4.5. Tingkat Pengetahuan Awareness dan Keterlibatan Responden terhadap
Keberadaan Program CSR dari 14 desa di Kecamatan Porsea 4.5.1. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden terhadap Keberadaan
Program CSR dari 14 desa di Kecamatan Porsea
Program CSR PT. Toba Pulp Lestari sejak tahun 2003 sudah mulai dijalankan sampai sekarang. Karena itu masyarakat sekitar perusahaan sebagian besar sudah
mengetahui apa itu program tanggung jawab sosial perusahaan CSR. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengetahuan responden dari 14 desa di kecamatan Porsea tentang
perbandingan apakah masyarakat mengetahuai adanya program CSR PT. Toba Pulp Lestari atau tidak dapat dilihat pada gambar 9 berikut :
Gambar 9. Tingkat Pengetahuan Awarness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea tentang keberadaan Program CSR
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa 64 responden dari berbagi desa di kecamatan Porsea sudah mengetahui keberadaan program CSR PT. Toba Pulp
Lestari sedangkan 36 lagi belum mengetahui. Berdasarkan hasil ini dapat digambarkan bahwa sebagian besar masyarakat kecamatan Porsea Sudah
mengetahui keberadaan Program CSR ini. Tingkat pengetahuan responden dari berbagai daerah di kecamatan
terhadap keberadaan program CSR bidang pendidikan yang diketahui masyarakat
Universitas Sumatera Utara
adalah sebesar 47 sedangkan 53 lagi belum mengetahui adanya program di bidang pendidikan.
Gambar 10. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea terhadap Program Bidang Pendidikan
Pembangunan bidang infrastruktur baik jalan, drainase, dan bangunan- bangunan lainnya diketahui oleh masyarakat yang berada di sekitar PT. Toba Pulp
Lestari sebagian besar masyarakat yaitu 57 tidak mengetahui keberadaan program- program dalam bidang pembangunan infrastruktur dan hanya 43 saja yang
mengetahui adanya program pembangunan infrastruktur seperti dalam Gambar 11.
Gambar 11. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea terhadap ProgramPembangunan Infrastruktur
Bantuan terhadap program kesehatan juga merupakan salah satu bidang yang dijalankan oleh program CSR PT. Toba Pulp Lestari yaitu berupa Bantuan
Universitas Sumatera Utara
berobat gratis dan obat obatan gratis. Namun jika dilihat dari hasil responden dapat dilihat perbandingan masyarakat yang mengetahui adanya program
kesehatan ini sebesar 59, sedangkan yang belum mengetahui jauh lebih banyak yaitu sebesar 41. Perbandingannya dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea terhadap Program Kesehatan
Program CSR PT. Toba Pulp lestari berusaha dalam meningkatkan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan usaha dan pendapatan masyarakat
melalui program pemberdayaan masyarakat. Tingkat pengetahuan responden terhadap keberadaan program CSR bidang pengembangan ekonomi diketahui oleh
42 masyarakat dan selebihnya 58 masyarakat tidak mengetahui keberadaan program ini. Perbandingannya dapat dilihat dari gambar 13.
Gambar 13. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea terhadap Program pengembangan ekonomi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
PT. Toba Pulp Lestari secara umum bidang kerohanian diketahui keberadaannya oleh masyarakat sebanyak 31 dan sisanya 69 masyarakat yang
belum mengetahui. Sedangkan bidang kepemudaan dan olahraga masyarakat sebanyak 29 mengetahui keberadaan program CSR bidang kerohanian.sedangkan
71 tidak mengetahui keberadaan program ini. Untuk itu perlu kedepannya perusahaan untuk meningkatkan dalam bidang kerohanian dan kepemudaan olahraga.
Persentase responden yang mengetahui keberadaan program CSR di bidang kerohanian dan kepemudaan olah raga dapat dilihat pada gambar 14 dan gambar 15.
Gambar 14. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea terhadap program bidang kerohanian
Gambar 15. Tingkat Pengetahuan Awareness Responden dari 14 desa di kecamatan Porsea terhadap program bidang kepemudaan dan olahraga
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Tingkat Keterlibatan Responden dari 14 desa di Kecamatan Porsea Terhadap Keberadaan Program CSR
Keterlibatan masyarakat pada program CSR pengembangan bidang ekonomi yang menyatakan terlibat adalah adalah 32,3 dan 67,7 menyatakan terlibat meski
keterlibatan mereka tidak dari awal perencanaan tetapi dalam proses pelaksanaan saja. Untuk bidang infrastruktur yang menyatakan terlibat dalam program adalah
12,5 dan sisanya 87,5 menyatakan tidak terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan untuk bidang sosial, budaya, dan kerohanian
yang menyatakan terlibat hanya 20,8 dan sisanya 79,2 menyatakan tidak terlibat mereka hanya menerima bantuan saja, dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Tingkat Keterlibatan Masyarakat dalam Program CSR
Semakin besar tingkat pengetahuan masyarakat tentang keberadaan dari program yang diberikan oleh PT. Toba Pulp Lestari maka akan semakin baik images
PT. Toba Pulp Lestari di mata masyarakat dan sedikit banyak akan menggambarkan banyaknya masyarakat yang dapat dijangkau oleh program tersebut dan keterlibatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam setiap program CSR menunjukkan besarnya peran serta partisipasi pada masyarakat sehingga program bisa berjalan maksimal dan tidak terhenti setelah
program selesai. Tingkat pengetahuan dan keterlibatan masyarakat menunjukkan belum
maksimalnya sosialisasi yang dilakukan sehingga interaksi sosial antara perusahaan dengan masyarakat masih rendah. Pihak PT. Toba Pulp Lestari dalam menjalankan
tanggung jawab sosialnya belum melakukan pendekatan dalam proses pembentukan tanggung jawab sosial moral, kepentingan bersama dan manfaat karena tanggung
jawab sosial adalah tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam interaksi dengan lingkungannya yang didasarkan pada etika. Secara umum etika
dipahami sebagai aturan tentang prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang mengarahkan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau
buruk dalam pengambilan kebijakan atau keputusan Purwanto, 2006 Tingkat pengetahuan dan keterlibatan masyarakat dalam program CSR juga
merupakan wujud sebuah persepsi dan keinginan masyarakat sehingga dapat menjadi titik tolak acuan dalam membuat peta jalan road map sebuah perencanaan CSR.
Persepsi bukanlah sekedar refleksi dari sesuatu yang nyata, demikian pula pengetahuan bukan lagi merupakan pendekatan sederhana tentang kebenaran dan
realitas yang bersifat objektif, tetapi lebih merupakan interaksi kompleks antara yang mengetahui knower dan yang diketahui known serta proses untuk mengetahui
knowing dan sangat tergantung kepada berbagai faktor yaitu faktor biologi, psikologi, budaya, bahasa dan lainnya dengan hal ini dibutuhkan keterlibatan dan
perhatian dari masyarakat dalam pencapaian suatu tujuan program CSR Montouri, 1993.
Universitas Sumatera Utara
4.6. Dampak Corporate Social Responsibility CSR terhadap Pendidikan, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja Masyarakat Lokal Di
kecamatan Porsea
4.6.1. Dampak Corporate Social Responsibility CSR terhadap Tingkat Pendidikan di Kecamatan Porsea
Hasil analisis uji beda rata-rata compare mean dengan t-test with Paired Two Sample for Means Data Berpasangan antara pendidikan masyarakat sebelum
Program CSR tahun 2003 dan setelah program CSR tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendidikan Masyarakat Pendidikan sebelum tahun 2003
8,11 Pendidikan setelah tahun 2009
10,18 t-test
-15,99 Sig.
0,000 Keterangan : Nyata pada α = 0,05
Sumber: Analisis Data Primer
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung -15,99 lebih besar dari pada t-tabel -1,66, berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat pendidikan tahun 2003 dan tahun 2009 setelah adanya program CSR. Berarti sesudah adanya program CSR pendidikan masyarakat meningkat. Dengan melihat
nilai probabilitas, P-Value adalah 0,000 kecil dari 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendidikan masyarakat tahun 2003 dengan
tahun 2009. Pada tahun 2003 tingkat pendidikan rata-rata sebesar 8,11 tahun dan tahun
2009 rata-rata pendidikan keluarga masyarakat meningkat menjadi 10,18 tahun,
Universitas Sumatera Utara
maka rata-rata peningkatan pendidikan lamanya bersekolah keluarga masyarakat adalah 3,65 per tahun.
Operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak pendidikan yang lebih baik pada masyarakat sekitar dengan membantu masyarakat dengan membuat
kebijakan yang dapat membangun Sumber Daya Manusia SDM masyarakat lokal, agar dapat menggali potensi sumber daya setempat. Program Pengembangan SDM
adalah program yang visioner dalam sebuah konsepsi pembangunan dan memberikan kontribusi yang cukup besar dibanding pembangunan bidang lainnya.
Karena pendidikan berkaitan dengan pengetahuan, pengetahuan berkaitan dengan pembelajaran pemeliharaan maintenance learning dan kapasitas berkaitan dengan
memelihara kemampuan untuk mengetahui knowing dan mengetahui berbagai cara sesuatu akan kemana dan menjadi apa. Maka pendidikan seyogyanya tidak diarahkan
untuk memperkaya isi, tetapi juga untuk memperkuat kapasitas. Pendidikan tidak lagi diperlakukan sebagai upaya sistematis untuk untuk menyiapkan pelajar
masyarakat menyiapkan hari depannya, tetapi sebagai kegiatan yang memfasilitasi pelajar masyarakat untuk menggali potensi mereka agar mereka mampu untuk
merajut masa depan Mappadjantji, 2006.
4.6.2. Dampak Corporate Social Responsibility CSR terhadap Tingkat Pendapatan Nominal di Kecamatan Porsea
Hasil analisis uji beda rata-rata compare mean dengan t-test with Paired Two Sample for Means Data Berpasangan antara pendapatan nominal masyarakat
sebelum program CSR tahun 2003 dan setelah program CSR tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Nominal Masyarakat Pendapatan sebelum tahun 2003
1.307.812 rupiah
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan setelah tahun 2009 2.654.678 rupiah
t-test -12,16
Sig. 0,000
Keterangan : Nyata pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung -12,16 lebih besar dari pada t-tabel -1,66, berarti Ho ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat pendapatan nominal masyarakat sebelum tahun 2003 dan tahun 2009 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan nominal
masyarakat meningkat. Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti Ho. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat
pendapatan nominal masyarakat tahun 2003 dengan tahun 2009. Pada tahun 2003 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat
adalah Rp. 1.307.812,-bulan dan pada tahun 2009 rata-rata pendapatan nominal rumah tangga masyarakat meningkat menjadi Rp. 2.654.678,-bulan, maka rata-rata
peningkatan pendapatan nominal rumah tangga masyarakat adalah 14,71 per tahun. Peningkatan pendapatan nominal masyarakat disebabkan telah terbukanya
peluang kerja pada pengusaha lokal yang bermitra sebagai rekanan PT. Toba Pulp Lestari yang mempekerjakan penduduk lokal sekitar sebagai karyawanburuh,
sehingga masyarakat petani bisa bekerja di luar musim tanam dan musim panen dan terbuka peluang usaha kecil sangat sedikit bagi masyarakat.
4.6.3. Dampak Corporate Social Responsibility CSR terhadap Tingkat Pendapatan Riil di Kecamatan Porsea
Hasil analisis uji beda rata-rata compare mean dengan t-Test with Paired Two Sample for Means Data Berpasangan antara pendapatan riil masyarakat
Universitas Sumatera Utara
sebelum Program CSR tahun 2003 dan setelah program CSR tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Riil Masyarakat Pendapatan sebelum tahun 2003
1.273.895 rupiah Pendapatan setelah tahun 2007
1.501.058 rupiah t-test
-3,36 Sig.
0,001 Keterangan : Nyata
pada α = 0,05 Sumber: Analisis Data Primer
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa t-hitung -1,27 lebih kecil dari pada t-tabel -1,66, berarti Ho diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada tingkat pendapatan riil sebelum tahun 2003 dan tahun 2009 setelah adanya program CSR. Berarti dengan adanya program CSR pendapatan riil tidak meningkat.
Dengan melihat nilai probabilitas, P-Value adalah 0,001 lebih besar dari 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan riil masyarakat
tahun 2003 dengan tahun 2009. Pada tahun 2003 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah
Rp. 1.273.895,-bulan dan pada tahun 2009 rata-rata pendapatan riil rumah tangga masyarakat meningkat menjadi Rp. 1.501.058,-bulan, maka rata-rata peningkatan
pendapatan riil rumah tangga masyarakat adalah 2,55 per tahun. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan riil
sebelum tahun 2003 dan tahun 2009 dan rata-rata pendapatan riil masyarakat sebesar Rp. 1.501.058,-bulan pada tahun 2009 menunjukkan ekonomi masyarakat yang
lemah.
Universitas Sumatera Utara
4.6.4. Peran CSR terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal Kecamatan Porsea
PT. Toba Pulp Lestari sejauh ini telah memiliki karyawan 980 orang, dimana 564 orang bekerja di pabrik sedangkan 416 bekerja di sektor forestry atau hutan.
Dalam penyerapan tenaga kerja PT. Toba Pulp Lestari lebih mengutamakan masyarakat lokal. Sedangkan program kemitraan dengan kotraktor lokal menyerap
kurang lebih 12.200.
Tabel 4.5 Daftar Tenaga Kerja PT. Toba Pulp Lestari menurut suku
No SUKU AREA KERJA
JUMLAH Orang
MILL FORESTRY
1 Batak Toba
364 308
672 68
2 Jawa
70 40
110 11,2
3 Tionghoa
42 1
43 4,4
4 Batak Karo
27 8
35 3,6
5 Simalungun
9 21
30 3,1
6 Mandailing
9 18
27 2,8
7 Melayu
6 4
10 1,0
8 Batak Pakpak
5 4
9 0,9
9 Minang
7 2
9 0,9
10 Nias
3 3
6 0,6
11 Banjar
3 3
0,3 12
Menado 2
2 0,2
13 Ambon
1 1
0,1 14
Bali 1
1 0,1
15 NTB
1 1
0,1 16
Tenaga Asing 18
3 21
2,1 TOTAL
416 564
980 100
Sumber: PT. Toba Pulp Lestari, 2007 Dari 980 orang jumlah karyawan PT. Toba Pulp Lestari dapat dilihat bahwa
sebagian besar berasal dari suku Batak Toba, karena tempat industri perusahaan didominasi oleh penduduk suku Batak yaitu di daerah Kabupaten Toba Samosir. Dari
980 orang karyawan itu yang berasal dari kabupaten Toba Samosir sebanyak 312 orang atau sekitar 31,8. Jumlah ini sudah lumayan banyak mengingat PT. TPL
lebih mengutamakan Tenaga kerja dari masyarakat lokal. Sedangkan dalam program kemitraan sudah menyerap 12.200 orang tenaga kerja yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Karyawan Mitra pada kegiatan Forestry HPHTI sebanyak 5182 orang 2. Karyawan mitra pada kegiatan PIR sebanyak 6991 orang
3. Karyawan yang bekerja pada aktivitas angkutan kayu 30 Kontraktor sebanyak 321 unit truk dan angkutan pulp 20 kontraktor serta karyawan mitra supplier
Pemasok bahan pendukung pabrik seperti cangkang dan gambut dll Namun perseroan dengan paradigma baru mempunyai keterbatasan-
keterbatasan dan hal ini menjadi kendala yaitu besarnya keinginan masyarakat putra daerah menjadi karyawan perseroan sementara ketersediaan lowongan pekerjaan
sangat terbatas karena karyawan putra daerah kebanyakan berlatar pendidikan yang masih rendah.sehingga untuk menjadi karyawan yang memiliki posisi yang tinggi
harus memiliki pendidikan yang tinggi dibarengi dengan skill keahlian. Melalui wawancara secara indepth interview Bapak Lambertus yang
mengatakan bahwa perusahaan sudah membuka peluang dan kesempatan kepada penduduk lokal agar dapat diterima bekerja pada jenjang jabatanlevel yang sesuai
dengan latar belakang pendidikannya, namun khusus bagi masyarakat sekitar telah diberikan pelatihan supaya dilatih walaupun tidak memiliki latar belakang
pendidikan yang memadai. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakatpenduduk lokal
sekitar perusahaan, masyarakat perusahaankaryawan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat GCC.
Pengembangan perekonomian daerah dan pengembangan wilayah melalui upaya peningkatan perekonomian rakyat yang diarahkan kepada pemberdayaan dan
kekuatan sosial ekonomi masyarakat akan mengalami hambatan keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia,
meskipun modaldana PT. Toba Pulp Lestari tersedia karena sebuah tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
sosial perusahaan yang masih bersifat karitas hibah dan belum mengalami metamorfosis aktualisasi kontribusi sumbangan sosial perusahaan ke arah
phylanthropy dan Good Corporate Cityzenship GCC, justru akan menciptakan masyarakat perusahaan yang eksklusive melalui CSR internalnya dan akan
menyebabkan keterisolasian suatu wilayahdaerah. Konsep CSR seperti ini justru akan memunculkan masalah sosial ekonomi yang tajam antara masyarakat
perusahaan dengan penduduk lokal, bahkan dapat menciptakan pemiskinan struktural masyarakat setempat lewat eksploitasi sumber daya alam wilayah tersebut Suharto,
2005.
4.7. Kemitraan antara Pemerintah, Perusahaan PT. Toba Pulp Lestari dan