Penelitian Terdahulu Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

Dwiyanto 2004 menyebutkan tiga dimensi yang menjadi ciri governance: 1. Dimensi kelembagaan dimana sistem administrasi dilaksanakan dengan melibatkan banyak pelaku multi stakeholders baik dari pemerintah maupun dari luar pemerintah. 2. Dimensi nilai yang menjadi dasar tindakan administrasi lebih kompleks dari sekedar pencapaian efisiensi dan efektifitas namun lebih mengakodomir nilai- nilai universal seperti keadilan, partisipasi, kesetaraan, demokratisasi dan nilai-nilai lain yang terkandung dalam norma kehidupan masyarakat. 3. Dimensi proses, dimana proses administrasi merupakan suatu tindakan bersama yang dikembangkan dalam bentuk jaringan kerja untuk merespon tuntutan dan kebutuhan publik melalui upaya formulasi dan implementasi kebijakan publik. Selanjutnya Dwiyanto 2004 menekankan konsep governance pada pelaksanaan fungsi memerintah governing yang dilaksanakan secara bersama-sama kolaboratif oleh lembaga pemerintah, semi pemerintah, dan non pemerintah yang berlangsung setara balance dan multi arah partisipatif.

2.4. Penelitian Terdahulu

Ichsan 2007, dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Program Community Development di Pertamina UPMS IV Semarang menyimpulkan bahwa kinerja implementasi program community development tidak berjalan dengan baik, sehingga program tersebut gagal dan perlu ditinjau ulang dalam pelaksanaan program, karena terdapat bias dari implementasi program community development Universitas Sumatera Utara tersebut dilihat dari indikator output, disebabkan Pertamina tidak memiliki mekanisme dan kriteria standar baku yang dibuat menjadi kebijakan formal. Josua 2007, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pola Kemitraan dalam praktek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Community Development PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir” menyimpulkan bahwa motif utama PT. Toba Pulp Lestari Tbk. menggulirkan kebijakan paradigma baru sebagai deskripsi tanggung jawab sosialnya adalah untuk mengamankan operasional pabrik. Motif tersebut mengaburkan aspek kerelaan voluntarism dan kemitraan yang dibangun atas dasar hubungan sub ordinasi, dimana masing-masing partisipan memiliki status, kemampuan dan kekuatan yang tidak seimbang. Yayasan yang dibentuk idealnya adalah merupakan representasi dari sektor sukarela voluntary yang berperan sebagai agen pembaru change agent untuk mendinamisasi program dalam rangka pemberdayaan masyarakat, namum kenyataannya lebih cenderung sebagai korporasi negara. Zaleha 2008, dalam penelitiannya yang berjudul ”Peranan Corporate Social Responsibility CSR PT. Inalum Divisi PLTA Siguragura Terhadap Pengembangan Sosio Ekonomi Masyarakat Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir ” menyimpulkan bahwa CSR PT. Inalum belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi, masih dianggap biaya cost dan belum dianggap sebagai Investasi Sosial Social Investment, tingkat pengetahuan awareness dan keterlibatan masyarakat masih rendah dan belum memiliki konsep pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan, pendapatan nominal dan pendapatan riil karyawan sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata. Pendidikan dan pendapatan nominal masyarakat sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata, tetapi pendapatan riil masyarakat tidak berbeda nyata. Peningkatan pendidikan masyarakat lebih tinggi dari Universitas Sumatera Utara karyawan karena didukung oleh faktor sosial budaya masyarakat Batak Toba yang sangat mengutamakan pendidikan anak. Ditinjau dari pendapatan nominal, bantuan memberi peran terhadap ekonomi karyawan dan masyarakat, namun secara riil belum berperan akibat inflasi yang tinggi pada tahun 2005. Peran CSR terhadap pengembangan ekonomi lokal local economic development adalah adanya 17 unit usaha mitra kontraktor sebagai rekanan PT. Inalum yang dapat menyerap tenaga kerja masyarakat. Korelasi modal CSR terhadap aktivitas buka jam pasar berbeda secara nyata signifikan dengan nilai korelasi negatif. Hal ini menunjukkan aktivitas pasar cenderung turun seiring kenaikan modal CSR, karena pembangunan pasar sebagai pusat aktivitas ekonomi masyarakat dan infrastruktur pendukung lainnya tidak bermanfaat dalam mengembangan masyarakat. Program CSR yang diluncurkan masih lebih banyak bersifat konsumtif. Penelitian Louise 2009, dalam penelitiannya yang berjudul P eranan Corporate Social Responsibility CSR PT. Adonara Bakti Bangsa Libek Project Terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap peran CSR terhadap pendapatan masyarakat Kecamatan Mandau, disimpulkan Konsep pelaksanaan CSR yang telah diimplementasikan PT. ABB Libek Project kepada masyarakat adalah: PT. ABB belum memiliki dokumen perencanaan dan strategi dalam pencapaian target dan masih dianggap sebagai biaya cost sehingga belum memiliki program yang mampu memandirikan dan memberdayakan masyarakat melalui program-program yang diluncurkannya. Tingkat pengetahuan dan keterlibatan masyarakat terhadap keberadaan Program CSR PT. ABB masih rendah menunjukkan PT. Libek Project belum melakukan pendekatan dalam proses pembentukan tanggung jawab sosial Universitas Sumatera Utara melalui etika moral, keputusan bersama dan etika manfaat. Proses pembentukan program CSR baik bidang sosial kerohanian dan pendidikan belum melibatkan komite sekolah dan proses Pengembangan Ekonomi Masyarakat CSR bidang ekonomi masih bersifat karitas charity dan belum dapat menggalang partisipasi aktif masyarakat.

2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian