang binatang.
Selain menambah keindahan alam, tentunya memberikan suplai air terhadap tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar taman hewan. Di taman hewan ini terdapat
beberapa pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun. Pohon-pohon tersebut memang sengaja tidak ditebang. Hal ini dimaksudkan sebagai pelindung binatang dari sengatan
sinar matahari langsung di samping memberikan udara yang sejuk dan segar.
2.2 Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1936-1960
Pada awal didirikan, Taman Hewan Pematang Siantar merupakan tempat pemeliharaan hewan yang didasari hobi salah seorang warga Belanda yang tinggal di
Pematang Siantar. Dari hobi inilah timbul untuk membuat suatu Taman Hewan. Perkembangan selanjutnya, banyak masyarakat yang berminat untuk melihat-lihat hewan
melakukan kegiatan wisata yang ada di taman tersebut. Namun, kemungkinan besar disamping sebagai hobi, pendirian taman hewan ini mendapatkan dukungan atau sengaja
dibangun oleh pemerintah kolonial. Jika diperhatikan perkembangan kepariwisataan di Indonesia, ternyata
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan kepariwisataan di Indonesia
10
Wawancara dengan Bapak Purwanto pada tanggal 22 Juni 2009 di Taman Hewan Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
dapat kita bagi dalam tiga periode penting, yaitu periode masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka hingga 1960.
Pada masa penjajahan Belanda kegiatan kepariwisataan dimulai sejak tahun 1910- 1912 sesudah dikeluarkannya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeniging
Toeristen Verkeer VTV yang merupakan suatu badan atau Official Tourist Bureau pada masa itu.
11
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, keadaan kepariwisataan terlantar sama sekali. Saat itu dapat dikatakan orang-orang tidak berkeinginan atau kesempatan
untuk mengadakan perjalanan, sebab selain keadaan yang tidak menentu, juga keadaan perekonomian sangat sulit untuk bepergian atau melakukan wisata. Untuk mendapatkan
makanan dan pakaian sangat dirasakan kesulitannya, apalagi untuk berpergian berpariwisata. Kondisi ini tentunya juga berdampak pada perkembangan Taman Hewan
Pematang Siantar. Meskipun demikian Taman Hewan Pematang Siantar dapat bertahan. Pada tahun 1946, sebagai akibat dari perjuangan bangsa Indonesia untuk
membebaskan tanah air Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka oleh pemerintah kembali dihidupkan industri-industri, termasuk industri pariwisata guna
mendukung perekonomian negara di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kunjungan para wisatawan pada masa ini mengalami peningkatan.
Pada periode tahun 1936-190 kendati mendapat hambatan pada masa Jepang dan Perang Kemerdekaan dapatlah dikatakan masa keemasan Taman Hewan Pematang
Siantar. Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di taman hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah hewan, kandang, serta pembangunan sarana dan
11
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1996, hal.24.
Universitas Sumatera Utara
prasarana lainnya seperti dibangunnya Museum Taman Hewan Pematang Siantar Museum Zoologicum.
Pada awalnya, koleksi yang ada di taman hewan tersebut hanya ada beberapa jenis saja. Hewan yang ada merupakan jenis, mamalia di antaranya mawas, owa, rusa,
dan harimau Sumatera. Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini: Tabel 1: Jenis dan Jumlah Hewan Yang Dipelihara Taman Hewan Pematang
Siantar Tahun 1936. NO
NAMA HEWAN NAMA LATIN
JUMLAH EKOR
1 Mawas Pongo pygmaeus
4 2 Owa
Hylobates moloch 2
3 Rusa Rusa hipelaphus
6 4 Harimau
Sumatera Panthera tigris sumatrae
1 Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar Pematang Siantar
Dengan adanya keempat jenis hewan ini, tentunya kandang merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Pada awalnya kandang yang ada hanya sedikit sesuai
dengan jumlah hewan yang ada. Dari empat jenis hewan yang ada, selajutnya bertambah menjadi beberapa jenis hewan. Hewan mamalia yang bertambah di antaranya adalah
singa, rusa bawean, kanguru, beruang dan kelinci serta beberapa jenis hewan yang tidak didapatkan keterangannya. Aves, yaitu jenis burung-burung, kemudian banyak
didatangkan di taman hewan. Selain itu jenis-jenis reptile, di antaranya labi-labi, biawak, dan ular juga dipelihara.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, banyak sekali perkembangan yang terjadi pada Taman Hewan Pematang Siantar, terutama pembangunan infrastrukturnya.
Adapun infrastruktur yang dibangudi antaranya sebagai berikut: 1.
Kantor sayap kirikanan dan pintu gerbang 2.
Gudang 3.
Kantin 4.
Rumah hujan 5.
Kolam air mancur 6.
Kolam renang mini 7.
Kolam Bundang 8.
Kolam sampan 9.
Jembatan 10.
Pagar tembok keliling 11.
Jalan vandelpad 12.
Kamar WC 13.
Kandang Ungko 14.
Kandang Kasuari 15.
Kandang Singa Kanguru dan Rusa Bawean 16.
Kandang labi-labi, biawak 17.
Kandang ular kandang kaca 18.
Kandang Buaya 19.
Kandang Beruang 20.
Kandang Rusa Tutul
Universitas Sumatera Utara
21. Kandang Monyet
22. Kandang Pelikan
23. Kandang Burung Elang, Kakak Tua, Enggang, Ayam Mutiara
24. Kandang Kelinci
25. Kandang Harimau
26. Kandang Mawas
27. Kandang burung-burung
28. Kandang burung dari kaca
12
Karena mahkluk Tuhan terbatas usianya, maka muncullah ide untuk mendirikan museum. Tujuan dari didirikannya museum ini adalah, hewan-hewan yang ada di taman
hewan tersebut, apabila mati maka hewan yang mati itu diawetkan untuk menyerupai wujudnya semula. Hewan tersebut di offset diawetkan kemudian diletakkan pada bingkai
kaca. Sebagai sarana penampungnya maka dibentuklah pada bulan Juni 1956 Museum Zoologicum. Museum ini didirikan oleh Prof. Dr. F.J. Nainggolan. Pemakaiannya
diresmikan oleh Ibu Drs. M.Hatta istri mantan wakil presiden RI pertama.
13
Museum Zoologicum dibangun diareal seluas lebih kurang 1200 m² dan dengan luas bangunan 258 m² dalam wujud semi permanen. Adanya museum ini memberikan
kesempatan kepada pengelola untuk mempertunjukkan jenis-jenis binatang yang sudah diawetkan, mulai dari hewan unik hingga yang langka. Pameran disajikan dalam bentuk
pajangan ataupun spesimen dalam kaca dan tabung gelas. Tujuan pameran adalah untuk menggugah perhatian masyarakat akan keanekaragaman bentuk dan fungsi binatang.
Ternyata pameran ini mendapat sambutan antusias dari masyarakat.
12
Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, Op.cit., hal. 3
13
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sejak semula didirikan, tugas utama museum tidak hanya mengkoleksi hewan yang mati dari kebun binatang Pematang Siantar saja, namun ditujukan untuk membina
koleksi fauna Indonesia yang selengkap-lengkapnya. Tujuannya agar dapat dapat digunakan sebagai koleksi referensi, baik sebaran, stadium pertumbuhan maupun
ekosistemnya. Tugas ini belum terlaksana sepenuhnya, meskipun demikian pengelola berupaya untuk semaksimal mungkin mengelolanya.
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam mengelola museum, yaitu dengan tenaga dan sarana yang tersedia senantiasa diupayakan untuk memperoleh koleksi
selengkap-lengkapnya dan sebanyak mungkin. Sebagian dari koleksi Museum berasal dari koleksi perorangan baik yang memang diserahkan maupun sengaja dititipkan.
Meskipun demikianyang dititipkan berangsur-angsur menjadi milik museum. Tetapi catatan tentang bilamana koleksi semacam itu beralih tangan tidak lengkap.
Selama periode 1936 sampai 1960 Taman Hewan Pematang Siantar dipimpin oleh orang-orang yang ahli dan memiliki dedikasi yang tinggi. Perkembangan taman hewan
ini sendiri tidak terlepas dari pengelolaan oleh struktur organisasi dan tenaga ahli di bidangnya. Adapun nama pimpinan Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini
adalah: 1.
dr. Coonrad 2.
dr. Alimusa 3.
dr. A.H. Endamora 4.
Prof. Dr.F. J. Nainggolan 1 Januari 1954-1960
14
:
14
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1960-1978
Periode 1960-1978 merupakan masa kemunduran Taman Hewan Pematang Siantar. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1978 muncul wacana bahwa DPRD mengusulkan agar
Taman Hewan Pematang Siantar ditutup. Alasannya karena keadaan taman hewan ini cukup parah di samping kurang menguntungkan. Empat ekor harimau di Taman Hewan
Pematang Siantar mati. Kematian ini diakibatkan kesehatan, dan cara pemeliharaan yang kurang perhatian serta makanan yang minim. Padahal alokasi dana yang besar ditujukan
oleh hewan karnivora pemakan daging. Ini didasari oleh harga makanan hewan itu yakni daging segar yang harganya relatif mahal jika dibandingkan dengan biaya untuk
makanan hewan herbivora pemakan tumbuhan. Dengan kurangnya perhatian terhadap hewan yang hidup di kandang, maka mengakibatkan munculnya penyakit yang dapat
menyerang setiap hewan.
15
Kejadian ini juga menimpa hewan-hewan yang lainnya. Selain itu, kemunduran ini juga dapat dilihat dari jumlah pengunjung wisatawan
yang datang ke Taman Hewan Pematang Siantar cenderung menurun. Dalam hal ini, wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang mengadakan perjalanan dari tempat
kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau dengan kata singkat: pengunjung, orang yang mengadakan kunjungan
16
. Batasan itu tidak operasional, akan tetapi konseptual, tidak dapat digunakan untuk menunjuk siapakah orang yang wisatawan
secara konkret, apakah seseorang wisatawan atau bukan. Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu objek wisata yang
tentunya melibatkan orang banyak di dalam masyarakat, yang masing-masing melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Si wisatawan pengunjung yang melakukan perjalanan
15
Tempo, Sejarah Taman Hewan Pematang Siantar, volume 50XII 12 Februari 1983.
16
Oka A. Yoeti,Op.cit., hal. 73
Universitas Sumatera Utara
wisata perlu mengadakan persiapan-persiapan. Semua kegiatan itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mengadakan perjalanan.
Maka dapat diasumsikan bahwa orang yang mengadakan perjalanan itu pasti mempunyai alasan atau motif untuk melakukan perjalanan itu. Oleh sebab itu wisatawan
untuk melakukan kunjungan tentunya memiliki motif tersendiri dengan singkat motif wisata.
Wisatawan hanya akan berkunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar kalau di tempat itu terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan
motif wisata akan merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi taman hewan. Daya tarik bagi wisatawan itu disebut atraksi wisata dan berupa tempat hiburan,
pertunjukan hewan, peninggalan sejarah, dan sebagainya. Kenyataannya Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini belum memenuhi apa yang diharapkan oleh para calon
pengunjung. Pada periode ini pandangan dan antusiasme masyarakat terhadap taman hewan
menurun dan mendapatkan citra yang tidak baik. Bahkan ada suatu anggapan bahwa berkunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar tidak mendapatkan manfaat serta kurang
puasnya pengunjung dengan apa yang dilihat. Datang ke taman hewan hanya melihat hewan yang biasa dilihat masyarakat seperti monyet dan burung saja. Masyarakat
terkesan jenuh dan rugi untuk berkunjung.
17
Meskipun tidak didapatkan data jumlah pengunjung dari tahun 1960 sampai tahun 1969, catatan jumlah pengunjung
menunjukkan penurunan setidaknya periode tahun 1969 samapai 1977 yakni setahun sebelum dikeluarkannya Perda tentang pembentukan Dinas Taman Hewan Kotamadya
17
Wawancara dengan beberapa masyarakat yang tinggal di kota Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat II Daerah Pematang Siantar. Penurunan jumlah pengunjung tahun 1969 sampai tahun 1977 dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2: Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Sebelum Tahun 1978
NO TAHUN JUMLAH
ORANG 1
1969 1970 66.870
2 1970 1971
51.867 3 19711972
50.660 4
1972 1973 41.486
5 1973 1974
37.330 6
1974 1975 29.675
6 1975 1976
30.932 7
1976 1977 51.588
Sumber: Dinas Taman Hewan Pematang Siantar Daerah Tingkat II Pematang Siantar,1986.
Kemunduran dari Taman Hewan Pematang Siantar dapat diperkirakan kemungkinan besar, kurangnya manajemen pengelolaan yang baik. Salah satu hal yang
dapat dilihat yaitu pimpinan dari Taman Hewan Pematang Siantar tidak memiliki keahlian dalam pengelolaan. Pada periode ini tidak ada upaya dari pengelola untuk
memunculkan ide-ide dalam rangka mengembangkan taman hewan ini. Adapun nama-nama pimpinan Taman Hewan pada yang pernah memimpin pada
periode tahun 1960-1978 ini adalah: 1.
M. Sayfeei dengan pangkat D2II 2.
M Kelak Damanik dengan pangkat B2III
Universitas Sumatera Utara
3. drh. Cerry Sibuea
18
Dari beberapa nama pimpinan yang ada di atas, drh. Cerry Sibuea merupakan pimpinan yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan pendidikannya. Dengan
adanya hasil penjelasan di atas, untuk sementara dapat dikatakan bahwa Taman Hewan Pematang Siantar mengalami kemunduran pada tahun 1960-1978.
18
Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar, Loc.cit., hal 3.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR
TAHUN 1978-1990
Banyak masyarkat Indonesia belum sepenuhnya tanggap akan fungsi satwa dan ekosistemnya yang sangat menjanjikan tersebut. Masih banyak yang menganggap satwa
binatang hanya sebagai objek buruan, untuk memperoleh manfaat ekonomi secara cepat dan mudah. Satwa beserta keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di
dalamnya belum dipandang sebagai satu kesatuan yang saling terkait, yang tidak hanya akan bermanfaat secara ekonomi, namun akan menjaga keberlanjutan manfaat itu sendiri
termasuk budaya dan sosial. Salah satu pengelolaan satwa yang diyakini baik oleh para pakar pembangunan
maupun konservasi mampu memberikan manfaat ekonomi, budaya dan sosial secara berkelanjutan adalah pengembangan ekowisata. Ekowisata adalah salah satu mekanisme
pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. Ekowisata tidak hanya diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara regional maupun lokal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga memelihara kelestarian sumber daya alam, dalam hal ini keaneka ragaman hayati sebagai daya tarik wisata. Ekowisata
merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Konsep yang memanfaatkan
kecenderungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal di
sekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata.
Universitas Sumatera Utara
Ekowisata adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu
dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Selain itu ekowisata juga merupakan suatu
konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah- kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan
ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan.
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek
destinasi, kemudian kedua adalah aspek market, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan.
Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak
melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam
berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata
tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Indonesia merupakan salah satu negara Mega Biodiversity yang memiliki
keaneka-ragaman sumber daya alam hayati yang sangat melimpah. Namun pada masa ini
Universitas Sumatera Utara
sumber daya alam tersebut menurun dengan tajam akibat kerusakan habitat alami, terutama oleh eksploitasi secara berlebihan yang tidak terkendali. Banyak satwa menjadi
terancam dan bahkan berada di ambang pintu kepunahan. Taman Hewan Pematang Siantar semakin penting menjadi andalan dalam upaya konservasi.
Krisis keanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam katagori parah dan membutuhkan perhatian dan tinadakan lebih serius untuk mengatasinya. Bahkan,
beberapa spesies telah punah untuk selamanya, seperti Harimau Jawa dan Harimau Bali Panthera tigris.
Taman Hewan secara evolusi mengalami perubahan dari bentuk “menagerie” ke “Zoological Park” berperan sebagai ‘Living Museum’ yang dibangun untuk melayani
kesenangan pribadi, kemudian menjadi “Conservation Centre” yang berperan sebagai “Environmental Resource Centre”. Konsekuensinya Taman Hewan Pematang Siantar
menempatkan diri sebagai pusat konservasi, dan konservasi sebagai tema sentral taman hewan.
Kekayaan Alam Indonesia yang termasyur sejak zaman dahulu menjadi perhatian bangsa-bangsa di dunia. Sehingga secara langsung merupakan salah satu negara yang
menjadi tujuan wisata dan dengan peningkatan wisatawan ke Indonesia maka pemerintah memberi kemudahan-kemudahan bagi wisatawan dari dalam maupun luar negeri untuk
mengunjungi objek-objek wisata di Indonesia termasuk wisata fauna. Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar yang
dahulu dikenal masyarakat ialah Taman Hewan Pematang Siantar adalah merupakan salah satu objek wisata. Tamaan hewan ini juga sebagai tempat rekreasi yang sehat dan
Universitas Sumatera Utara
murah serta sarana penelitian bagi pelajar tingkat TK, Mahasiswa, serta terbuka untuk umum.
3.1 Tatanan Organisasi
Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup bermasyarakat. Sebutan sosial mengandung arti bahwa manusia cenderung meningkatkan
atau mengembangkan kerjasama dan hubungan yang saling bergantungan dengan manusia lain. Di samping itu manusia juga mempunyai kecenderungan juga untuk
mengatur dan mengorganisasi kegiatan-kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukanto Reksohadiprodjo dalam bukunya
Organisasi Perusahaan : “Organisasi disusun tidak hanya mengatur orang-orangnya, tetapi juga
membentuk dan memodifikasi struktur di mana di dalamnya tersusun tugas orang –orang tersebut. Di sini berarti harus ada pembagian peranan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu secara bersama-sama.”
19
Kelembagaan menyangkut organisasi-organisasi yang membuat peraturan dan yang mengawasi, mengamati, atau dan membina perkembangan suatu usaha. Dipercaya
secara luas bahwa kehandalan suatu organisasi sangat tergantung pada struktur dan tatanan kerja yang dapat menjamin lancarnya kegiatan. Karena itu mengikuti sejarah
perkembangan Taman hewan Pematang Siantar tidak dapat dilepaskan dari perkembangan induk organisasi tempat lembaga ini bernaung, baik pada tingkat
departemendinas maupun unit kerja yang langsung berada di atasnya. Hanya dengan
19
Sukanto Reksohadiprodjo, Organisasi Perusahaan: Teori Stuktur dan Perilaku, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 1982, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
memahami struktur organisasinya baik secara vertikal maupun horizontal akan lebih mudah pula untuk dapat menghayati perkembangan yang dialami oleh Taman Hewan
Pematang Siantar. Pengorganisasian sendiri merupakan suatu proses mengalokasikan kegiatan dan
menugaskan individu agar tujuan organisasi atau tujuan bersama dapat dicapai secara efisien dan efektif.
20
Dalam konteks Pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar, pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sebaik-baiknya sehingga tercipta aktivitas pengelolaan lingkungan hidup demi mencapai visi, melaksanakan misi serta mewujudkan
tujuan yang telah ditentukan. Organisasi sendiri sering diartikan sebagai kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai suatu tujuan yang sama.
21
Komponen- komponen pengorganisasian dalam pengelolaan Taman Hewan meliputi penyusunan
kerangka kebijakan pengelolaan, menganalisis masalah yang terjadi seperti timbulnya suatu penyakit pada hewan atau yang lainnya dan menetapkan model pengembangan bagi
Taman Hewan Pematang Siantar. Perkembangan Taman Hewan tidak terlepas dengan adanya struktur organisasi
dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1978 tentang pembentukan dan pengesahan Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar. Bertugas
menangani dan mengembangkan masalah yang berkenaan dengan Taman Hewan Pematang Siantar
22
. Untuk itu dibentuklah susunan organasisasi yang berstruktur.
20
Nadjamuddin Ramly, Op.,cit, hal. 42-43.
21
Sukanto Reksohadiprodjo, Op.,cit, hal. 5.
22
Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar, Op.cit., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
Adapun susunan atau struktur organisasi di Dinas Taman Hewan Pematang Siantar adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Taman Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang
Siantar. Kepala dinas dipilih berdasarkan keputusan Walikota Daerah Tingkat II
Kotamadya Pematang Siantar setiap 5 tahun sekali. Kepala dinas membawahi beberapa seksi dalam menjalankan pengelolaan taman hewan.
Adapun tugas dari Kepala Dinas Taman Hewan adalah: a.
Memimpin semua pengelolaan atau kegiatan Taman Hewan Pematang Siantar.
b. Mengawasi dan membina pegawai.
c. Melaksanakan dan merencanakan program-program kerja.
d. Mengurus dan mengelola Taman Hewan dibantu dengan seksi-seksi yang
telah dibentuk. e.
Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan . f.
Melaksanakan kebijakan yang diberikan oleh kepala daerah dalam bidang peningkatan taman hewan
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
a. Kepala Urusan Administrasi
b. Kepala Urusan Keuangan
c. Kepala Urusan Inventaris
3. Kepala Seksi PemeliharaanPerawatan Hewan
a. Kepala Sub Seksi Kesehatan Hewan
Universitas Sumatera Utara
b. Kepala Sub Seksi Makanan Hewan
c. Kepala Urusan Inventaris
4. Kepala Seksi PemeliharaanKeindahan Taman
a. Kepala Sub Seksi KeindahanPerawatan
b. Kepala Sub Seksi PembibitanPengembangan
5. Kepala Seksi Museum Zoologicum.
a. Kepala Sub Seksi Peragaan Koleksi b. Kepala Sub seksi PengawetanOpzet
6. Kepala Seksi Keamanan PengunjungHewan a. Kepala Sub Seksi Keamanan PengunjungHewan
b. Kepala Sub Seksi Jaga
23
Di tahun 1980an jumlah Pegawai Negeri Sipil ada 14 orang ditambah karyawan 20 orang. Karyawan yang dimaksud disini adalah buruh harian. Apabila kita lihat dari
susunan struktur organisasi sudah dapat dikatakan efektif dan efisien. Hanya dalam pengisian jabatan tersebut diperlukan orang yang ahli dibidang kemargasatwaan dan
berkemauan keras untuk kesempurnaan pembinaan, pengelolaan Taman Hewan Pematang Siantar.
Adapun beberapa pemimpin Taman Hewan Pematang Siantar dari tahun 1978 sampai 1990 adalah:
1. Drs.S. P. Tambunan tahun 1978-1 September 1985
2. Abdul Muin 1 September 1985-1990
24
23
Ibid. hal. 5-6.
24
Loc.cit., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pengelolaan
Pengelolaan berasal dari kata manajemen management. Pengelolaan taman hewan dapat dielaborasi berdasarkan teori tentang manajemen. Terry dan Rue
mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang melibatkan bimbingan atau pengarahan sekelompok orang menuju tujuan organisasibersama.
25
Intinya manajemen adalah proses melaksanakan suatu kegiatan melalui orang lain dengan memanfaatkan
sumber daya secara efektif dan efisien. Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar melalui Dinas Taman
Hewan telah turun tangan dalam membenahi dan mengelola fungsi dan manfaat lingkungan hidup. Hal tersebut dilakukan karena kehidupan manusia tidak terlepas dari
lingkungan alam sekitar. Kebijakan pembangunan Taman Hewan Pematang Siantar, merupakan salah satu
kebutuhan bagi kebun binatang itu sendiri. Pembangunan taman hewan dan pengelolaannya laksana dua sisi mata uang. Keduanya saling melengkapi dan dapat
menjadi daya tarik dan pesona bagi para pengunjung. Untuk mendukung hal itu, tentunya pihak pengelola Taman Hewan Pematang
Siantar melakukan beberapa hal, di antaranya: 1.
Pemasaran yang spesifik menjadikan taman hewan sebagai tujuan wisata. Strategi pemasaran tentunya menempati posisi penting untuk menjangkau dan menarik
pengunjung. Sasaran pengelola adalah diharapkan masyarakat yang datang diharapkan menjadi sumber informasi bagi para pengunjung lain.
2. Keterampilan dan layanan kepada para pengunjung secara intensif. Layanan ini
berupa perihal pengetahuan dan pendidikan terhadap kehidupan hewan atau
25
Nadjamuddin Ramly, Op.cit., hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
habitat hewan. Kepuasan pengunjung akan tercapai melalui ragam layanan yang sabar dan efektif.
3. Melibatkan penduduk lokal dalam memandu dan menerjemahkan objek wisata
Taman Hewan Pematang Siantar. Penduduk lokal akan memiliki insentif konservasi lingkungan apabila ia dilibatkan dalam jasa-jasa ekowisata dan
pemberian informasi.
3.3 Dana Pengelolaan
Berjalannya suatu industri pariwisata tentunya diperlukan modal ataupun biaya dalam pengelolaannya. Begitu juga dengan Taman Hewan Pematang Siantar yang
pendanaannya sendiri berasal dari hasil penjualan karcis. Dana yang didapat dari penjualan karcis ini dipergunakan sepenuhnya untuk pembangunan sarana dan prasarana
taman hewan. Tidak menutup kemungkinan juga, dana ini dialokasikan untuk penambahan hewan. Di samping itu ada anggaran Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat II Pematang Siantar untuk taman hewan. Jumlah dana yang diberikan oleh pemerintah daerah pada waktu sekitar Rp.15.000.000,- per bulan. Pendanaan ini masuk
kedalam APBD Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar.
26
3.4 Pengembangan
Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap,
lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih
26
Wawancara dengan Ibu Saidah pada tanggal 23 Juni 2009 di kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
kompleks.
27
Pengembangan meliputi kegiatan penambahan sarana dan prasarana yang ada di taman hewan serta mengintegrasikan kemajuan.
Dari segi kualitatif, pengembangan Taman Hewan Pematang Siantar berfungsi sebagai peningkatan meliputi penyempurnaan program ke arah yang lebih baik. Hal-hal
yang dikembangkan meliputi aktivitas manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan itu sendiri. Pengembangan
yang dilakukan terhadap Taman Hewan Pematang Siantar mencakup pengembangan kuantitas dan kualitas, dan pelengkapan sarana dan prasarana. Dari segi kuantitatif, fungsi
pengembangan adalah memperluas program dengan titik berat perluasan jangkauan wilayah dan jangkauan sasaran program.
Pengembangan kawasan wisata harus didasarkan pada regulasi nasional maupun internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan landasan
pengembangan taman hewan. Tujuan wisata yang ingin dicapai kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan ekowisata di dalam taman hewan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hewan. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip
pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan
disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. Pendidikan konservasi lingkungan untuk mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti
konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung untuk kawasan dimaksudkan mengatur agar kawasan yang digunakan untuk
ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung
27
Ibid., hal.45.
Universitas Sumatera Utara
penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian
alam. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan diajak dalam merencanakan
pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran serta masyarakat di harapkan ikut secara aktif. Dari segi penghasilan, masyarakat mendapat keuntungan
secara nyata dalam bidang ekonomi dari adanya kegiatan ekowisata yang serta merta mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga keharmonisan
dengan alam merupakan termasuk upaya pengembangan fasilitas yang tetap harus dilakukan agar tercipta keharmonisan dengan alam.
28
Menghindarkan sejauh mungkin , mengeksploitasi flora dan fauna karena pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya
dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk
ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.
Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami. Meskipun perjalanan ini bersifat berpetualang, namun wisatawan dapat
menikmatmya. Ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan menjamin keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal
sangat besar dalam upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan, saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.
28
Luchman Hakim, Op.cit., hal. 166.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Dinas Taman Hewan Pematang Siantar sejak Pelita I tahun 19691970 hingga sampai dengan tahun 19731974 belum mendapat perhatian khusus.
Karena pada tahun awal pelita tersebutlah merupakan program-program pemerintah yang akan dicanangkan untuk membangun sesuai dengan tuntutan rakyat dalam pergolakan
revolusi saat orde baru timbul dalam pembaharuan disegala bidang. Sehingga untuk pembinaan Taman Hewan Pematang Siantar di gariskan pada pelita berikutnya. Namun
pengelolaan pada Dinas Taman Hewan Pematang Siantar hanya pada tahap pemeliharaan dan perawatan. Sehingga pada akhir tahun 1978 baru tampak perkembangan yang sangat
berarti bagi Taman Hewan Pematang Siantar. Selama dua belas tahun tahun 1978-1990, Taman Hewan Pematang Siantar
sudah meningkatkan pengembangan dan pembenahan. Baik bangunan baru maupun rehabilitasi kandang-kandang serta penambahan hewan. Adapun bagian-bagian yang
ditambah adalah sebagai berukut : 1.
Pembutan kandang buaya ukuran 12 x 7,5 m 2.
Pembuatan kolam mini air mancur 3.
Parit pembuangan temboktembok kolam sampan 4.
Pembuatan kandang ular ukuran 10 x 3 m 5.
Pembuatan kolam renang anak-anak 15 x 8 x 1 m 6.
Pembuatan kandang macan 7.
Pembuatan kandang kasuari 8.
Merehabilitasi jalan-jalan kecil di dalam Taman Hewan 9.
Merehabilitasi kandang-kandang kaca
Universitas Sumatera Utara
10. Melanjutkan pembangunan pagar tembok keliling Taman Hewan Pematang
Siantar 11.
Pembangunan kantorloket yang berasl dari APBD Tk. Sumatera Utara 12.
Pembelian meubel air 13.
Tahun 19841985 menerima bantuan dari Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Utara yaitu untuk pemeliharaan gedung dan koleksi sebesar
Rp.2.000.000,- 14.
Pembangunan rumah adat pada pintu gerbang, ayunan anak-anak, jungkit- jungkitan, tempat tukar pakaian, pembetonan jalan tangga dan dua buah sepeda
air bantuan dari NV. STTC Pematang Siantar merupakan industri yang bergerak dalam pembuatan rokok
15. Tahun 19841885 merehabilitasi kolam renang, kandang siamang, monyet,
biawak, kasuari, dan pintu belakang. 16.
Tahun 19851986 penambahan hewan baru dari APBD Tk. II Pematang Siantar sebesar Rp.500.000,- Hewan yang ditambah adalah burung-burung
17. Tahun 19861987 pembangunan kamar WC, jalan-jalan setapak sebesar
Rp.1.500.000,- 18.
Tahun 19871988 menjemput hewan baru Kangguru, rusa bawean dari Kebun Binatang Surabaya dari APBD Tk. II Pematang Siantar sebesar Rp.500.000,-
29
3.5 Koleksi Hewan
Melihat kenyataan bahwa kondisi Taman Hewan Pematang Siantar pada tahun 1978-1990, mengalami perubahan dan perkembangan total termasuk jumlah dan jenis
29
Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II, Op.,cit. hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
satwa, namun untuk tahun 1978 sampai 1979 tidak ditemukan. Berikut jumlah satwa yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1978-1990
Tabel 3: Jenis dan Jumlah Koleksi Satwa Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1980- 1990.
Tahun Mamalia Aves Reptil
Total 1980 59
231 12 302
1981 71 259
16 346 1982 82
281 22 385
1983 96 315
28 439 1984 119
339 31
489 1985 132
356 35
523 1986 149
374 42
565 1987 167
396 48
611 1988 183
421 55
659 1989 190
432 56
678 1990 201
445 59
715 Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar,1990
Jenis mamalia terdiri dari beberapa hewan di antaranya, singa, harimau, landak, rusa, tapir, monyet, orang utan, kambing, siamang, kuda, beruang, kelinci, kancil, macan
tutul, panter, dan lain-lain. Jenis aves terdiri atas burung bangau, burung enggang, kakak tua, beo, jalak merah, jalak bali, cendrawasi, merak, kasuari, pipit, betet, kapodang,
merpati, burung hantu, murai serta jenis burung lainnya. Jenis reptil di antaranya yaitu buaya, kura-kura, biawak, komodo, labi-labi, ular sawah, kobra, piton, ular air,serta
Universitas Sumatera Utara
beberapa jenis ular lainnya. Koleksi hewan yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar mengalami peningkatan jumlahnya. Peningkatan ini berasal dari hasil penangkaran dari
taman hewan sendiri, pertukaran dengan taman hewan lain, serta sumbangan dari masyarakat.
3.6 Pengunjung
Jumlah pengunjung sebelum tahun 1978 telah di uraikan pada bab II. Dinas Taman Hewan Pematang Siantar sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat
secara rombongan dan perorangan baik dalam maupun luar kota. Setiap harinya terutama pada hari-hari besar yang paling banyak pengunjungnya. Ini merupakan penunjang dalam
pengembangan taman hewan dan dengan penghasilan yang banyak maka program- program yang direncanakan akan menjadi kenyataan. Berikut jumlah pengunjung
pertahun Taman Hewan Pematang Siantar. Tabel 4: Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1978-
1990. No Tahun
Jumlah Orang
1 19781979 84.543
2 19791980 87.365
3 1980 1981
135.801 4
1981 1982 142.502
5 1982 1983
127.648 6
1983 1984 104.643
7 1984 1985
98.243
Universitas Sumatera Utara
6 1985 1986
104.881 7
1986 1987 121.209
8 1987 1988
128.774 9
1988 1989 136.512
10 1989 1990
143.073 Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar 1990
3.7 Perkembangan Pameran Museum Taman Hewan Pematang Siantar
Museum Taman Hewan Pematang Siantar dilengkapi dengan ruang pameran agar masyarakat khususnya pengunjung dapat memahami berbagai bentuk serta perikehidupan
hewan. Di dalam ruangan tersebut terdapat ruang pameran, yang luasnya 258 m². Semula museum hanya sebagai tempat pameran saja. Selanjutnya dikembangkan pula teknik
penyajian bahan pameran yang disertai pelayanan pendidikan. Perkembangan tersebut meliputi bahan peragaan. Dalam sistem lemari kaca
peragaan, koleksi hewan yang sudah diawetkan dipasang sendiri-sendiri di atas sebatang sebuah kayu atau tempat dudukan dudukan lainnya dan kemudian diberi label nama
jenisnya. Pemajangannya disusun berjajar ke samping atau ke atas ditaruh di dalam sebuah lemari. Lemari-lemari ini di tempatkan merapat dinding dan di tengah ruangan.
Cara yang disajikan seperti ini berlangsung sejak museum ini didirikan. Kemudian berkembang pada tahun 1980-an dengan mengelompokkan beberapa jenis yang
sekerabat. Perkembangan selanjutnya adalah penyajian bahan peragaan dalam lemari atau
Vitrin yang dibuat dari kayu jati dengan satu sisi dinding kaca. Pengunjung dapat melihat
Universitas Sumatera Utara
isi vitrin berupa diaroma yang menggambarkan hewan dengan habitat aslinya. Beberapa bagian gedung dirombak, termasuk pembongkaran kaca-kaca besar. Semua jendela
tersebut dihilangkan dan di tembok. Untuk mengatur ventilasi ruangan dipasang kipas angin listrik di dinding dan langit-langit. Dengan dihilangkannya jendela kaca tersebut
maka sumber cahaya memakai sinar listrik lebih mudah diatur, sehingga efeknya lebih baik. Dengan demikian perhatian pengunjung diharapkan dapat lebih terkosentrasi pada
objek peragaan.
3.8 Perubahan Fungsi
Pada awalnya fungsi dari Taman Hewan Pematang Siantar sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab II. Perubahan fungsi itu di antaranya adalah taman hewan tidak
hanya sekedar memelihara saja. Namun berusaha sebagai wadah atau lembaga Konservasi Ex-situ untuk menangkarkan satwa langka diluar habitatnya yang
merupakan benteng terakhir penyelamatan satwa-satwa langka. Di samping itu sebagai Lembaga Konservasi In-situ untuk menangkarkan satwa di penangkaran sebagai bentuk
usaha mencegah kepunahan satwa. Taman Hewan adalah suatu tempat atau wadah di mana beragai jenis satwa
dikumpulkan, dipelihara, diperagakan untuk umum, dalam rangka pengadaan sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat dalam
memelihara keseimbangan kelestarian lingkungan hidup. Sesuai dengan definisi diatas maka tujuan dari dibukanya Taman Hewan Pematang Siantar adalah :
a. Memperkenalkan hewan-hewan yang ada di negeri sendiri
Universitas Sumatera Utara
b. Menarik perhatian dan menimbulkan penghargaan serta melahirkan
perasaan sayang akan hewan-hewan c.
Memperkenalkan tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan yang ada di alam Indonesia.
Maka dengan tujuan tersebut timbullah rasa sayang, cinta akan alam yang penuh keindahan dan kesegaran. Taman Hewan Pematang Siantar selanjutnya mengalami
perkembangan fungsi. Diantaranya sebagai berikut : a.
Sarana perlindungan dan pelestarian alam yang merupakan tempat penyelamatan dan pelestarian jenis-jenis satwa yang teerancam punah untuk dikembangbiakkan
dan kemudian dilepaskan kembali ke habitat alamnya tanpa mengurangi kepentingan Taman Hewan itu sendiri.
b. Sarana pendidikan yaitu bahwa Taman Hewan dalam peragaannya memberi
penerangan mengenai ilmu hewan, tata linngkungan, dan sejarah alam kehidupan Natural History sehingga secara langsung menyumbangkan jasa dalam
pendidikan ilmu penngetahuan alam bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
c. Sarana penelitian yaitu bahwa Taman Hewan dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pengenalan tingkah laku, sistematik, makanan, pennyakit, dan dengan penelitian tersebut diharapkan menghasilkan suatu data yang penting yang berguna dalam
pengembangan teknologi peternakan. d.
Sarana rekreasi dan apresiasi terhadap alam yang memberikan gambaran dari alam sebagai objek rekreasi karena mempunyai hubungan yang erat dengan
Universitas Sumatera Utara
keindahan alam dan dapat mendorong seseorang untuk menghargainya dan menimbulkan cinta akan alam.
Taman Hewan Pematang Siantar setidaknya merupakan gambaran alam yang disesuaikan dengan lingkungan habitat flora yang dpat dimanfaatkan masyarakat setiap
hari untuk dinikmati ssecara langsung dengan biaya yang murah dan berekreasi bersama keluarga.
Sebagai sarana pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti yang datang ke Taman Hewan Pematang Siantar dari berbagai
kalangan baik dari perguruan tinggi maupun sekolah. Peneliti yang datang tentunya dari berbagai disiplin ilmu Kedokteran Hewan, Biologi, Peternakan, Pariwisata, dan
sebagainya. Di lain sisi Taman Hewan memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada
masyarakat luas mengenai pentingnya konservasi alam dan lingkungan melalui peragaan satwa maupun pendidikan melalui pertunjukan satwa. Selanjutnya menanamkan rasa
cinta terhadap satwa dan alam sejak dini kepada siswa-siswa sekolah, melalui program pengenalan satwa liar.
3. 8. 1 Pariwisata Berbasis Kekayaan Satwa
Pariwisata berbasis kekayaan alam terutama satwa telah dikenal dan dimanfaatkan oleh para pelaku wisata. Biasanya, wisatawan melakukan kunjungan karena tertarik
dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal ini meliputi kekayaan bentang alam, satwa, dan tumbuhan.
30
30
Luchman Hakim, Op.cit., hal 93.
Universitas Sumatera Utara
Pada faktanya, daya tarik Taman Hewan Pematang Siantar sendiri telah mampu menarik wisata dan mendatangkan dampak ekonomi yang berarti. Sering kali, wisata itu
disebut sebagai minat khusus dan dikaitkan apa yang disebut ekowisata. Aktifitas yang dilakukan di taman hewan meliputi wisata alam, rekreasi dan pengamatan hewan yang
ada. Produk-produk taman hewan, setidaknya merujuk pada salah satu atau lebih dari
tujuh kriteria dibawah ini. 1.
Wisata berbasis alam dengan komponen utama atraksi, yakni satwa liar. 2.
Wisata yang diselenggarakan dengan suatu kesempatan untuk melihat satwa liar. 3.
Wisata dengan melibatkan atraksi buatan berdasarkan komoditi perhatian satwa liar.
4. Wisata yang dikhususkan untuk melihat satwa.
5. Perjalanan wisata menuju habitat yang khas di mana satwa akan dijumpai.
6. Perjalanan untuk memburu dan memancing.
7. Suatu perjalanan yang menawarkan dan mampu “menggetarkan hati,” karena
petualangan berinteraksi dengan satwa di dalamnya. Dengan melihat kriteria-kriteria tersebut, jelas bahwa kontak langsung dengan
satwa merupakan tujuan dan faktor utama yang menjadi parameter kepuasan pengunjung dan penikmat satwa.
Taman Hewan Pematang Siantar merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat
yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsunganpemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa
Universitas Sumatera Utara
mendatang. Konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi
bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di
daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal
alam. Pendekatan lain bahwa taman hewan harus dapat menjamin kelestarian
lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi sebagai berikut:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati. 3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk taman hewan mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan
pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.
Universitas Sumatera Utara
3. 8. 2 Sebagai Hutan Kota