Menurut Purwanto, hewan sengaja ditempatkan sesuai dengan habitatnya, hal ini untuk menghindarikan hewan dari stress atau dapat mengakibatkan kematian.
10
Sungai yang mengalir tepat di tengahnya, memberikan manfaat terhadap binatang yang hidup di sana. Salah satu manfaatnya yaitu sebagai persediaan air tempat
hidup atau media hidup bagi hewan yang hidup di air, maupun di rawa. Manfaat lainnya yaitu sebagai asupan air untuk membersihkan kandang-kandang binatang.
Selain menambah keindahan alam, tentunya memberikan suplai air terhadap tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar taman hewan. Di taman hewan ini terdapat
beberapa pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun. Pohon-pohon tersebut memang sengaja tidak ditebang. Hal ini dimaksudkan sebagai pelindung binatang dari sengatan
sinar matahari langsung di samping memberikan udara yang sejuk dan segar.
2.2 Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1936-1960
Pada awal didirikan, Taman Hewan Pematang Siantar merupakan tempat pemeliharaan hewan yang didasari hobi salah seorang warga Belanda yang tinggal di
Pematang Siantar. Dari hobi inilah timbul untuk membuat suatu Taman Hewan. Perkembangan selanjutnya, banyak masyarakat yang berminat untuk melihat-lihat hewan
melakukan kegiatan wisata yang ada di taman tersebut. Namun, kemungkinan besar disamping sebagai hobi, pendirian taman hewan ini mendapatkan dukungan atau sengaja
dibangun oleh pemerintah kolonial. Jika diperhatikan perkembangan kepariwisataan di Indonesia, ternyata
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan kepariwisataan di Indonesia
10
Wawancara dengan Bapak Purwanto pada tanggal 22 Juni 2009 di Taman Hewan Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
dapat kita bagi dalam tiga periode penting, yaitu periode masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka hingga 1960.
Pada masa penjajahan Belanda kegiatan kepariwisataan dimulai sejak tahun 1910- 1912 sesudah dikeluarkannya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeniging
Toeristen Verkeer VTV yang merupakan suatu badan atau Official Tourist Bureau pada masa itu.
11
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, keadaan kepariwisataan terlantar sama sekali. Saat itu dapat dikatakan orang-orang tidak berkeinginan atau kesempatan
untuk mengadakan perjalanan, sebab selain keadaan yang tidak menentu, juga keadaan perekonomian sangat sulit untuk bepergian atau melakukan wisata. Untuk mendapatkan
makanan dan pakaian sangat dirasakan kesulitannya, apalagi untuk berpergian berpariwisata. Kondisi ini tentunya juga berdampak pada perkembangan Taman Hewan
Pematang Siantar. Meskipun demikian Taman Hewan Pematang Siantar dapat bertahan. Pada tahun 1946, sebagai akibat dari perjuangan bangsa Indonesia untuk
membebaskan tanah air Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka oleh pemerintah kembali dihidupkan industri-industri, termasuk industri pariwisata guna
mendukung perekonomian negara di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kunjungan para wisatawan pada masa ini mengalami peningkatan.
Pada periode tahun 1936-190 kendati mendapat hambatan pada masa Jepang dan Perang Kemerdekaan dapatlah dikatakan masa keemasan Taman Hewan Pematang
Siantar. Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di taman hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah hewan, kandang, serta pembangunan sarana dan
11
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1996, hal.24.
Universitas Sumatera Utara
prasarana lainnya seperti dibangunnya Museum Taman Hewan Pematang Siantar Museum Zoologicum.
Pada awalnya, koleksi yang ada di taman hewan tersebut hanya ada beberapa jenis saja. Hewan yang ada merupakan jenis, mamalia di antaranya mawas, owa, rusa,
dan harimau Sumatera. Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini: Tabel 1: Jenis dan Jumlah Hewan Yang Dipelihara Taman Hewan Pematang
Siantar Tahun 1936. NO
NAMA HEWAN NAMA LATIN
JUMLAH EKOR
1 Mawas Pongo pygmaeus
4 2 Owa
Hylobates moloch 2
3 Rusa Rusa hipelaphus
6 4 Harimau
Sumatera Panthera tigris sumatrae
1 Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar Pematang Siantar
Dengan adanya keempat jenis hewan ini, tentunya kandang merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Pada awalnya kandang yang ada hanya sedikit sesuai
dengan jumlah hewan yang ada. Dari empat jenis hewan yang ada, selajutnya bertambah menjadi beberapa jenis hewan. Hewan mamalia yang bertambah di antaranya adalah
singa, rusa bawean, kanguru, beruang dan kelinci serta beberapa jenis hewan yang tidak didapatkan keterangannya. Aves, yaitu jenis burung-burung, kemudian banyak
didatangkan di taman hewan. Selain itu jenis-jenis reptile, di antaranya labi-labi, biawak, dan ular juga dipelihara.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, banyak sekali perkembangan yang terjadi pada Taman Hewan Pematang Siantar, terutama pembangunan infrastrukturnya.
Adapun infrastruktur yang dibangudi antaranya sebagai berikut: 1.
Kantor sayap kirikanan dan pintu gerbang 2.
Gudang 3.
Kantin 4.
Rumah hujan 5.
Kolam air mancur 6.
Kolam renang mini 7.
Kolam Bundang 8.
Kolam sampan 9.
Jembatan 10.
Pagar tembok keliling 11.
Jalan vandelpad 12.
Kamar WC 13.
Kandang Ungko 14.
Kandang Kasuari 15.
Kandang Singa Kanguru dan Rusa Bawean 16.
Kandang labi-labi, biawak 17.
Kandang ular kandang kaca 18.
Kandang Buaya 19.
Kandang Beruang 20.
Kandang Rusa Tutul
Universitas Sumatera Utara
21. Kandang Monyet
22. Kandang Pelikan
23. Kandang Burung Elang, Kakak Tua, Enggang, Ayam Mutiara
24. Kandang Kelinci
25. Kandang Harimau
26. Kandang Mawas
27. Kandang burung-burung
28. Kandang burung dari kaca
12
Karena mahkluk Tuhan terbatas usianya, maka muncullah ide untuk mendirikan museum. Tujuan dari didirikannya museum ini adalah, hewan-hewan yang ada di taman
hewan tersebut, apabila mati maka hewan yang mati itu diawetkan untuk menyerupai wujudnya semula. Hewan tersebut di offset diawetkan kemudian diletakkan pada bingkai
kaca. Sebagai sarana penampungnya maka dibentuklah pada bulan Juni 1956 Museum Zoologicum. Museum ini didirikan oleh Prof. Dr. F.J. Nainggolan. Pemakaiannya
diresmikan oleh Ibu Drs. M.Hatta istri mantan wakil presiden RI pertama.
13
Museum Zoologicum dibangun diareal seluas lebih kurang 1200 m² dan dengan luas bangunan 258 m² dalam wujud semi permanen. Adanya museum ini memberikan
kesempatan kepada pengelola untuk mempertunjukkan jenis-jenis binatang yang sudah diawetkan, mulai dari hewan unik hingga yang langka. Pameran disajikan dalam bentuk
pajangan ataupun spesimen dalam kaca dan tabung gelas. Tujuan pameran adalah untuk menggugah perhatian masyarakat akan keanekaragaman bentuk dan fungsi binatang.
Ternyata pameran ini mendapat sambutan antusias dari masyarakat.
12
Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, Op.cit., hal. 3
13
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sejak semula didirikan, tugas utama museum tidak hanya mengkoleksi hewan yang mati dari kebun binatang Pematang Siantar saja, namun ditujukan untuk membina
koleksi fauna Indonesia yang selengkap-lengkapnya. Tujuannya agar dapat dapat digunakan sebagai koleksi referensi, baik sebaran, stadium pertumbuhan maupun
ekosistemnya. Tugas ini belum terlaksana sepenuhnya, meskipun demikian pengelola berupaya untuk semaksimal mungkin mengelolanya.
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam mengelola museum, yaitu dengan tenaga dan sarana yang tersedia senantiasa diupayakan untuk memperoleh koleksi
selengkap-lengkapnya dan sebanyak mungkin. Sebagian dari koleksi Museum berasal dari koleksi perorangan baik yang memang diserahkan maupun sengaja dititipkan.
Meskipun demikianyang dititipkan berangsur-angsur menjadi milik museum. Tetapi catatan tentang bilamana koleksi semacam itu beralih tangan tidak lengkap.
Selama periode 1936 sampai 1960 Taman Hewan Pematang Siantar dipimpin oleh orang-orang yang ahli dan memiliki dedikasi yang tinggi. Perkembangan taman hewan
ini sendiri tidak terlepas dari pengelolaan oleh struktur organisasi dan tenaga ahli di bidangnya. Adapun nama pimpinan Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini
adalah: 1.
dr. Coonrad 2.
dr. Alimusa 3.
dr. A.H. Endamora 4.
Prof. Dr.F. J. Nainggolan 1 Januari 1954-1960
14
:
14
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1960-1978