Pemeriksaan penunjang Pembedahan Diagnosis 1. Anamnesis

Universitas Sumatera Utara antigen spesifik tumor, tetapi penentuan serum CA-125 dapat membantu dan sering digunakan dalam evaluasi kista ovarium Schorge et al., 2008. Pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada wanita yang berisiko memiliki keganasan Yatim, 2005. CA-125 pada wanita usia reproduksi meningkat dalam berbagai kondisi seperti fibroid, endometriosis, adenomiosis, infeksi panggul dan selama siklus menstruasi normal. CA-125 digunakan untuk membedakan massa jinak dengan massa ganas Rofe et al., 2013. Anti-Mullerian Hormone AMH adalah penanda yang relatif baru pada cadangan ovarium dan dianggap paling akurat pada saat ini. Serum AMH diatas 0,5 ngmL menunjukan cadangan ovarium yang baik, sedangkan serum AMH yang rendah menunjukan adanya penurunan folikel ovarium. Tingkat serum AMH dapat memberikan petunjuk manajemen yang tepat untuk pasien kista ovarium. Penurunan AMH mungkin kontraindikasi untuk bedah pada pasien tertentu. AMH juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kerusakan ovarium setelah operasi Rofe et al., 2013.

4. Pemeriksaan penunjang

Pencitraan yang paling banyak digunakan adalah ultrasonography USG transvaginal. Pencitraan ini sering digunakan untuk wanita usia reproduksi dan asimtomatik Rofe et al., 2013. Melalui USG dapat diketahui tempat lesi unilateral atau bilateral, ukuran, konsistensi kistik atau solid, struktur internal septa tipis atau tebal, permukaan kista rata atau tidak rata Edmonds, 2007. Pada USG gambaran khas yang menunjukan adanya lesi jinak adalah dinding yang tipis, tidak adanya eko internal, kurangnya septa internal. Kista sederhana yang berukuran kurang dari 6 cm harus dipantau dengan USG. Jika USG memberikan gambaran yang kurang jelas atau jika terdapat kecurigaan adanya keganasan, maka dapat digunakan Computerized Tomography CT dan Magnetic Resonance Imaging MRI untuk melihat pencitraan yang lebih akurat Umami Safitri, 2007. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.3.8. Penatalaksanaan 1. Konservatif Menurut konsensus yang diterbitkan oleh Society of Radiologists in Ultrasound dalam Levine et al. 2010, kista ovarium dan kista adneksa lainnya pada wanita yang asimtomatik dapat ditatalaksana dengan cara berikut ini: a. Kista adneksa dengan ukuran fisiologis pada wanita usia reproduksi, atau kista sederhana yang berukuran ≤ 1 cm pa da wanita pascamenopause, cenderung jinak dan tidak berbahaya. b. Kista sederhana dengan ukuran lebih dari 3 cm pada wanita usia reproduksi atau lebih besar dari 1 cm pada wanita pascamenopause harus diperiksa dengan USG. Meskipun kista sederhana dari berbagai ukuran tidak mungkin menjadi lesi ganas, tetapi perlu dilakukan USG tahunan untuk mengawasi kista yang lebih dari 5 cm pada wanita pramenopause dan 1 cm pada wanita pascamenopause. Batas 5 cm juga digunakan sebagai rekomendasi tindak lanjut untuk kista hemoragik pada wanita pramenopause. c. Penggunaan pedoman ini bertujuan untuk mengurangi kecemasan pasien dan dokter, serta membatasi kebutuhan tindak lanjut pemeriksaan.

2. Pembedahan

Sebagian besar kista ovarium tidak memerlukan pengobatan, tetapi yang lebih besar dari 5 cm dapat diangkat melalui pembedahan Tortora Derrickson, 2009. Bedah laparoskopi merupakan standar baku untuk pengobatan kista ovarium jinak. Ini adalah prosedur yang sangat efektif dan aman Coccia et al., 2011. Menurut Hadibroto 2005, dengan laparoskopi trauma dinding abdomen lebih minimal, waktu operasi lebih singkat, risiko perlengketan lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibanding dengan prosedur pembedahan laparotomi. Ketika melakukan operasi laparoskopi pada kista ovarium jinak, penghapusan kapsul lengkap harus dilakukan. Apabila hanya melakukan aspirasi, pengobatan menjadi kurang efektif dan tingkat kekambuhan lebih tinggi 46 - 84 Rofe et al., 2013. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5. Penatalaksanaan Kista Ovarium Sumber: Ross Kebria, 2013

2.3.9. Komplikasi